Terbit: 20 January 2020 | Diperbarui: 26 December 2023
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

HIV AIDS adalah salah satu penyakit yang menakutkan bagi banyak orang karena mematikan. Lebih lanjut ketahui gejala, penyebab, hingga pengobatannya dalam ulasannya di bawah ini!

HIV/AIDS: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan, dan Pencegahan

Apa itu HIV/AIDS?

HIV atau kependekan dari human immunodeficiency virus adalah sebutan untuk virus yang menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh sehingga seseorang tidak bisa bertahan terhadap penyakit-penyakit yang menyerang tubuh. HIV merupakan kependekan dari

Virus penyakit ini menyerang tubuh inangnya dengan cara menyerang sistem kekebalan tubuhnya. Bila sistem kekebalan tubuh sudah rusak atau lemah, maka seseorang akan dengan mudahnya terserang berbagai penyakit yang ada di lingkungannya, seperti TBC, diare, sakit kulit, dan penyakit lainnya.

Kumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh kita itulah yang disebut AIDS, yang memiliki arti berikut ini:

A = Acquired (didapat)
I = Immune (kekebalan tubuh)
D = Deficiency (kekurangan)
S = Syndrome (gejala)

Jadi, perlu untuk Anda perhatikan perbedaan antara HIV dan AIDS, bahwa HIV adalah virusnya, sementara AIDS adalah gejala penyakit yang menyerang tubuh akibat daya tahan tubuh atau sistem imunitas yang melemah akibat infeksi HIV.

Meski tanpa pengobatan, banyak pengidap masih dapat bertahan hidup cukup lama. Pada saat ini penggunaan obat yang telah dikembangkan hanya dapat memperlambat kerusakan pada sistem kekebalan tubuh. Dengan pengobatan tersebut banyak penderita dapat hidup sehat dan bahagia.

Gejala HIV/AIDS

Menurut Pusdiknakes (1997:44) stadium gejala HIV AIDS secara klinis, di antaranya:

1. Gejala Utama

Ciri-ciri HIV AIDS yang utama di antaranya:

  • Demam berkepanjangan lebih dari tiga bulan.
  • Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus.
  • Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam tiga bulan.

2. Gejala Minor

Ciri-ciri dari HIV AIDS minor meliputi:

  • Batuk kronis selama lebih dari satu bulan.
  • Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur Candida Albicans.
  • Pembengkaan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh.
  • Munculnya herpes zoster berulang.
  • Bercak-bercak gatal di seluruh tubuh.

Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tetap tidak menunjukkan gejala apa pun (asimptomatik) yang berarti bahwa mereka tidak mengalami gejala tertentu atau menjadi sakit akibat infeksi tersebut.

Sebagian kecil mengalami AIDS, sebagian lain mengalami gejala HIV AIDS yang ringan. Namun tidak selalu menderita sakit fatal yang dinamakan ARC atau Aids Related Complex.

Salah satu penelitian oleh WHO menunjukkan beberapa faktor yang memengaruhi perkembangan AIDS yang begitu cepat, yaitu:

  • Semakin tua seseorang mengidap HIV, semakin cepat dia akan sampai ke tahap HIV.
  • Bayi terinfeksi HIV akan sampai ke tahap AIDS.
  • Orang yang telah mempunyai gejala minor pada suatu waktu mulai tertular HIV (serokonversi), akan menunjukkan gejala HIV AIDS lebih cepat daripada yang tanpa gejala.

Baca Juga: Ini Ciri-ciri Lidah Penderita HIV yang Perlu Anda Waspadai

Penyebab HIV/AIDS

HIV adalah salah satu jenis penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini dapat menyebar melalui hubungan seksual, penggunaan obat-obatan terlarang, atau penggunaan jarum suntik bersama, kontak dengan darah yang terinfeksi, atau dari ibu ke anak selama kehamilan, persalinan, atau menyusui.

HIV dapat menghancurkan sel T CD40 – merupakan sel darah putih yang berperan penting dalam membantu tubuh melawan berbagai penyakit. Semakin sedikit sel T CD4 yang Anda miliki, semakin lemah sistem kekebalan tubuh.

Faktor Risiko atau Cara Penularan HIV

Penderita infeksi HIV adalah seseorang yang berpotensi untuk menularkan penyakit yang dideritanya kepada orang lain, sehingga menjadi penyebab infeksi. Perlu Anda ingat bahwa penyakit ini hanya bisa hidup di dalam cairan tubuh, seperti:

  • Darah.
  • Cairan vagina.
  • Cairan sperma.
  • Air susu ibu (ASI).

Dengan begitu HIV adalah virus yang hanya hidup di cairan tubuh tertentu dan tidak hidup di permukaan tangan atau permukaan kulit penderitanya. Maka dari itu, cara penularannya juga hanya dapat terjadi melalui:

  • Hubungan seks dengan pengidap, berhubungan seks dengan pasangan yang berganti-ganti, dan tidak menggunakan alat pelindung (kondom).
  • Penyakit menular seksual (PMS) dapat menimbulkan luka terbuka pada alat kelamin. Luka inilah yang bertindak sebagai pintu masuk bagi penyakit ini untuk memasuki tubuh Anda.
  • Kontak dengan darah atau luka dan transfusi darah yang sudah tercemar virus.
  • Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik secara bersama atau bergantian dengan orang yang terinfeksi.
  • Penularan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi yang dilahirkannya.

Namun, cara penularan HIV tidak melalui:

  • Gigitan nyamuk.
  • Bersalaman.
  • Berciuman.
  • Berpelukan.
  • Makan bersama.
  • Tinggal serumah.

Infeksi HIV adalah penyakit yang tidak dapat ditularkan hanya dengan kontak fisik yang simpel seperti bersalaman atau bersinggungan dengan penderita.

Selama tidak melakukan hal-hal yang berisiko menularkan, Anda tetap aman untuk berinteraksi dengan penderita. Maka dari itu, pendampingan yang intensif terhadap penderita HIV AIDS ini sangat dianjurkan untuk mencegah kondisi mental dan tubuh pengidap menjadi semakin memburuk.

Jenis HIV

HIV terbagi menjadi dua jenis, berikut penjelasannya:

1. HIV-1

Jenis ini adalah virus yang paling sering menyebabkan infeksi sekitar 95 persen di seluruh dunia. Ini termasuk dalam subtipe M, yang diketahui memiliki sembilan subtipe berbeda secara genetik, di antaranya subtipe A, B, C, D, F, G, H, J dan K.

2. HIV-2

Virus ini relatif jarang terjadi, seperti di Afrika. HIV-2 kurang menular dan berkembang lebih lambat dari HIV-1. Namun, jika tanpa pengobatan, sebagian besar akan berkembang menjadi AIDS dan bahkan menyebabkan kematian.

Diagnosis HIV/AIDS

Berdasarkan pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang cara mendiagnosa AIDS, dikatakan bahwa seseorang didiagnosa belum mempunyai minimal dua gejala utama dan satu gejala minor. Selain itu jika pada orang tersebut tidak ada alasan lain yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menurun.

Diagnosis HIV positif harus dipastikan lebih dulu dengan melakukan tes antibodi HIV di laboratorium. Hasil HIV positif menunjukkan bahwa seseorang telah terinfeksi HIV. Hasil HIV negatif menunjukkan bahwa seseorang tidak atau belum terinfeksi HIV.

Selain darah, tes HIV dapat dilakukan terhadap air liur atau urine. Jadi tes HIV harus dilakukan pada darah, atau jaringan tubuh, sel telur atau sperma di laboratorium yang sudah memiliki peralatan khusus tes HIV. Beberapa LSM juga mempunyai pelayanan tes yang disertai konseling.

Stadium HIV/AIDS

Masa inkubasi atau masa laten, sangat tergantung pada daya tahan tubuh pada masing-masing orang dengan rata-rata 5-10 tahun. Selama masa ini penderitanya tidak memperlihatkan gejala-gejala walaupun jumlah HIV semakin bertambah dan sel-sel T-4 semakin menurun.

Semakin rendah jumlah sel T-4, semakin rusak fungsi sistem kekebalan tubuh. Pada waktu sistem kekebalan tubuh sudah dalam keadaan parah ODHA (orang dengan HIV/AIDS) akan mulai menampakkan gejala-gejala AIDS.

HIV/AIDS dapat terbagi menjadi 4 stadium, yaitu:

  • Stadium I: HIV

Infeksi dimulai dengan masuknya virus HIV dan diikuti terjadinya perubahan serologik ketika antibodi terhadap virus tersebut dari negatif berubah menjadi positif.

Rentang waktu sejak HIV masuk ke dalam tubuh sampai tes antibodi terhadap HIV menjadi positif disebut masa jendela. Lama masa jendela ini antara 1 sampai 3 bulan, bahkan ada yang berlangsung sampai 6 bulan.

  • Stadium II: Asimptomatik (tanpa ciri-ciri HIV AIDS)

Asimptomatik berarti bahwa di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh tidak menunjukkan gejala-gejala. Keadaan ini dapat berlangsung rata-rata 5 sampai 10 tahun. Cairan tubuh ODHA yang tampak sehat ini sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain.

  • Stadium III: Pembesaran Kelenjar Getah Bening

Fase ini ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening secara menetap dan merata (persistent generalized lymphadenopathy), tidak hanya muncul pada satu tempat dan berlangsung lebih dari satu bulan.

  • Stadium IV: AIDS

Kondisi ini disertai bermacam–macam penyakit, antara lain penyakit konstitusional, penyakit saraf dan penyakit infeksi sekunder.

Pengobatan HIV/AIDS

Sampai saat ini tidak ada penyembuhan atau pengobatan yang sempurna untuk AIDS. Belum ada penyembuhan yang dapat menghilangkan virus dari tubuh secara total. Namun, bukan berarti tidak ada obat yang dapat dikonsumsi untuk memperpanjang harapan hidup seorang penderita HIV AIDS.

Tujuan dari pengobatan ini adalah untuk memperpanjang hidup seorang penderita ODHA. Telah ditemukan obat antiretroviral seperti Azidotimidin (AZT) yang pertama kali diizinkan pemakaiannya sebagai pengobatan di indonesia pada tahun 1997. Obat antiretroviral lain dikenal dengan nama didanosine (ddI) dan diodicitosin (ddC).

Telah dikembangkan kombinasi obat-obatan mulai dari campuran dua jenis obat, hingga racikan beberapa jenis. Beberapa jenis obat ramuan tersebut adalah Saquinavir, Indinavir, Viracept, Ritonavir.

Dikembangkan juga terapi penunjang, yaitu terapi tanpa obat-obatan kimia, yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas hidup dan menjaga tubuh tetap sehat. Terapi ini dapat digunakan untuk melengkapi penggunaan obat antiretroviral.

Salah satu terapi penunjang tersebut, antara lain:

  • Penggunaan ramuan tradisional.
  • Tumbuh-tumbuhan.
  • Mengontrol gizi dari makanan.
  • Penggunaan vitamin.
  • Mengonsumsi suplemen.
  • Olahraga atau yoga.
  • Akupunktur.
  • Terapi pijat.
  • Terapi musik.

Tetapi ternyata obat HIV/AIDS alami ini juga kurang efektif, sehingga pengobatan HIV/AIDS yang tepat saat ini belum ditemukan.

Komplikasi HIV/AIDS

HIV dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, yang membuat jauh lebih mungkin mengembangkan berbagai infeksi dan jenis kanker tertentu. Berbagai komplikasi paling umum dari HIV/AIDS di antaranya:

1. Infeksi Umum dari HIV/AIDS

  • Tuberkulosis (TB).
  • Cytomegalovirus.
  • Candidiasis.
  • Cryptococcal meningitis.
  • Toxoplasmosis.
  • Cryptosporidiosis.
  • Herpes simplex (kronik) dan herpes zoster.
  • Histoplasmosis.
  • Chronic pneumonia.
  • Isosporiasis.
  • Mycobacterium avium complex.

2. Kanker yang Umum Terjadi pada HIV/AIDS

  • Sarkoma Kaposi.
  • Lymphoma.

3. Komplikasi Lainnya

  • Wasting syndrome.
  • Komplikasi neurologis.
  • Penyakit ginjal.

Baca Juga: 7 Cara Pencegahan HIV/AIDS yang Dapat Anda Lakukan

Cara Mencegah HIV

HIV adalah virus yang menakutkan. Namun, tetap ada cara pencegahan agar tidak tertular penyakit akibat virus ini. Berikut ini adalah beberapa pencegahan HIV/AIDS:

  • Hindari hubungan seks bebas atau berganti-ganti pasangan.
  • Lakukan tes sebelum menikah.
  • Gunakan kondom bila berhubungan seks.
  • Hindari penggunaan jarum suntik atau jarum tindik secara bergantian.

Menurut Kepala Disdukcapil KB Kapuas Hulu, Drs. Ibrahim M (Kapuas Pos, hal 14), untuk lebih memudahkan pencegahan HIV/AIDS, yakni dengan menggunakan rumus ABCDE, yaitu:

  • A (Abstinence): Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah.
  • B (Be faithful ): Berhubungan seks hanya dengan pasangan yang sah.
  • C (Condom): Gunakanlah kondom apabila salah satu dari pasangan yang sah mengidap infeksi menular seksual (IMS) atau HIV/AIDS.
  • D (Drugs): Hindari pemakaian narkoba suntik.
  • E (Equipment): Mintalah pelayanan kesehatan dengan peralatan yang steril.

Demikian ulasan lengkap tentang HIV/AIDS yang perlu Anda ketahui. Apabila dirasa memiliki gejala yang telah disebutkan di atas, sebaiknya segera periksakan ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Teman Sehat!

 

  1. Anonim. 2019. HIV/AIDS. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hiv-aids. (Diakses 20 November 2019).
  2. Anonim. 2019. HIV/AIDS. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hiv-aids/symptoms-causes/syc-20373524. (Diakses 20 November 2019).
  3. Anonim. 2019. Hiv Strains and Types. https://www.avert.org/professionals/hiv-science/types-strains. (Diakses 20 November 2019).
  4. Verville, Julie. 2018. The Most Dangerous Complications of HIV and AIDS. https://www.healthline.com/health/hiv-aids/most-dangerous-complications-of-hiv#opportunistic-infections. (Diakses 20 November 2019).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi