Terbit: 9 January 2020
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Istilah pensiun dini kini mulai populer di Indonesia, khususnya bagi mereka yang ingin menikmati masa tua lebih awal atau yang ingin memulai bisnis baru alih-alih terus bekerja di instansi atau perusahaan tertentu. Meski terlihat sebagai sesuatu yang baik, pakar kesehatan menyebut pensiun dini ternyata juga bisa memberikan efek kurang baik bagi kesehatan, lho.

Pensiun Dini Ternyata Bisa Tingkatkan Risiko Demensia

Dampak Pensiun Dini bagi Risiko Demensia

Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui kondisi dari para pria pensiunan dengan usia 80 tahun atau lebih di Jepang. Dalam penelitian ini, disebutkan bahwa sebagian dari para partisipan kembali ke pekerjaannya setidaknya seminggu sekali dan sisanya hanya tinggal di rumah saja. Hasilnya adalah, mereka yang kembali ke tempat kerjanya seminggu sekali cenderung mampu menekan penurunan kondisi mental dengan signifikan.

Penelitian lain yang dilakukan di New York, Aerika Serikat menghasilkan fakta bahwa mereka yang memilih untuk pensiun dini cenderung lebih rentan terkena demensia. Bahkan, berhenti bekerja di usia kurang dari 60 tahun cenderung membuat penurunan fungsi kognitif dan memori bisa berlangsung dengan lebih cepat.

Hal ini disebabkan oleh setelah pensiun, kita cenderung lebih jarang berinteraksi dengan orang lain. Meski terlihat sebagai sesuatu yang wajar, pakar kesehatan menyebut hal ini bisa memberikan dampak besar bagi fungsi kognitif dan risiko demensia.

Penelitian lainnya yang dilakukan di Brighamton University, New York yang melibatkan 17.500 orang dari China Retirement Longitudinal Survey juga mengungkap hal yang sama, yakni mereka yang sudah menikmati tunjangan pensiun justru mengalami penurunan mental jauh lebih cepat dibandingkan dengan mereka yang masih bekerja di usia yang sama. Bahkan, daya ingat bisa menurun hingga 20 persen lebih cepat.

Berbagai Cara Mencegah Demensia

Pakar kesehatan menyebut ada beberapa cara yang bisa kita lakukan demi mencegah demensia. Berikut adalah beberapa di antaranya.

  1. Rutin Makan Daging Ikan

Tak hanya memiliki rasa yang enak, dalam realitanya daging ikan tinggi kandungan nutrisi yang bisa memberikan banyak manfaat kesehatan. Salah satunya adalah bisa mencegah datangnya alzheimer dan demensia.

Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan asam lemak omega 3 yang tinggi di dalam daging ikan seperti ikan tuna, salmon, dan sarden.

  1. Mengelola Stres dengan Lebih Baik

Sebuah penelitian yang dilakukan di Swedia pada 2010 lalu menghasilkan fakta bahwa mereka yang sering terpapar stres dan tidak mengendalikannya dengan baik cenderung lebih berisiko terkena demensia di usia lanjut. Cobalah untuk mengatur waktu dengan baik sehingga bisa mendapatkan waktu untuk bersantai, menikmati hobi yang disukai, atau melakukan liburan yang bisa mengatasi stres.

  1. Tidur Cukup Setiap Malam

Jika kita sering begadang atau kurang tidur, maka risiko untuk terkena demensia dan alzheimer meningkat dengan signifikan. Hal ini disebabkan oleh proses regenerasi sel di dalam otak yang tidak berlangsung dengan baik. Selain itu, kurang tidur terbukti bisa meningkatkan risiko stres, salah satu faktor utama penyebab datangnya demensia.

  1. Menghindari Alkohol

Pakar kesehatan menyebut kebiasaan minum alkohol terbukti bisa meningkatkan risiko terkena alzheimer dengan drastis. Jika hal ini juga disertai dengan kebiasaan merokok, maka akan menyebabkan peradangan dan gangguan sirkulasi darah menuju otak yang bisa memicu datangnya penyakit degeneratif ini.

  1. Menhindari Junk Food

Meski rasanya enak dan mengenyangkan, pakar kesehatan menyebut kebiasaan mengonsumsi junk food terbukti bisa meningkatkan risiko terkena alzheimer atau demensia dengan drastis. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan lemak jahat di dalam makanan ini yang bisa menyebabkan datangnya peradangan pada otak.

 

Sumber:

  1. Anonim. 2019. RESEARCH SHOWS THAT EARLY RETIREMENT CAN ACCELERATE COGNITIVE DECLINE. www.binghamton.edu/news/story/2117/research-shows-that-early-retirement-can-accelerate-cognitive-decline. (Diakses pada 9 Januari 2020).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi