Terbit: 31 May 2023
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Sebuah informasi yang beredar di masyarakat mengatakan bahwa radiasi yang berasal dari HP bisa menyebabkan kanker otak. Benarkah radiasi smartphone memicu kanker atau tumor otak? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini. 

Tidak Perlu Khawatir, Radiasi Ponsel Tidak Menyebabkan Kanker Otak

Kenapa Radiasi Smartphone Dikaitkan dengan Kanker Otak?

Sebenarnya, terdapat banyak alasan mengapa penggunaan smartphone disangkutpautkan dengan masalah kesehatan seperti tumor otak, salah satunya adalah paparan radiasi dari ponsel.

Secara umum, ada beberapa alasan mengapa penggunaan ponsel dianggap bisa sebabkan kanker, di antaranya:

  • Gelombang frekuensi radio yang dipancarkan oleh ponsel dianggap bisa membahayakan kesehatan. Jenis frekuensi pada ponsel tergolong radiasi non-pengion. Ini artinya, jaringan tubuh terdekat bisa menyerap energi tersebut dengan mudah.
  • Jangka waktu penggunaan ponsel semakin meningkat. Penggunaan smartphone sejak 1990-an semakin bertambah dan hal ini diperkirakan akan terus mengalami peningkatan.

Meski ponsel bisa memancarkan radiasi elektromagnetik, namun frekuensinya berada pada rentang spektrum non-ionisasi. Ini artinya, frekuensinya termasuk berenergi rendah sehingga tidak akan merusak DNA.

Sementara itu, radiasi pengion (seperti pada x-ray dan radon) memiliki frekuensi yang lebih tinggi sehingga berisiko merusak DNA. Kerusakan pada DNA bisa menyebabkan perubahan pada gen dan meningkatkan risiko kanker.

Meski terdapat studi yang mengaitkan terdapat peningkatan risiko jenis tumor otak tertentu pada 10 persen orang yang sering menggunakan ponsel, penelitian yang melibatkan lebih dari 5.000 partisipan tersebut juga mengungkapkan, secara umum tumor otak tidak berhubungan dengan seberapa lama Anda menggunakan ponsel

Baca JugaBahaya Radiasi HP bagi Kesehatan dan Cara Mengurangi Dampaknya!

Kaitan Radiasi Smartphone dan Risiko Kanker

Beberapa penelitian yang menemukan kaitan antara penggunaan ponsel dengan risiko kejadian kanker, di antaranya:

  • Sebuah analisis tahun 2019 tidak menemukan adanya indikasi bahwa penggunaan ponsel bisa meningkatkan risiko tumor otak atau kelenjar ludah.
  • Sebuah telaah studi menemukan bahwa orang yang sudah menggunakan ponsel selama lebih dari 10 tahun atau lebih memiliki risiko lebih tinggi terhadap tumor otak. Tinjauan ini dilakukan terhadap sebanyak 22 penelitian yang dilakukan dari tahun 1966 dan 2016.
  • Para peneliti di Australia tahun 2018 membandingkan penggunaan ponsel dengan tumor otak selama tiga periode dekade yang berbeda. Hasilnya, tidak ditemukan hubungan di antara keduanya.

Baca Juga11 Makanan untuk Otak yang Patut Dikonsumsi Setiap Hari

Meninjau dari beberapa penelitian tersebut, ada beberapa kelemahan yang bisa ditemukan, seperti:

  • Hasil penelitian dilakukan pada hewan atau sel di laboratorium sehingga kemungkinan tidak berlaku bagi manusia.
  • Kebiasaan lain selain menggunakan ponsel bisa ikut berkontribusi terhadap kanker, tetapi hal ini tidak diteliti.
  • Seseorang umumnya tidak selalu ingat mengenai kebiasaan yang dilakukannya, termasuk berapa lama menggunakan ponsel. Inilah yang membuat hasil penelitian menjadi kurang akurat.
  • Teknologi smartphone berkembang dari tahun ke tahun. Hal ini bisa memengaruhi hasil penelitian.
  • Sebagian besar penelitian dilakukan pada orang dewasa. Ini berarti hasilnya tidak berlaku untuk anak-anak.

Jadi, hingga saat ini belum ada penelitian yang dapat membuktikan dengan jelas bahwa penggunaan ponsel bisa picu tumor atau kanker otak. Namun, demi mengurangi paparan radiasi ponsel saat menelpon, Anda bisa menggunakan headset, earbuds, atau speaker untuk mengurangi paparan radiasi ke kepala.

 

  1. Anonim. 2022. Cell Phones and Cancer Risk. https://www.cancer.gov/about-cancer/causes-prevention/risk/radiation/cell-phones-fact-sheet. (Diakses pada 7 Maret 2023).
  2. Salamon, Maureen. 2022. Cell Phones and Cancer Risk. https://www.webmd.com/cancer/cell-phones-cancer. (Diakses pada 7 Maret 2023).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi