Pendarahan saat hamil muda sering kali terjadi, dan bisa menjadi pertanda kondisi yang serius. Apa penyebab pendarahan saat hamil? Simak penyebab dan cara mengatasinya dalam ulasan berikut ini!
Apakah Perdarahan saat Hamil Berbahaya?
Perlu diketahui, perdarahan selama kehamilan termasuk relatif umum untuk terjadi. Namun, pendarahan saat hamil muda juga bisa menjadi tanda bahaya. Pada umumnya, keluarnya bercak darah saat hamil muda adalah proses perlekatan sel telur yang telah dibuahi pada dinding rahim, atau biasa dikenal dengan sebutan perdarahan implantasi.
Keluar darah saat hamil muda masih dianggap normal apabila darah yang keluar hanya sedikit atau hanya bercak (mirip bercak perdarahan di awal atau akhir masa haid). Warna perdarahan juga dapat bervariasi dari merah muda, merah tua, hingga kecokelatan, namun tidak pernah berwarna merah terang.
Pendarahan saat hamil muda umumnya terjadi pada bulan pertama kehamilan. Bercak darah yang keluar pun hanya sedikit dan hanya terjadi 1 sampai 3 hari saja.
Keluar darah saat hamil muda biasanya disertai kram ringan, di mana hal ini adalah salah satu tanda adanya penempelan sel telur di dinding rahim. Kondisi ini sering salah diartikan sebagai tanda-tanda keguguran.
Penyebab Pendarahan saat Hamil Muda
Seperti penjelasan sebelumnya, keluar darah saat hamil muda adalah kondisi yang sering terjadi. Sekitar 20-30 persen wanita hamil pernah mengalami pendarahan saat hamil muda, khususnya di 12 minggu pertama kehamilan. Meski tidak selalu menandakan masalah serius, berikut ini adalah beberapa penyebab yang harus diwaspadai dari bercak darah saat hamil, di antaranya:
1. Kehamilan Ektopik
Penyebab keluar darah saat hamil muda yang pertama dan harus diwaspadai adalah kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik terjadi ketika sel telur yang sudah dibuahi menempel di tempat lain selain rahim–biasanya di tuba falopi.
Apabila embrio terus berkembang, maka tuba falopi lama kelamaan berisiko pecah hingga mengakibatkan perdarahan yang berbahaya. Selain pendarahan, kehamilan ektopik bisa menyebabkan rasa kram di perut bagian bawah. Kondisi ini membutuhkan penanganan dengan segera.
Kehamilan ektopik dapat terjadi jika Anda memiliki riwayat salah satu komplikasi berikut:
- Pernah mengalami kehamilan ektopik.
- Ligasi atau pembedahan tuba falopi.
- Kondisi peradangan pelvis.
- Infertilitas selama lebih dari 2 tahun.
- Merokok dan memiliki alat pengontrol kelahiran yang ditempatkan di uterus.
Baca Juga: Ini Cara Membedakan Darah Implantasi dan Darah Haid
2. Kehamilan Mola
Kehamilan mola atau lebih dikenal dengan sebutan hamil anggur, terjadi ketika jaringan yang seharusnya menjadi janin, berkembang menjadi jaringan abnormal yang pada akhirnya tidak membentuk bakal janin. Kondisi ini bisa menjadi penyebab keluar darah saat hamil muda, meskipun hal ini adalah sesuatu yang jarang terjadi.
3. Keguguran
Keluar darah saat hamil muda yang disebabkan oleh keguguran adalah yang paling sering terjadi. Sekitar 20-30 persen wanita yang mengalami perdarahan saat hamil di trimester awal bisa berakhir dengan keguguran.
Gejala lain keguguran yang bisa terjadi adalah nyeri perut bagian bawah dan keluarnya jaringan melalui vagina. Keguguran seperti ini merupakan hasil dari janin yang rusak, di mana hal ini menandakan bahwa tubuh wanita menolak kehamilan yang tidak bisa bertahan hidup.
4. Pendarahan Implantasi
Wanita hamil mungkin mengalami bercak normal dalam enam hingga 12 hari pertama setelah hamil karena sel telur yang telah dibuahi menempel di lapisan rahim.
Bahkan beberapa wanita tidak menyadari bahwa mereka sedang hamil karena salah mengira pendarahan ini sebagai haid ringan. Biasanya pendarahan sangat ringan dan berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari.
5. Plasenta Previa
Plasenta previa terjadi ketika plasenta berada rendah di dalam rahim dan sebagian atau seluruhnya menutupi pembukaan jalan lahir.
Kondisi ini sangat jarang terjadi pada akhir trimester ketiga, hanya terjadi pada satu dari 200 kehamilan. Perdarahan plasenta previa, yang tidak menimbulkan rasa sakit, adalah kondisi darurat yang membutuhkan penanganan medis sesegera mungkin.
6. Solusio Plasenta
Dari sekitar 1% kehamilan, plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum atau selama persalinan dan penumpukan darah antara plasenta dan rahim. Solusio plasenta kemungkinan bisa sangat berbahaya bagi ibu dan bayinya.
Tanda dan gejala solusio plasenta lainnya adalah nyeri perut, bekuan darah di vagina, nyeri tekan rahim, dan nyeri punggung.
7. Ruptur Uteri
Dalam kasus yang jarang terjadi, bekas luka dari operasi caesar sebelumnya bisa robek selama kehamilan. Bahkan pecahnya rahim bisa mengancam jiwa, dan membutuhkan operasi caesar darurat. Gejala ruptur uteri lainnya adalah nyeri dan kelembutan di perut.
8. Persalinan Prematur
Pendarahan vagina di akhir kehamilan mungkin saja pertanda bahwa tubuh bersiap untuk melahirkan. Beberapa hari atau minggu sebelum persalinan dimulai, sumbatan lendir yang menutupi pembukaan rahim akan keluar dari vagina, dan biasanya ada sedikit darah di dalamnya.
Jika perdarahan dan gejala persalinan dimulai sebelum minggu ke-37 kehamilan, segera hubungi dokter kandungan karena Anda kemungkinan mengalami persalinan prematur.
Gejala persalinan prematur lainnya termasuk kontraksi, keputihan, tekanan di perut, dan nyeri punggung bawah.
Baca Juga: 15 Ciri-ciri Kehamilan Sehat yang Harus Bunda Ketahui
Cara Mengatasi Pendarahan saat Hamil Muda
Selain mengonsultasikan pendarahan saat hamil muda ke dokter, istirahat adalah upaya yang bisa dilakukan ibu hamil untuk menenangkan kondisi. Berikut adalah tips mengatasi keluar darah saat hamil muda dan langkah pencegahan yang bisa dilakukan, di antaranya:
1. Hindari berhubungan intim
Cara mengatasi keluar darah saat hamil muda yang sulit dilakukan oleh beberapa pasangan adalah menahan untuk melakukan aktivitas seksual. Hal ini menjadi penting terutama ibu hamil yang mengalami pendarahan di awal kehamilan. Oleh karena itu, tahan dulu untuk melakukan aktivitas seksual sampai kandungan kembali kuat dan stabil.
2. Istirahat total
Cara mengatasi keluar darah saat hamil muda berikutnya adalah dengan istirahat total. Cobalah untuk menghentikan semua aktivitas dan istirahat dengan maksimal. Istirahat total bisa membuat plasenta dapat melindungi rahim dan mengurangi risiko keguguran.
3. Hindari penggunaan high heels untuk sementara waktu
Menggunakan high heels akan membuat betis Anda menumpu seluruh berat badan. Selain itu, menggunakan high heels berisiko membuat kaki terkilir atau terjatuh–di mana hal ini dapat membahayakan janin yang ada di rahim. Jadi, hindarilah menggunakan sepatu berhak tinggi di saat hamil.
4. Hindari penggunaan tampon
Meski jarang digunakan oleh wanita di Indonesia, keluar darah saat hamil muda bisa dicegah dengan tidak menggunakan tampon. Gunakanlah pembalut biasa untuk memudahkan Anda melihat banyak tidaknya perdarahan yang terjadi.
5. Memperhatikan warna darah
Tidak semua darah yang keluar dari vagina adalah sesuatu yang berbahaya. Oleh karena itu, bercak darah saat hamil harus diperiksa lebih lanjut. Perhatikan darah yang keluar, waspadai jika darah keluar deras, disertai kram perut dan warnanya menyerupai darah menstruasi.
6. Konsumsi banyak air
Setelah Anda melakukan istirahat total, hal penting lainnya yang harus diperhatikan untuk mengatasi kondisi keluar darah saat hamil muda adalah mengonsumsi air putih lebih banyak dari biasanya.
7. Hindari mengangkat beban berat
Keluar darah saat hamil muda bisa diatasi dengan menghindari mengangkat beban berat. Selain mengangkat beban berat, ibu hamil sebaiknya tidak berjalan atau berdiri terlalu lama.
Itulah, berbagai penyebab pendarahan saat hamil dan bagaimana cara mengatasinya yang perlu Anda ketahui. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Teman Sehat!
- Caporuscio, Jessica. 2020. Causes and treatments for first trimester bleeding. https://www.medicalnewstoday.com/articles/first-trimester-bleeding (Diakses pada 13 April 2023)
- Iftikhar, Noreen. 2019. What Causes First Trimester Bleeding?. https://www.healthline.com/health/pregnancy/first-trimester-bleeding (Diakses pada 13 April 2023)
- Watson, Stephanie. 2022. Bleeding During Pregnancy. https://www.webmd.com/baby/guide/bleeding-during-pregnancy (Diakses pada 13 April 2023)