Terbit: 11 April 2022 | Diperbarui: 22 September 2022
Ditulis oleh: Wulan Anugrah | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Mendapati bayi  selalu menangis saat BAB, Anda sebagai orang tua pastinya khawatir. Apalagi jika kondisi tersebut dibarengi dengan bayi yang kesulitan mengejan dan kerap kali kentut. Anda pun pasti bertanya-tanya, mengapa bayi menangis saat BAB? Ternyata penyebabnya cukup beragam. Simak ulasannya berikut ini.

Bayi Menangis saat BAB, Ini 7 Alasannya

Penyebab Bayi Menangis saat BAB

Bayi baru lahir masih menyesuaikan diri dengan fungsi tubuhnya, termasuk soal buang air besar atau BAB.

Perlu Anda ketahui, pada minggu-minggu awal kelahiran, si Kecil bisa saja BAB sampai 10 kali. Pada beberapa kasus, Anda pun mendapati bayi menangis saat BAB.

Jika hal tersebut terjadi sesekali, Anda mungkin tidak terlalu cemas. Namun, bagaimana jika bayi kerap kali menangis keras saat buang air besar? Berikut ini beberapa kemungkinan penyebabnya:

1. Konstipasi

Salah satu penyebab bayi menangis saat BAB adalah konstipasi atau sembelit. Penyebab yang satu ini tergolong jarang terjadi. Namun, Anda perlu mewaspadai kemungkinannya.

Konstipasi dapat terjadi ketika si Kecil mulai mengonsumsi makanan padat. Adapun ciri-ciri konstipasi pada bayi, di antaranya:

  • Tinja keras dan kering.
  • BAB tampak menyakitkan dan sulit untuk dikeluarkan.
  • Bayi tampak melengkungkan tubuhnya dan menangis.
  • Frekuensi BAB jarang.

Jika Anda mencurigai bayi mengalami konstipasi, segera periksakan ke dokter.

Selain itu, Anda juga bisa menambahkan banyak serat ke dalam menu makanannya. Jangan lupakan asupan cairan harian si Kecil, ya.

2. Ada gas di dalam tubuh

Penumpukan gas di dalam tubuh bisa menyebabkan buang air besar terasa menyakitkan. Inilah yang pada akhirnya memicu bayi menangis saat BAB.

Penyebab adanya gas di dalam tubuh bayi dapat terjadi karena berbagai kondisi, seperti:

  • Udara yang masuk ke tubuh saat menangis.
  • Saluran pencernaan yang belum matang.
  • Sindrom hiperlaktasi.
  • Infeksi saluran cerna.
  • Ketidakmampuan tubuh bayi dalam mencerna ASI.

Cara mengatasi bayi yang menangis saat BAB akibat kondisi ini bisa dengan memijat perut bayi secara perlahan. Ini dilakukan agar gas dalam perut bisa keluar. Anda juga bisa memastikan anak bersendawa setelah menyusu.

Baca JugaPurple Crying, Ketika Bayi Menangis Terus-menerus

3. Belum akrab dengan sensasi BAB

Bayi baru lahir masih menyesuaikan diri dengan sensasi buang air besar. Karena belum terbiasa, bayi Anda bisa menangis saat BAB.

Jadi, ketika mendapati si Kecil berekspresi seperti kesulitan BAB dan menangis, Anda tidak perlu terlalu khawatir. Seiring berjalannya waktu, bayi Anda akan membiasakan diri.

4. Menginginkan perhatian

Penyebab bayi menangis saat buang air besar yang satu ini mungkin tidak pernah Anda duga sebelumnya. Namun, kondisi ini cukup umum ditemui.

Ketika bayi sedang BAB dan menangis, coba lebih perhatikan dirinya. Jika setelah melihat Anda, tangisannya mereda, mungkin saja penyebabnya menangis memang ingin perhatian Anda.

5. Dyschezia

Dyschezia atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan ‘diskezia’ adalah gangguan BAB pada bayi. Kondisi ini bisa menimpa bayi yang berusia 6 bulan sampai 24 bulan.

Jika mengalami diskezia, bayi akan kesulitan BAB karena refleks mengejan yang tidak sejalan dari otot panggul. Berbeda dengan konstipasi, bayi dengan kondisi ini memiliki feses yang normal (tidak keras).

Jika mengalaminya, bayi kemungkinan akan menangis dan mengejan selama 10 menit sebelum feses keluar.

Orang tua juga bisa mencurigai kondisi ini ketika selama 20 hingga 30 menit sebelum buang air besar, wajahnya memerah, berteriak, dan tampak kesakitan.

Tidak ada cara mengatasi bayi menangis saat BAB akibat kondisi ini secara khusus. Pasalnya, seiring berjalannya waktu, bayi akan segera belajar buang air besar.

6. Kolik pada bayi

Melansir Mayo Clinic, kolik adalah kondisi ketika bayi menjadi lebih rewel dan sering kali menangis. Kondisi ini terjadi berkepanjangan dan intens. Jika mengalami kondisi ini, bayi bisa menangis saat BAB.

Gejala lain dari kolik, di antaranya:

  • Tangisan intens sehingga bayi tampak kesakitan.
  • Bayi rewel, meskipun tangisan telah berkurang.
  • Ruam kulit.
  • Gas berlebihan.
  • Tinja berdarah.
  • Muntah.

Kolik pada bayi biasanya akan memuncak pada usia enam minggu, lalu mereda ketika sudah memasuki usia tiga sampai empat bulan.

Baca JugaObat Diare pada Bayi 0-6 Bulan (Medis dan Alami)

7. Kurang koordinasi otot saat BAB

Bayi membutuhkan waktu untuk belajar buang air besar. Pada suatu kondisi, bisa saja si Kecil merasa kesulitan untuk BAB pada posisi tertentu sehingga ia pun menangis.

Sebagai contoh, ketika bayi buang air besar dalam posisi berbaring, ia pun harus lebih ekstra menggunakan kekuatan otot perutnya. Hal inilah yang akan membuat bayi menangis saat BAB.

Akibat kurangnya koordinasi otot tubuh, maka si Kecil bisa kesulitan ketika buang air besar.

Jika bayi menangis saat BAB dibarengi dengan demam, sulit makan, dan berbagai gejala penyerta lainnya, segera periksakan kondisinya ke dokter. Dengan begitu, penanganan dapat segera diberikan.

 

  1. Anonim. Colic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/colic/symptoms-causes/syc-20371074. (Diakses pada 11 April 2022).
  2. Anonim. Infant Dyschezia. https://aboutkidsgi.org/lower-gi/childhood-defecation-disorders/infant-dyschezia/. (Diakses pada 11 April 2022).
  3. Garoo, Rohit. 2022. Baby Crying When Pooping: Reasons, When To Worry And Remedies. https://www.momjunction.com/articles/newborn-baby-cries-when-pooping-reasons-tips_00720888/. (Diakses pada 11 April 2022).
  4. Hoecker, Jay. 2022. What Are The Signs of Infant Constipation? and What’s The Best Way to Treat It? https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/expert-answers/infant-constipation/faq-20058519#. (Diakses pada 11 April 2022).
  5. Nair, Anisha. 2019. Why Your Baby Cries While Pooping. https://parenting.firstcry.com/articles/why-baby-cry-while-pooping/. (Diakses pada 11 April 2022).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi