Terbit: 28 September 2020
Ditulis oleh: Devani Adinda Putri | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Diseksi aorta adalah kerusakan pada lapisan dalam aorta (lapisan arteri besar). Penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan hingga kehilangan penglihatan. Selengkapnya ketahui, gejala, penyebab, dan pengobatan dalam ulasan di bawah ini.

Diseksi Aorta: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Apa itu Diseksi Aorta?

Diseksi aorta adalah kondisi medis serius di mana lapisan aorta robek atau rusak. Aorta adalah pembuluh darah besar (arteri) yang bercabang di jantung.

Fungsi aorta adalah mengalirkan darah penuh oksigen ke seluruh tubuh. Jika aorta robek atau pecah, maka akan terjadi pendarahan yang mengalir melalui robekan tersebut dan menyebabkan terbentuknya alirah darah palsu di antara lapisan darah dalam dan lapisan luar.

Robekan lapisan aorta yang semakin panjang akan memisahkan lapisan aorta, itulah yang disebut diseksi aorta. Kerusakan lapisan aorta adalah kasus medis yang jarang terjadi.

Orang tua atau laki-laki di atas usia 60-an berisiko paling tinggi mengalaminya. Kerusakan seluruh lapisan aorta dapat berakibat fatal, namun diagnosis dan penanganan lebih awal dapat membantu pasien bertahan hidup.

Gejala Diseksi Aorta

Gejala diseksi aorta serupa dengan gejala penyakit jantung lainnya seperti serangan jantung. Gejalanya mungkin juga tidak disadari karena sangat umum, yaitu nyeri dada, nyeri punggung atas, dan sensasi tajam di dada. Tanda diseksi aorta lainnya, termasuk:

  • Pusing.
  • Sesak napas.
  • Sulit bicara.
  • Kelumpuhan di salah satu sisi tubuh.
  • Berkeringat.
  • Denyut nadi di satu tangan lebih lama dari tangan lainnya.
  • Kelumpuhan kaki.
  • Sulit berjalan.
  • Sakit perut tiba-tiba.
  • Kehilangan penglihatan.
  • Lemah tubuh.
  • Sakit kaki.
  • Sensasi kulit robek atau tergeser di dada hingga ke leher.
  • Hilang kesadaran atau pingsan.

Rasa nyeri biasanya terjadi tiba-tiba saat pembuluh darah arteri mulai robek (diseksi). Beberapa pasien hanya mengalami gejala nyeri ringan dan sering dikira tegang otot biasa.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera hubungi dokter bila mengalami gejala nyeri dada diikuti dengan sensasi seperti luka robekan dengan rasa sakit parah. Rasa nyeri tersebut juga diikuti dengan gejala sesak napas, pingsan, atau seperti gejala stroke. Gejala tersebut menunjukkan masalah serius.

Selain itu, diagnosis lebih awal dapat membantu perawatan dan pengobatan untuk menyelamatkan hidup pasien.

Penyebab Diseksi Aorta

Para ahli belum dapat memastikan penyebab diseksi aorta, namun beberapa faktor diduga menjadi pemicu kerusakan aorta, yaitu:

  • Kelemahan pada aorta.
  • Tekanan darah kronis yang memberi tekanan dan tegangan pada jaringan aorta.
  • Riwayat penyakit medis terkait kelemahan aorta, seperti sindrom Marfan, aterosklerosis, dan katup aorta bicuspid.
  • Cedera traumatis pada bagian dada.

Faktor Risiko Diseksi Aorta

Faktor lain yang dapat menyebabkan kerusakan aorta, termasuk:

  • Kebiasaan merokok tembakau.
  • Pria memiliki risiko dua kali lebih besar terkena penyakit ini.
  • Pria berusia 60-80 tahunan juga lebih rentan mengalami aorta yang melemah.
  • Orang dengan latihan angkat besi intensitas tinggi, tekanan darah dapat meningkat selama latihan dan menyebabkan ketegangan aorta.

Memiliki kondisi medis tertentu juga meningkatkan risiko aorta robek, yaitu:

  • Pengerasan arteri (aterosklerosis).
  • Arteri melemah (aneurisma aorta).
  • Cacat katup aorta (katup aorta bikuspid).
  • Penyempitan aorta saat lahir (koarktasio aorta).
  • Kerusakan katup aorta.

Penyakit genetik juga dapat melemahkan jaringan aorta, seperti:

  • Sindrom turner, kelainan kromosom X yang membuat seseorang bertubuh pendek.
  • Gangguan jaringan ikat seperti sindrom Ehlers-Danlos dan sindrom Loeys-Dietz.
  • Infeksi atau peradangan arteri.

Baca Juga: Penyakit Arteri Karotis: Gejala, Penyebab, Pengobatan, dan Pencegahan

Diagnosis Diseksi Aorta

Dokter akan bertanya seputar gejala, riwayat medis, dan melakukan pemeriksaan fisik. Dokter akan memeriksa menggunakan stetoskop dan mengukur tekanan darah. Bila mencurigai adanya masalah jantung, dokter akan menyarankan pemeriksaan dengan beberapa metode, termasuk:

  • Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG), digunakan untuk memeriksa aktivitas listrik di jantung.
  • Pemindaian tomografi terkomputerisasi (CT), digunakan untuk memeriksa pembuluh darah jantung dengan gambar sinar X.
  • Angiogram resonansi magnetik, pemeriksaan pembuluh darah menggunakan medan magnet dan energi gelombang radio.

Dokter mungkin akan menggunakan pemeriksaan lain sesuai dengan kondisi Anda untuk memastikan diagnosis.

Jenis Diseksi Aorta

Diseksi aorta dibagi menjadi dua berdasarkan bagian aorta mana yang robek, sebagai berikut:

  • Tipe A: Robekan di bagian aorta atas (aorta ascendens) yang dapat memengaruhi perut. Kondisi tipe A lebih parah daripada tipe B.
  • Tipe B: di bagian aorta bawah (aorta desendens) yang dapat memengaruhi jaringan perut juga.

Tingkat keparahan dan pilihan pengobatan juga disesuaikan dengan jenis aorta yang mengalami kerusakan.

Pengobatan Diseksi Aorta

Kerusakan aorta dapat diatasi dengan dua cara, yaitu menggunakan obat-obatan atau operasi. Pada jenis diseksi aorta tipe A, pengobatan harus dilakukan dengan operasi darurat. Berikut ini cara mengobati aorta yang robek:

1. Obat-obatan

Gangguan aorta jenis B dapat ditangani dengan obat-obatan seperti beta blocker, nitroprusside, dan morfin, Obat tersebut digunakan untuk mengurangi tekanan darah dan denyut nadi. Obat-obatan yang sama mungkin digunakan pada tipe A sebelum operasi.

2. Operasi

Aorta yang robek harus dioperasi dan diganti dengan aorta cangkok sintetis. Katup aorta yang rusak juga harus diganti dengan cangkok untuk merekonstruksi aorta. Umumnya, hanya gangguan aorta tipe A yang membutuhkan operasi darurat. Pada tipe B, operasi mungkin dibutuhkan bila kondisinya memburuk.

Baca Juga: Penyakit Arteri Perifer: Gejala, Penyebab, Pengobatan, dan Pencegahan

Pencegahan Diseksi Aorta

Kerusakan aorta akibat penyakit genetik atau kondisi medis lainnya mungkin sulit dicegah, namun ada beberapa cara untuk mengurangi faktor risiko, yaitu:

  • Mengontrol tekanan darah secara teratur, terutama bila Anda memiliki riwayat tekanan darah tinggi.
  • Jangan merokok.
  • Jaga berat badan ideal dengan konsumsi sayur, buah, dan opsi makanan sehat lainnya.
  • Bila Anda memiliki riwayat penyakit tertentu dengan risiko tinggi melemahkan aorta, maka Anda harus konsultasi dan kontrol ke dokter sesuai jadwal.
  • Beberapa kasus kerusakan aorta disebabkan oleh cedera traumatis di sekitar dada, maka berhati-hatilah saat berkendara atau aktivitas berat lainnya.

Itulah pembahasan lengkap tentang gejala diseksi aorta, penyebab, komplikasi, pengobatan, dan pencegahannya. Konsultasikan ke dokter untuk diagnosis lebih tepat. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Teman Sehat!

 

fusion_accordion type=”” boxed_mode=”” border_size=”1″ border_color=”” background_color=”” hover_color=”” divider_line=”” title_font_size=”” icon_size=”” icon_color=”” icon_boxed_mode=”” icon_box_color=”” icon_alignment=”” toggle_hover_accent_color=”” hide_on_mobile=”small-visibility,medium-visibility,large-visibility” class=”” id=””]

  1. Colledge, Helen. 2018. Dissection of the Aorta. https://www.healthline.com/health/heart-disease/aortic-dissection. (Diakses pada 28 September 2020).
  2. Mayo Clinic. 2017. Aortic dissection. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/aortic-dissection/symptoms-causes/syc-20369496. (Diakses pada 28 September 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi