Terbit: 24 November 2021
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Bagi sebagian orang, bepergian dengan pesawat terbang adalah hal yang lumrah dan biasa sesuai dengan kebutuhan perjalanan. Namun tidak demikian dengan orang-orang yang menderita penyakit atau memiliki kondisi medis tertentu. Bepergian melalui udara mungkin akan jadi sangat sulit untuk mereka. Ketahui penyakit dan kondisi kesehatan dilarang naik pesawat.

Penderita Penyakit Ini Dilarang Naik Pesawat

Penderita Penyakit Ini Dilarang Naik Pesawat

Berikut ini adalah beberapa penyakit yang tidak boleh naik pesawat:

1. Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)

Dalam bahasa Indonesia, penyakit ini disebut dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Tekanan udara di dalam pesawat terbang bisa sangat tinggi, tergantung pada ukuran pesawat dan ketinggian terbangnya.

Hal ini bisa menyebabkan penderita PPOK kesulitan bernapas karena kadar oksigen semakin menipis. Banyak maskapai penerbagngan menyarankan penderita PPOK untuk menghindari penerbangan jarak jauh dalam waktu yang lama.

Ketika menjalani pemeriksaan medis sebelum bepergian, penderita PPOK harus memberitahukan kondisi mereka kepada petugas. Biasanya mereka akan diberi beberapa pertanyaan seperti:

  • Berapa banyak inhaler yang diresepkan oleh dokter?
  • Apakah penderita pernah opname di rumah sakit dalam setahun terakhir?
  • Seberapa lelah penderita saat harus berjalan di permukaan yang datar?

2. Stroke

Penyakit kedua yang menyebabkan seseorang mungkin dilarang terbang adalah stroke. Terutama untuk orang yang baru saja mengalami gejala stroke atau stroke ringan, melakukan perjalanan udara dapat meningkatkan risiko Deep Vein Thrombosis (DVT) atau trombosis vena dalam, yaitu penggumpalan darah yang terjadi pada pembuluh darah vena.

Hanya dokter yang boleh memastikan kapan penderita stroke boleh terbang. Oleh karena itu, pastikan untuk memberitahu kru penerbangan tentang kondisi ini.

Beberapa informasi yang harus diberikan oleh penderita stroke kepada pihak maskapai antara lain adalah:

  • Berapa kali serangan stroke yang diderita?
  • Kapan serangan stroke terakhir kali terjadi?
  • Apakah ada obat pengencer darah yang dikonsumsi?

3. Deep Vein Thrombosis (DVT)

Seperti yang sudah disinggung sedikit di atas, DVT adalah penggumpalan darah yang terjadi pada pembuluh darah vena. Menurut data National Health Service, 1 dari setiap 1000 orang di Inggris menderita DVT.

Penyakit ini tergolong berbahaya, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan penerbangan kecuali atas seizin dokter. Meskipun demikian, disarankan untuk tidak terbang jarak jauh bagi pasien yang baru sembuh dari DVT.

Beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan kondisi DVT saat akan naik pesawat adalah:

  • Ada atau tidaknya penggumpalan darah pada paru-paru.
  • Konsumsi obat pengencer darah.
  • Berapa kali penderita mengalami penggumpalan darah.

4. Penyakit jantung

Orang-orang yang menderita angina, gagal jantung, atau gangguan detak jantung, serta menunjukkan gejala masalah jantung saat beraktivitas ringan atau istirahat akan disarankan untuk tidak naik pesawat.

Demikian juga dengan orang yang baru saja mengalami serangan jantung, dokter biasanya akan menyarankan mereka untuk menunda perjalanan udara hingga batas waktu yang tidak ditentukan, tergantung dari seberapa parah serangan jantung yang dialami.

Penderita penyakit jantung harus bertanya kepada dokter sebelum naik pesawat, apakah kondisi mereka boleh untuk terbang atau dikhawatirkan akan semakin memburuk. Kadar oksigen di dalam kabin pesawat sangat minim sehingga dikhawatirkan membuat kondisi mereka semakin parah.

5. Diabetes

Penderita diabetes harus sering-sering mengecek kadar gula mereka saat bepergian dengan pesawat, terutama saat sedang transit. Mereka harus selalu membawa obat-obatan pribadi, makanan, camilan sehat, dan buah-buahan untuk mencegah gula darah menurun secara drastis.

Yang tidak kalah penting adalah pemberian insulin yang harus dihitung dengan benar, terlebih jika seseorang tersebut bepergian ke daerah yang zona waktunya berbeda dengan daerah asalnya.

Apabila penderita diabetes ingin bepergian dengan pesawat, mereka harus berkonsultasi dengan dokter terkait waktu konsumsi obatnya.

6. Wanita hamil

Sebenarnya, wanita hamil boleh saja naik pesawat. Namun setelah usia kehamilan memasuki 36 minggu, perjalanan udara bisa menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, hingga gangguan plasenta.

Jika wanita yang hamil pada trimester ketiga ingin bepergian dengan pesawat, mereka harus mendapatkan surat tertulis dari dokter dan persetujuan dari maskapai yang bersangkutan.

Baca Juga: Ibu Hamil Naik Pesawat, Berbahayakah bagi Janin?

7. Penyakit menular

Penyakit influenza mungkin sepele bagi sebagian orang, namun penyakit tersebut tergolong menular dan penderitanya harus memiliki izin khusus untuk terbang.

Setidaknya, mereka harus membawa surat keterangan dari dokter yang menyatakan bahwa kondisi influenza yang diderita tidak akan membahayakan orang lain. Selain itu, disarankan untuk selalu membawa obat-obatan dan memakai masker ketika bepergian.

8. Baru selesai operasi

Pasien yang baru selesai menjalani operasi dan ingin melakukan perjalanan udara harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Biasanya larang terbang tergantung pada seberapa berat operasi yang dijalani.

Untuk operasi kecil, pasien sudah diperbolehkan naik pesawat satu atau dua minggu sesudahnya. Sementara untuk operasi besar, pasien harus menunggu minimal tiga bulan atau lebih sebelum bepergian naik pesawat.

9. Kondisi lainnya

Selain beberapa kondisi yang sudah dijelaskan di atas, masih ada kondisi kesehatan dilarang naik pesawat, antara lain:

  • Penyakit sel sabit (sickle cell disease).
  • Terinfeksi virus HIV.
  • Kolostomi.
  • Mengenakan lensa kontak.
  • Gangguan kesehatan mental.
  • Cacat fisik.
  • Gangguan pada rahang.

Itulah pembahasan tentang penyakit yang tidak boleh naik pesawat. Jika Anda atau orang terdekat Anda memiliki satu atau beberapa kondisi di atas dan akan melakukan perjalanan udara, sebaiknya konsultasikan dulu kondisi mereka ke dokter untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Baca Juga: Jet Lag: Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahan

Serta, informasikan kondisi tersebut pada maskapai agar mereka bisa antisipasi dan kerjasama agar penerbangan berjalan lancar dan aman bagi seluruh penumpang.

 

  1. Leaver, Sam. 2018. 5 medical conditions that might prevent you flying (and the alternatives). https://www.justtravelcover.com/blog/5-medical-conditions-that-might-prevent-you-flying-and-the-alternatives/. (Diakses pada 23 November 2021).
  2. Nelson, Harry. 1991. When Flying Should Be Avoided. https://www.latimes.com/archives/la-xpm-1991-11-17-tr-27-story.html. (Diakses pada 23 November 2021).
  3. Sanford, Christopher dan Alexa Lindley. 2020. Specific Medical Conditions and Travel. https://www.msdmanuals.com/home/special-subjects/travel-and-health/specific-medical-conditions-and-travel. (Diakses pada 23 November 2021).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi