Terbit: 12 December 2014 | Diperbarui: 21 July 2023
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Emboli air ketuban merupakan komplikasi berbahaya dan mengancam nyawa yang muncul selama atau segera setelah persalinan. Kondisi ini termasuk sulit untuk diketahui karena gejalanya mirip dengan komplikasi lainnya. Pelajari selengkapnya berikut ini!

Waspada, Emboli Air Ketuban Bisa Berakibat Fatal Bagi Ibu dan Janin

Apa Itu Emboli Air Ketuban?

Emboli air ketuban merupakan komplikasi kehamilan yang terjadi ketika air ketuban, sel janin, rambut, atau materi lainnya masuk ke dalam aliran darah sebelum, selama, atau sesaat setelah persalinan hingga menyebabkan masalah pada kardiovaskular.

Air ketuban merupakan cairan yang mengelilingi janin selama berada dalam rahim. Material ini mayoritas terdiri dari air, tetapi juga mengandung berbagai sel dan jaringan janin. 

Air ketuban atau materi organik lain yang masuk ke dalam aliran darah akan dideteksi sebagai benda asing oleh tubuh. Akibatnya, kondisi ini dapat memicu reaksi alergi. Efek dari reaksi ini dapat menimbulkan pendarahan yang berlebihan atau gagal jantung paru. 

Emboli air ketuban bisa terjadi secara tiba-tiba dan tidak bisa diprediksi. Kasus ini perlu segera mendapatkan pertolongan medis. 

Sebenarnya, air ketuban yang masuk ke aliran darah merupakan hal yang normal terjadi saat persalinan. Pada kebanyakan pasien, kejadian ini tidak menyebabkan reaksi alergi. Hingga saat ini, para peneliti belum mengetahui secara pasti alasan beberapa orang mengalami reaksi alergi air ketuban. 

Baca Juga20 Perlengkapan Bayi Baru Lahir yang Harus Disiapkan Orang Tua

Seberapa Umum Emboli Air Ketuban?

Emboli air ketuban merupakan kasus yang jarang terjadi. Kasus hanya ditemukan pada 2-8 kasus per 100.000 persalinan serta menyumbang sekitar 7,5 hingga 10 persen angka kematian ibu. 

Gejala emboli air ketuban sangat mirip dengan komplikasi persalinan lain, seperti inversio uteri, abruptio plasenta, dan eklampsia. Hal ini membuat proses diagnosis emboli air ketuban menjadi sangat sulit. 

Gejala Emboli Air Ketuban

Emboli air ketuban merupakan kondisi yang terjadi sangat cepat dan tiba-tiba. Ketika mengalami hal ini, ibu hamil bisa mengalami hipoksia (kekurangan oksigen), penurunan tekanan darah drastis, gangguan pembekuan darah, serangan jantung, hingga gagal pernapasan. 

Gejala awal dari emboli air ketuban, termasuk:

  • Agitasi
  • Kebingungan
  • Mual dan muntah
  • Meningkatnya kecemasan
  • Menggigil
  • Perubahan warna kulit
  • Tanda-tanda vital yang tidak normal
  • Sesak napas

Apabila tidak mendapatkan penanganan yang tepat, emboli air ketuban bisa menimbulkan komplikasi yang lebih parah, berupa:

  • Kejang
  • Kehilangan kesadaran
  • Serangan jantung
  • Gagal jantung dan peru
  • Pendarahan berlebihan
  • Stroke
  • Kerusakan otak
  • Kematian

Apabila terjadi selama persalinan, emboli air ketuban bisa menyebabkan gawat janin dan mampu mengancam nyawa janin bila tidak mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat. 

Kapan Harus ke Dokter?

Apabila Anda mengalami gejala atau tanda-tanda awal emboli air ketuban yang sudah disebutkan di atas, maka Anda perlu segera melakukan pemeriksaan ke  dokter. Perlu diingat bahwa tubuh setiap orang berbeda dan bisa memberikan respon terhadap air ketuban yang berbeda. 

Penyebab Emboli Air Ketuban

Emboli air ketuban bisa terjadi baik pada persalinan normal melalui vagina (pervaginam) maupun pada operasi caesar. Kondisi ini bisa muncul secara mendadak. Bahkan, ibu yang menjalani kehamilan sehat dan normal bisa mengalami emboli air ketuban secara tiba-tiba saat bersalin. 

Hingga saat ini, belum diketahui penyebab pasti dari emboli air ketuban. Plasenta yang pecah selama persalinan dapat memicu respon imun berupa peradangan pada beberapa orang. 

Respon imun ini bisa menimbulkan adanya pembekuan darah yang tidak normal pada paru-paru dan pembuluh darah. Kondisi ini memicu gangguan pembekuan darah serius hingga terjadi koagulasi intravaskular diseminata. 

Namun, belum diketahui alasan beberapa orang bisa mengalami emboli air ketuban sedangkan yang lainnya tidak. 

Faktor Risiko Air Ketuban

Emboli air ketuban merupakan kasus yang jarang terjadi selama persalinan. Oleh sebab itu, sulit untuk mempelajari faktor risiko dari emboli air ketuban.

Beberapa faktor yang diketahui dapat meningkatkan risiko emboli air ketuban, antara lain:

1. Masalah pada Plasenta

Wanita yang mengalami kelainan plasenta memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena emboli air ketuban. Kelainan struktur plasenta yang terjadi selama masa kehamilan dapat meningkatkan risiko komplikasi ini.

Beberapa masalah pada plasenta yang bisa memicu emboli air ketuban, antara lain plasenta previa (plasenta yang menutup leher rahim) atau abruptio plasenta (plasenta yang lepas dari dinding rahim). 

2. Usia

Wanita yang hamil saat usia 35 tahun ke atas memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami emboli air ketuban. Semakin meningkatnya usia saat hamil, maka semakin tinggi risiko mengalami komplikasi ini.

3. Kelahiran yang dipicu Medis 

Terkadang, ibu hamil tidak kunjung menunjukkan tanda-tanda persalinan bahkan saat sudah melewati hari perkiraan lahir (HPL). Pada kasus ini, umumnya dokter akan melakukan metode induksi persalinan. 

Namun, induksi persalinan dicurigai dapat meningkatkan risiko emboli air ketuban. Pernyataan ini belum dapat dipastikan sehingga masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan kejelasannya. 

4. Preeklampsia

Preeklampsia merupakan kondisi yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kelebihan protein dalam urine. Umumnya preeklampsia baru diketahui setelah 20 minggu kehamilan. 

Kondisi preeklampsia pada ibu hamil juga dicurigai bisa menjadi salah satu faktor yang meningkatkan risiko emboli air ketuban. 

5. Polihidramnion

Polihidramnion merupakan kondisi ketika jumlah air ketuban dalam kandungan terlalu banyak jumlahnya. Kondisi ini termasuk dalam salah satu kelainan carian ketuban. 

Terlalu banyak air ketuban dalam plasenta ternyata diduga dapat meningkatkan risiko emboli air ketuban.

6. Persalinan Melalui Operasi Caesar

Proses persalinan dengan operasi caesar maupun dengan bantuan alat seperti forceps atau ekstraksi vakum diduga dapat meningkatkan risiko emboli air ketuban. Penggunaan alat dapat merusak kantung ketuban sehingga risiko air ketuban masuk ke aliran darah menjadi elbih tinggi. 

Namun, hal ini masih belum diketahui secara pasti. Diperlukan penelitian yang lebih dalam tentang faktor risiko yang bisa memicu emboli air ketuban. 

Selain faktor risiko yang sudah disebutkan di atas, ada beberapa faktor lain yang diduga dapat memicu emboli air ketuban, antara lain: 

  • Eklampsia
  • Rahim robek
  • Persalinan yang berlangsung cepat
  • Kehamilan lebih dari satu janin

Diagnosis Emboli Air Ketuban

Proses diagnosis emboli air ketuban dimulai dengan berbagai pemeriksaan fisik oleh dokter. Beberapa tes yang umumnya dilakukan untuk menetapkan diagnosis emboli air ketuban, antara lain:

  • Echocardiography (ECG). Berguna untuk evaluasi fungsi jantung
  • Pulse Oximetry. Memeriksa jumlah oksigen dalam darah.
  • Rontgen dada. Melihat kondisi jantung.
  • Tes darah. Evaluasi pembekuan, enzim jantung, elektrolit dan jenis darah, serta hitung darah lengkap.
  • Elektrokardiogram (ECG atau EKG). Mengetahui ritme jantung.

Setelah berbagai tes tersebut dilakukan, dokter bisa mengetahui penyebab dari gagal napas dan jantung yang mungkin dialami oleh pasien. Apabila hasilnya menunjukkan emboli air ketuban, dokter akan mulai melakukan rencana pengobatan pada pasien. 

Penanganan Emboli Air Ketuban

Emboli air ketuban perlu penanganan yang cepat dapat mengatasi kadar oksigen tubuh serta tekanan darah rendah. Penanganan kondisi ini termasuk untuk ibu dan bayi yang baru lahir. 

Beberapa cara yang dilakukan untuk menangani emboli air ketuban, antara lain:

1. Terapi Oksigen

Emboli air ketuban bisa menyebabkan terhambatnya aliran darah baik pada ibu maupun janin. Akibatnya, asupan oksigen juga menjadi berkurang. Untuk mengatasinya, dokter akan memberikan tambahan oksigen. 

Oksigen dapat membantu pernapasan menjadi lebih normal serta menjaga pasokan oksigen ke berbagai organ vital tetap baik. Apabila terjadi henti napas atau henti jantung akibat emboli air ketuban. Dokter akan melakukan resusitasi jantung paru.  

2. Obat-obatan

Dokter juga bisa memberikan obat-obatan pada ibu maupun janin untuk mengatasi efek dari emboli air ketuban. Apabila emboli air ketuban menimbulkan gangguan jantung, maka dokter dapat memberikan obat yang berfungsi memperkuat kerja jantung. 

Sementara itu, apabila ibu mengalami pendarahan parah, dokter akan memberikan obat untuk menghentikan pendarahan. Obat yang mungkin diberikan adalah obat-obatan golongan kortikosteroid. 

Baca Juga15 Komplikasi Persalinan yang Harus Diwaspadai Ibu Hamil

3. Transfusi Darah

Emboli air ketuban mungkin akan menyebabkan pendarahan berat dan sulit untuk dihentikan. Jika hal ini terjadi, maka dokter akan memberikan tambahan darah dengan metode transfusi darah. Tujuannya, agar fungsi organ vital tubuh tidak terganggu. 

Emboli air ketuban termasuk kondisi gawat pada persalinan. Ibu yang mengalami emboli air ketuban pada umumnya akan dirawat di ruang perawatan intensif. 

Selain itu, bayi yang lahir dari ibu dengan kondisi emboli air ketuban umumnya perlu dipantau di NICU, terutama jika kondisinya tidak stabil.

Pencegahan Emboli Air Ketuban

Sebenarnya sulit untuk mengetahui langkah pencegahan dari emboli air ketuban. Kondisi ini bisa terjadi bahkan pada ibu yang memiliki kehamilan sehat. Oleh sebab itu, sulit untuk memprediksi terjadinya emboli air ketuban.

Apabila Anda pernah mengalami emboli air ketuban dan sedang merencanakan kehamilan lagi, maka Anda disarankan untuk melakukan konsultasi pada dokter kandungan. 

Dokter akan membantu Anda untuk melakukan pemeriksaan terhadap riwayat kesehatan serta kondisi tubuh saat ini. Dengan cara ini, Anda bisa menentukan pilihan yang terbaik. 

  1. AFE Foundation. What is Amniotic Fluid Embolism? https://afesupport.org/what-is-amniotic-fluid-embolism/. (Diakses pada 20 Juli 2023). 
  2. Cleveland Clinic. 2022. Amniotic Fluid Embolism (Anaphylactic Syndrome of Pregnancy). https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15463-amniotic-fluid-embolism. (Diakses pada 20 Juli 2023). 
  3. Kaur, Kiranpreet, et al. 2016. Amniotic Fluid Embolism. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4874066/. (Diakses pada 20 Juli 2023). 


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi