Terbit: 7 November 2019
Ditulis oleh: Mutia Isni Rahayu | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Minimnya pengetahuan tentang bentuk-bentuk pelecehan seksual membuat banyak orang tanpa sengaja menjadi pelaku pelecehan seksual. Tidak hanya pelaku, banyak juga individu yang tidak sadar bahwa dirinya sedang menjadi korban. Kenali lebih dalam seputar pelecehan seksual, jenis, hingga cara mengatasinya di bawah ini.

5 Jenis Pelecehan Seksual, Dampak, dan Cara Mengatasinya

Apa Itu Pelecehan Seksual?

Pelecehan seksual adalah tindakan seksual melalui sentuhan fisik atau non-fisik dengan sasaran organ seksual atau seksualitas dari korban. Tindakan ini merupakan satu dari 15 jenis kekerasan seksual. 

Pelecehan seksual bisa terjadi pada siapa saja tanpa memandang jenis kelamin dan usia. Namun, data menunjukkan jika kasus pelecehan seksual dengan korban wanita dan pelaku pria lebih banyak ditemukan.

Mengutip National Sexual Violence Resource Center, sebanyak 81 persen perempuan dan 43 persen laki-laki melaporkan bahwa mereka pernah mengalami tindak pelecehan seksual.

Beberapa perilaku yang mencerminkan tindakan ini, misalnya main mata, siulan, ujaran yang bernuansa seksual, hingga sentuhan di bagian tubuh.

Akibat perilaku tersebut, korban dapat merasa tidak nyaman, tersinggung, hingga direndahkan. Hal ini akan berdampak terhadap masalah kesehatan serta keselamatannya.

Baca JugaIni Dampak yang Bisa Terjadi pada Anak Korban Pelecehan Seksual

Jenis-jenis Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual tidak hanya melibatkan sentuhan fisik yang tidak diinginkan. Aktivitas non-fisik sekalipun bisa menjadi bentuk dari perilaku ini.

Bentuk pelecehan bermacam-macam. Jika dibedakan berdasarkan kategorinya, berikut adalah lima jenis pelecehan seksual yang sebaiknya diketahui:

1. Perilaku Menggoda

Perilaku menggoda adalah semua jenis perilaku yang menjurus pada aktivitas seksual yang menyinggung atau memaksa. Beberapa contohnya, yaitu ajakan melakukan hubungan seksual, paksaan untuk kencan, hingga teror melalui pesan singkat, telepon, atau media lainnya secara berulang-ulang.

Selain itu, apakah Anda akrab dengan istilah catcalling? Ternyata ini juga termasuk ke dalam perilaku menggoda, lo. Tak jarang, korbannya akan merasa tidak nyaman.

Bahkan, buku In Key Topics in Health, Nature, and Behavior (2017) menyebutkan, catcalling bisa menyebabkan korbannya memiliki body image (citra tubuh) yang negatif hingga memicu depresi.

2. Penyuapan Seksual

Jenis pelecehan seksual berikutnya adalah penyuapan seksual. Pelaku biasanya akan melancarkan aksinya dengan mengajak atau meminta korban melakukan aktivitas seksual dengan iming-iming imbalan.

Imbalan yang ditawarkan tidak sebatas materi seperti uang atau barang mewah, tetapi juga bisa berupa jabatan atau posisi tertentu.

Perilaku pelecehan seksual yang satu ini biasanya dilakukan secara terang-terangan oleh pelaku pada korban. Kategori pelecehan seksual jenis ini biasanya banyak terjadi pada anak-anak.

3. Pemaksaan Seksual

Pemaksaan seksual adalah pemaksaan aktivitas seksual yang dibarengi dengan adanya ancaman atau hukuman.

Jenis pelecehan kategori ini biasanya terjadi di lingkungan tertentu, seperti lingkungan kerja atau lingkungan lainnya di mana pelaku memiliki kekuasaan di atas korban.

Jika terjadi pada orang dewasa, pelaku pelecehan seksual biasanya akan mengancam dengan pencabutan posisi atau jabatan, penghentian sokongan finansial, hingga pembunuhan.

Sementara itu, anak-anak yang menjadi korban biasanya diancam dengan tindakan kekerasan atau tindakan lain yang ditakuti oleh anak.

Baca Juga4 Hal tentang Seks yang Tidak Akan Diajarkan oleh Sekolah

4. Pelanggaran Seksual

Pelanggaran seksual meliputi tindakan seperti menyentuh, merasakan, dan meraih tubuh korban secara paksa. Pelanggaran seksual bisa juga disebut dengan penyerangan seksual.

Pelaku dapat melancarkan aksinya di mana saja, termasuk ruang publik sekalipun, seperti transportasi umum, kantor, dan tempat tinggal.

5. Pelecehan Jenis Kelamin

Pelecehan jenis kelamin adalah perilaku atau pernyataan bersifat seksis yang menghina atau merendahkan jenis kelamin tertentu.

Meski dapat terjadi tanpa melihat jenis kelamin, perempuan ditemukan lebih banyak menjadi korban dibandingkan dengan laki-laki.

Beberapa perilaku yang masuk ke dalam jenis pelecehan ini, antara lain humor seks, lelucon seks, hingga gambar dan tulisan yang merendahkan jenis kelamin tertentu.

Selain berdasarkan kategori di atas, pelecehan seksual juga bisa dilihat dari berbagai bentuk tindakannya. Menurut Komnas Perempuan, berikut adalah beberapa perilaku yang termasuk ke dalam kategori pelecehan seksual:

  • Siulan atau catcalling atau sapaan tertentu dengan konteks menggoda.
  • Main mata di tempat umum atau pada orang yang tidak dikenal dengan konteks menggoda.
  • Ucapan atau ujaran bernuansa seksual, bisa dalam bentuk ucapan langsung maupun melalui berbagai media lainnya.
  • Mempertontonkan materi pronografi dan keinginan seksual.
  • Colekan atau sentuhan pada bagian tubuh tertentu.
  • Gerakan atau isyarat seksual yang membuat tidak nyaman, tersinggung, merasa martabatnya direndahkan, hingga menyebabkan masalah keselamatan dan kesehatan.

Perilaku-perilaku pelecehan seksual seperti di atas kini tidak hanya terjadi secara langsung, tetapi juga bisa terjadi melalui berbagai media lainnya.

Dengan kemajuan teknologi saat ini, banyak juga ditemukan perilaku pelecehan seksual melalui pesan singkat, pesan elektronik, media sosial, dan masih banyak lagi.

Baca JugaMengenal Fetish, Benarkah Merupakan Penyimpangan Seksual?

Dampak Buruk Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual yang diterima tidak dapat begitu saja dilupakan oleh korban. Faktanya, tindakan ini dapat berdampak terhadap kesehatan fisik dan mental.

Sejumlah efek dari pelecehan seksual bagi kesehatan, di antaranya:

1. Memicu Depresi

Reaksi emosional dan psikologis dapat dialami oleh korban pelecehan seksual. Salah satu yang paling umum terjadi adalah depresi.

Penelitian dalam jurnal Society And Mental Health tahun 2011 lalu mengungkapkan jika pelecehan seksual merupakan salah satu penyebab stres yang dapat berujung pada depresi.

Seseorang yang mengalami depresi dapat menunjukkan gejala mudah tersinggung, sedih, frustrasi, dan putus asa.

2. Meninggalkan Trauma

Salah satu dampak dari pelecehan seksual yang dapat dialami korban adalah trauma. Pelecehan seksual bisa jadi merupakan tindakan yang tidak diduga-duga sebelumnya. Hal inilah yang meninggalkan trauma pada korban hingga perasaan cemas, takut, dan stres.

Pada akhirnya, korban akan kesulitan untuk menyesuaikan diri dan mengatasi traumanya dalam beberapa waktu.

Kondisi dapat diperparah dengan adanya pandangan yang menyudutkan korban. Masyarakat cenderung menyalahkan korban atas kejadian pelecehan seksual. Korban dianggap tidak bisa menjaga diri.

3. Memiliki Luka Fisik

Seorang korban yang menerima tindakan pelecehan seksual dapat mengalami luka fisik. Hal ini disebabkan oleh adanya proses pemaksaan hingga kekerasan yang diterima saat pelaku beraksi.

Tidak hanya didapat dari tindakan pelaku, luka fisik juga dapat muncul akibat tindakan korban sendiri atas ancaman pelaku.

Pada sebagian kasus, luka fisik yang dialami korban cukup serius sehingga memerlukan penanganan intensif.

4. Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung

Siapa sangka, dampak pelecehan seksual berhubungan dengan masalah kardiovaskular. Ya, penelitian menemukan kaitan tindakan ini dengan masalah kesehatan jantung.

Penelitian dalam jurnal JAMA Internal Medicine menyebutkan jika pelecehan seksual berhubungan erat dengan gangguan tidur dan hipertensi (tekanan darah tinggi).

Sebagai catatan, hipertensi merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung yang harus diwaspadai.

Baca Juga: Kecanduan Pornografi Sebabkan Kerusakan Pada Otak

Cara Mengatasi dan Menghadapi Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual tidak bisa dianggap angin lalu. Pasalnya, dampaknya bagi kesehatan korban menjadi taruhannya.

Berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan sebagai korban ataupun keluarga dan kerabat:

  • Jika Anda menjadi korban pelecehan seksual, jangan ragu untuk bercerita pada orang terdekat. Banyak korban yang merasa malu dengan kondisi tersebut, padahal dalam hal ini korban tidak dapat menjadi pihak yang disalahkan. Jadi Anda tidak perlu malu untuk menceritakan hal tersebut pada orang lain.
  • Laporkan pada pihak yang berwenang. Jika efek jera tidak diberikan pada pelaku pelecehan seksual, pelaku tersebut akan terus melakukan tindakan serupa. Melaporkan kepada pihak berwenang agar pelaku mendapatkan hukuman adalah tindakan yang tepat.
  • Berbagi cerita dengan orang-orang yang ada di sekitar Anda atau jika ingin cakupannya lebih luas, Anda bisa berbagi cerita di media sosial atau blog. Tujuan dari berbagi cerita sangatlah sederhana, Anda bisa membuat orang-orang di luar sana untuk lebih peka dan juga waspada terhadap pelecehan seksual.
  • Jika Anda merasa tertekan secara psikologis, sebaiknya konsultasikan pada psikolog atau terapis profesional untuk memulihkan terlebih dulu kondisi mental Anda, sebelum Anda dapat bercerita tentang kejadian yang Anda alami.

Baca Juga7 Cara Menghadapi Trauma Pasca Pelecehan Seksual

Sebelum pelecehan seksual terjadi, berikut adalah hal-hal yang bisa dilakukan sebagai tindakan pencegahan:

  • Selalu waspada di mana pun Anda berada. Usahakan Anda selalu siap untuk melawan atau kabur jika bertemu orang yang berpotensi melakukan pelecehan seksual pada Anda.
  • Bersikap tegas pada pelaku. Jika Anda mendapat perlakukan seperti perilaku seksual, pemaksaan seksual, dan penyuapan seksual, Anda harus dapat menolak dengan tegas dan sebaiknya langsung meminta bantuan pada orang lain agar tindakan tersebut dapat dihentikan.
  • Jika Anda melihat berbagai tindakan yang menjurus pada pelecehan seksual, jangan ragu untuk menyuarakan pendapat Anda. Saat ini sangat banyak bentuk pelecehan seksual di mana pelaku tidak menyadari bahwa perilaku yang dilakukan sudah termasuk dalam pelecehan seksual.

Ada banyak korban pelecehan seksual yang merasa takut dan cenderung menyalahkan dirinya sendiri. Tentunya hal ini tidak baik karena bisa membuat korban merasa semakin tertekan hingga merasa depresi.

Peran orang-orang di sekitar memang penting untuk memberikan dukungan pada korban, tetapi keinginan untuk memperbaiki situasi juga sangat bergantung pada korban.

Jadi, jangan ragu untuk melaporkan perilaku pelecehan seksual yang diterima kepada pihak berwenang. Jika mengalami trauma yang mengganggu, jangan sungkan untuk berkonsultasi kepada psikolog.

 

  1. Anonim. Effects of Sexual Violence. https://www.rainn.org/effects-sexual-violence. (Diakses pada 18 Agustus 2023).
  2. CDC. Fast Facts. https://www.cdc.gov/violenceprevention/sexualviolence/fastfact.html. (Diakses pada 18 Agustus 2023).
  3. Fisher, Sophie., dkk. 2017. The Effects of Exposure to Catcalling on Women’s State Self-Objectification And Body Image. https://christopherjferguson.com/Catcalling.pdf. (Diakses pada 18 Agustus 2023).
  4. Komnas Perempuan. 2022. 15 Bentuk Kekerasan Seksual. https://drive.google.com/file/d/1jtyyAgVsjO0O7bRUqE00zWM_pzADMEs8/view (Diakses pada 18 Agustus 2023).
  5. National Sexual Violence Resource Center. Statistics. https://www.nsvrc.org/statistics. (Diakses pada 18 Agustus 2023).
  6. Stemple, Lara. 2017. Sexual Victimization by Women Is More Common Than Previously Known. https://www.scientificamerican.com/article/sexual-victimization-by-women-is-more-common-than-previously-known/. (Diakses pada 18 Agustus 2023).
  7. Thurston, Rebecca C., dkk. 2019. Association of Sexual Harassment and Sexual Assault With Midlife Women’s Mental and Physical Health. https://jamanetwork.com/journals/jamainternalmedicine/fullarticle/2705688. (Diakses pada 18 Agustus 2023).
  8. WHO. Sexual Violence. https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/77434/WHO_RHR_12.37_eng.pdf. (Diakses pada 18 Agustus 2023).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi