Terbit: 10 February 2020 | Diperbarui: 30 August 2023
Ditulis oleh: Mutia Isni Rahayu | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Kondisi bayi kuning pada dasarnya merupakan hal yang sangat umum terjadi di awal kelahiran. Meskipun begitu, kondisi ini juga perlu diwaspadai dan dipantau dengan baik karena dapat mengindikasikan masalah kesehatan yang serius. Ketahui selengkapnya tentang kondisi ini melalui artikel berikut!

Bayi Kuning: Penyebab, Gejala, Pengobatan, hingga Pencegahan

Apa Itu Bayi Kuning?

Penyakit kuning pada bayi adalah kondisi di mana terjadi perubahan warna kuning pada kulit dan mata bayi yang baru lahir. Kondisi ini disebabkan oleh karena tingginya kadar bilirubin dalam darah. Bilirubin adalah pigmen berwarna kuning kecokelatan yang ada dalam darah.

Kondisi bayi kuning atau disebut juga ikterus adalah kondisi yang cukup umum, terutama pada bayi yang lahir sebelum usia kandungan 38 minggu atau pada bayi yang kekurangan ASI maupun susu formula.

Kadar bilirubin tinggi biasanya tidak berbahaya, tapi dalam beberapa kasus kadar bilirubin yang sangat tinggi ditambah beberapa faktor lain juga dapat menyebabkan komplikasi.

Baca juga: Fakta tentang Bayi Baru Lahir yang Perlu Diketahui Orang Tua

Gejala Bayi Kuning

Bayi yang terkena penyakit kuning dapat menunjukan gejala dan tanda seperti berikut:

  • Kulit menguning. Dimulai dari wajah, lalu dada, perut hingga kaki
  • Bagian putih mata menguning
  • Feses berwarna pucat, padahal seharus berwarna kuning menuju orange
  • Urine berwarna kuning pekat atau hitam

Umumnya gejala di atas muncul pada hari kedua hingga keempat setelah bayi lahir. Anda dapat memeriksa adanya penyakit kuning dengan menekan lembut pada dahi atau hidung bayi.

Apabila bagian yang ditekan terlihat kuning maka dapat dikatakan bahwa bayi Anda memiliki penyakit kuning ringan (ikterus neonatorum), apabila bagian yang ditekan terlihat terang dari warna normal maka bayi Anda tidak memiliki penyakit kuning.

Di samping itu, bayi yang memiliki kadar bilirubin tinggi dalam darah, biasanya akan menunjukkan gejala seperti:

  • Bermasalah saat menyusui (isapannya lebih lamban)
  • Bayi terlihat gelisah dan mudah rewel atau gelisah
  • Menangis dengan nada yang tinggi

Kapan Harus ke Dokter?

Sebelum bayi diizinkan untuk meninggalkan rumah sakit, biasanya akan dilakukan pemeriksaan lebih dulu, termasuk pemeriksaan penyakit kuning. Saat berada di rumah sakit, bayi juga disarankan untuk diperiksa setiap 8 hingga 12 jam sekali untuk melihat adanya tanda penyakit kuning.

Apabila bayi dipulangkan dari rumah sakit lebih awal dari 72 jam setelah kelahiran, disarankan untuk membuat janji pemeriksaan rutin dua hari setelah kepulangan. Namun jika muncul gejala yang menunjukkan adanya komplikasi, Anda harus segera berkonsultasi ke dokter.

Ciri-ciri penyakit kuning parah yang dapat mengindikasikan komplikasi meliputi:

  • Kulit bayi semakin bertambah kuning dari hari ke hari
  • Kulit di perut, lengan, dan kaki bayi terlihat kuning
  • Bagian putih mata bayi terlihat kuning
  • Bayi tampak lesu, sakit, atau sulit dibangunkan
  • Tidak mengalami kenaikan berat badan atau kesulitan menyusu
  • Bayi membuat tangisan bernada tinggi
  • Tidak mengalami tanda atau gejala lain yang mengkhawatirkan

Baca juga: Penyebab Bayi Lahir Besar Serta Cara Mencegahnya

Penyebab Bayi Kuning

Penyebab yang paling utama dari kondisi ini adalah kadar bilirubin yang tinggi. Bilirubin dilepaskan dari kerusakan sel darah merah yang memang sudah menjadi bagian dari siklus hidup sel darah merah.

Ketika bayi baru lahir, bayi dapat memproduksi bilirubin lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan karena kerusakan sel darah merah terjadi lebih cepat pada awal kelahiran.

Bilirubin akan disaring oleh hati dari aliran darah, kemudian dilepaskan ke saluran usus. Bayi yang baru lahir memiliki hati yang belum dapat bekerja maksimal, sehingga tidak dapat menyaring bilirubin cukup cepat. Hal ini lah yang kemudian memicu kelebihan bilirubin.

Kondisi ini disebut dengan penyakit kuning fisiologis dan merupakan hal yang sangat wajar muncul pada usia 2 atau 3 hari.

Selain penyakit kuning fisiologis, penyakit kuning juga dapat terjadi akibat berbagai kondisi lain seperti:

  • Pendarahan internal
  • Infeksi dalam darah atau sepsis
  • Infeksi virus atau bakteri
  • Ketidakcocokan antara darah ibu dan darah bayi
  • Kerusakan hati
  • Kekurangan enzim
  • Kelainan sel darah merah yang menyebabkan sel darah merah lebih cepat rusak

Faktor Risiko Bayi Kuning

Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan anak terkena penyakit kuning, berikut di antaranya:

1. Kelahiran Prematur

Faktor pertama bayi terkena penyakit kuning adalah bayi yang lahir secara prematur atau lahir sebelum minggu ke-38. Bayi yang lahir sebelum itu tidak memiliki kemampuan untuk bisa menyaring darah secara cepat seperti bayi yang lahir normal.

Hal tersebut dapat terjadi karena organ pada bayi prematur belum siap untuk bisa bekerja sesuai fungsinya. 

2. Memar Selama Kehamilan

Saat proses persalinan terjadi, bayi mengalami memar akibat berbagai hal. Akibatnya kondisi seperti itu berisiko meningkatkan pasokan bilirubin ke dalam darah.

3. Bayi atau Ibu Kekurangan Gizi

Apabila selama hamil, Anda tidak memenuhi asupan gizi yang cukup. Hal tersebut bisa meningkatkan risiko bayi mengalami penumpukan bilirubin. Selain itu, asupan rendah atau dehidrasi juga bisa mengakibatkan ikterus neonatorum.

Komplikasi Bayi Kuning

Kadar bilirubin yang sangat tinggi dapat menyebabkan penyakit kuning parah yang memicu komplikasi. Berikut adalah komplikasi yang dapat terjadi:

1. Ensefalopati Bilirubin Akut

Kondisi satu ini terjadi ketika bilirubin pada darah bayi masuk ke area otak, kemudian merusak sel-sel otak sehingga mengakibatkan ensefalopati. Bayi dapat mengalami gejala ensefalopati akut yang ditandai sebagai berikut:

  • Demam
  • Lesu
  • Muntah
  • Sulit dibangunkan
  • Lebih rewel dan gelisah
  • Sulit menyusu atau mengisap puting ibu
  • Leher dan tubuh melengkung ke belakang

2. Kernicterus

Apabila ensefalopati akut yang terjadi pada bayi kuning tidak ditangani dengan tepat dan baik, maka bisa menyebabkan kerusakan permanen pada otak (kernicterus). Kondisi tersebut bisa menyebabkan bayi kehilangan pendengaran sampai mengalami perkembangan email gigi (lapisan luar gigi) yang terhambat.

Diagnosis Bayi

Umumnya dokter sudah dapat mendiagnosis ikterus dari ciri fisiknya, namun terkadang dibutuhkan juga beberapa pemeriksaan lain untuk memastikan kondisi ini. Berikut adalah beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis penyakit kuning:

  • Pemeriksaan fisik
  • Tes darah untuk memeriksa kadar bilirubin
  • Melakukan tes kulit menggunakan alat yang disebut bilirubinometer transkutan
  • Tes darah atau tes urine jika kondisi ini dicurigai disebabkan masalah medis lain

Pengobatan Bayi Kuning

Kasus ikterus ringan biasanya akan pulih dengan sendirinya dan tidak membutuhkan penanganan khusus. Kondisi ikterus yang sedang hingga berat akan membutuhkan penanganan medis hingga kadar bilirubin normal.

Berikut adalah cara mengatasi bayi kuning yang mungkin dilakukan:

1. Terapi Cahaya

Terapi cahaya atau fototerapi  dilakukan dengan cara menempatkan bayi di bawah sebuah lampu khusus. Lampu ini memancarkan cahaya dalam septrum biru-hijau yang dapat mengubah bentuk dan struktur bilirubin sehingga bilirubin dapat diekskresikan dalam urine dan feses.

Bayi akan menggunakan popok dan pelindung mata selama menjalani terapi. Penggunaan alas atau kasur yang memancarkan cahaya juga dapat dilakukan untuk melengkapi terapi ini.

2. Imunoglobulin Intravena

Intravenous immunoglobulin (IVIg) atau imunoglobulin intravena adalah transfusi imunoglobulin yang merupakan protein darah yang dapat mengurangi kadar antibodi.

Perawatan ini dilakukan apabila kondisi disebabkan oleh perbedaan golongan darah rhesus pada ibu dan bayi. Ketika perbedaan golongan darah terjadi, bayi akan membawa antibodi dari ibu yang menyebabkan kerusakan sel darah merah pada bayi terjadi lebih cepat. Mengurangi kadar antibodi akan membantu meredakan gejala ikterus.

3. Transfusi Tukar

Pada kasus yang parah dan tidak menanggapi perawatan yang sudah disebutkan di atas, transfusi tukar mungkin diperlukan.

Transfusi tukar melibatkan pengambilan sejumlah kecil darah dan menggantinya dengan darah yang berasal dari donor. Cara ini dapat membantu menurunkan kadar bilirubin dan antibodi ibu.

Baca juga: Mengenal Fungsi Plasenta Bagi Janin, Bumil Harus Tahu

Perawatan Bayi Kuning di Rumah

Jika kasus ikterus tidak begitu parah, perawatan di rumah dapat membantu agar kondisi ini cepat pulih. Berikut adalah cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi penyakit kuning ringan:

  • Memberi makan bayi dengan ASI lebih sering. Bayi yang diberi ASI harus minum 8 hingga 12 kali sehari selama beberapa hari pertama kehidupannya, sedangkan bayi yang diberi susu formula harus menerima sekitar 30-60 ml susu formula setiap 2-3 jam selama minggu pertama.
  • Pemberian makanan tambahan. Apabila bayi mengalami kesulitan menyusui, kehilangan berat badan, atau dehidrasi, dokter akan menyarankan pemberian susu formula atau ASI perah untuk mendukung pemberian ASI langsung dari ibu.

Pencegahan Bayi Kuning

Tidak ada cara pasti untuk dapat mencegah kondisi ini. Satu-satunya cara adalah dengan memastikan konsumsi ASI atau susu bayi terpenuhi dengan baik. Selain itu, pemeriksaan golongan darah rhesus selama kehamilan juga dapat membantu mendeteksi dini adanya perbedaan golongan darah pada ibu dan bayi.

Nah, itulah pembahasan mengenai bayi kuning yang perlu Anda ketahui. Lakukan konsultas mengenai keadaan si kecil kepada dokter Anda agar mendapatkan perawatan dan penanganan yang tepat dengan segera.

  1. Anonim. 2018. Infant Jaundice. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/infant-jaundice/symptoms-causes/syc-20373865. (Diakses 10 Februari 2020).
  2. Moores, Danielle. 2017. Understanding Newborn Jaundice. https://www.healthline.com/health/newborn-jaundice#prevention. (Diakses 10 Februari 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi