Terbit: 18 August 2022 | Diperbarui: 19 August 2022
Ditulis oleh: Wulan Anugrah | Ditinjau oleh: dr. Aloisia Permata Sari Rusli

Cuaca panas mungkin sudah menjadi ‘makanan sehari-hari’ masyarakat Indonesia. Namun, ketika terik yang terjadi sangat ekstrem, hal ini bisa menandakan gelombang panas. Dampaknya, kesehatan kulit dan tubuh secara keseluruhan akan terancam.

Mengenal Gelombang Panas dan Bahayanya bagi Kesehatan

Apa itu Gelombang Panas?

Gelombang panas atau heatwaves adalah kondisi ketika suhu maksimal dan suhu minimal pada suatu lokasi sangat panas selama periode waktu tiga hari.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), gelombang panas, cuaca panas, atau panas sendiri dapat berlangsung selama beberapa hari. Kondisi ini dapat menyebabkan dampak tersendiri, bahkan pada kondisi yang parah, dapat menyebabkan kematian.

Di Indonesia sendiri, suhu panas yang tinggi tidak berpotensi menimbulkan gelombang panas. Hal ini disampaikan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada Juli 2022 lalu.

Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, suhu panas di wilayah Indonesia pada umumnya berada pada angka 34-36 derajat Celsius di siang hari.

Sementara itu, gelombang panas terjadi ketika suhu meningkat berkepanjangan atau terus-menerus pada suatu wilayah hingga mencapai 5 derajat Celsius.

Baca JugaKulit Dehidrasi: Ciri-ciri dan Cara Mengatasi

Dampak Buruk dari Gelombang Panas

Gelombang panas akan memicu sejumlah masalah kesehatan. Namun, dampaknya akan bergantung pada intensitas dan durasi suhu, serta sejumlah faktor lainnya.

Adapun beberapa bahaya dari gelombang panas terhadap kesehatan, di antaranya:

1. Dehidrasi

Dehidrasi adalah kondisi ketika tubuh kehilangan cairan dalam jumlah banyak, sedangkan asupan cairan lebih sedikit. Jika tidak ditangani segera, kondisi ini bisa berbuntut serius terhadap kesehatan seseorang.

Untuk mencegah dampak buruk gelombang panas yang satu ini, Anda sebaiknya minum air putih yang cukup, apalagi jika pekerjaan Anda menuntut untuk berada di luar ruangan.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan untuk minum air sebanyak 1 gelas per 15-20 menit jika Anda bekerja di tengah cuaca panas. Sebagai catatan, minum sedikit, tetapi sering lebih direkomendasikan ketimbang minum dalam jumlah banyak sekaligus.

Selain itu, perhatikan asupan cairan yang dikonsumsi. Pastikan Anda minum air putih untuk mencegah dehidrasi selama cuaca panas, bukan jenis air minum lainnya.

Sementara itu, hindari konsumsi minuman berenergi dan alkohol saat terik. Minuman berenergi yang dikonsumsi berlebihan saat panas dapat meningkatkan asupan kafein ke dalam tubuh. Ini akan berdampak terhadap kesehatan jantung.

Di sisi lain, alkohol bisa memicu terjadinya dehidrasi. Jika konsumsi alkohol dilakukan selama 24 jam ketika Anda bekerja di tempat terik, hal ini dapat menimbulkan penyakit akibat panas.

2. Heatstroke

Gelombang panas dapat menyebabkan heatstroke. Kondisi ini terjadi ketika suhu tubuh meningkat hingga mencapai 40 derajat Celsius.

Sebelum kondisi ini menimpa, seseorang terlebih dahulu akan mengalami heat exhaustion (kelelahan akibat cuaca panas).

Berikut ini beberapa tanda heatstroke yang harus diwaspadai:

  • Kelelahan.
  • Pusing.
  • Sakit kepala.
  • Keringat berlebih.
  • Kulit pucat dan lembap.
  • Pada kulit terdapat ruam panas, tetapi perubahan warna kulit tidak terlalu kentara pada pemilik kulit gelap.
  • Napas atau detak jantung lebih cepat.
  • Suhu tubuh tinggi.
  • Rasa haus berlebihan.
  • Lemah.

3. Gangguan Pernapasan

Gelombang panas yang terjadi sebagai akibat dari ekstremnya perubahan cuaca ikut berkontribusi terhadap meningkatnya risiko gangguan pernapasan, seperti radang tenggorokan, batuk, dan common cold.

Perlu Anda ketahui, perubahan suhu ekstrem dapat mengganggu sistem imun tubuh. Pasalnya, tubuh harus beradaptasi dengan perubahan suhu drastis tersebut.

Selain itu, overheating (kondisi panas berlebihan) dapat memperburuk gejala pada orang-orang yang sudah memiliki masalah jantung atau pernapasan.

4. Gangguan terhadap Kesehatan Mental

Tidak hanya pada kesehatan fisik, gelombang panas ikut berdampak terhadap kesehatan mental seseorang.

Selain itu, dampak suhu yang tinggi dapat menyebabkan gejala gangguan mental seseorang makin memburuk. Gelombang panas atau peristiwa cuaca lain (misalnya kebakaran dan banjir) berhubungan dengan meningkatnya gejala depresi pada orang yang sudah terdiagnosis depresi.

Kabar buruknya, suhu tinggi juga dikaitkan dengan peningkatan upaya bunuh diri dan kejadian bunuh diri. Penelitian menemukan, setiap 1 derajat Celsius peningkatan suhu rata-rata bulanan menyebabkan peningkatan kematian terkait kesehatan mental sebesar 2.2%.

Baca JugaTidak Hanya Sejuk, Ini Manfaat Embun Pagi bagi Kesehatan

5. Masalah pada Kulit

Jika memang cuaca panas tidak bisa dihindari, misalnya karena pekerjaan menuntut Anda berada di cuaca terik, jangan lupa gunakan tabir surya atau sunscreen.

Penggunaan tabir surya dapat mencegah kulit terpapar sinar ultraviolet (UV) dari matahari. Perlu Anda ketahui, terlalu sering terpapar sinar UV dapat meningkatkan risiko terkena kanker kulit.

Tabir surya bekerja untuk melindungi kulit dari bahaya sinar UV dengan cara memantulkan sinar UV dari kulit dan menyerap sinar UV sebelum mereka dapat menembus masuk ke dalam kulit.

Berikut ini adalah tips menggunakan sunscreen untuk mengurangi bahaya gelombang panas terhadap kulit:

  • Pilih sunscreen sesuai jenis kulit.
  • Pilihlah sunscreen yang memiliki SPF minimal 30. Semakin tinggi SPF dari produk tabir surya yang Anda gunakan, semakin baik perlindungannnya untuk kulit.
  • Gunakan sunscreen 30 menit sebelum Anda keluar rumah.
  • Aplikasikan ulang sunscreen setiap dua jam sekali, atau ketika setelah berenang dan berkeringat.
  • Gunakan jumlah sunscreen dengan tepat agar perlindungannya dapat optimal.

Demikian penjelasan seputar gelombang panas dan bahayanya bagi kesehatan. Supaya dampaknya tidak Anda alami, cara terbaik adalah dengan menghindari cuaca panas, apalagi pada pukul 12.00-15.00 siang.

Jika tidak memungkinkan, gunakan pelindung tubuh saat keluar ruangan. Jangan lupa gunakan tabir surya untuk mencegah kulit terkena dampak buruk sinar UV dari matahari. Semoga bermanfaat!

 

  1. Anonim. 2019. Dehydration. https://www.nhs.uk/conditions/dehydration/. (Diakses pada 18 Agustus 2022).
  2. Anonim. 2022. Heatwave: How to Cope in Hot Weather. https://www.nhs.uk/live-well/seasonal-health/heatwave-how-to-cope-in-hot-weather/. (Diakses pada 18 Agustus 2022).
  3. Anonim. Heat Stress Hydration. https://www.cdc.gov/NIOSH/Mining/UserFiles/works/pdfs/2017-126.pdf. (Diakses pada 18 Agustus 2022).
  4. Anonim. Heatwaves. https://www.who.int/health-topics/heatwaves#tab=tab_1. (Diakses pada 18 Agustus 2022).
  5. Anonim. Protection From the Sun. https://www.nidirect.gov.uk/articles/protection-sun. (Diakses pada 18 Agustus 2022).
  6. Anonim. Understanding Heatwaves. http://www.bom.gov.au/australia/heatwave/knowledge-centre/understanding.shtml#. (Diakses pada 18 Agustus 2022).
  7. Wainwright, Laurence., & Neumann, Eileen. 2022. Heatwaves Worsen Mental Health Conditions. https://theconversation.com/heatwaves-worsen-mental-health-conditions-186759. (Diakses pada 18 Agustus 2022).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi