Terbit: 29 August 2019
Ditulis oleh: Mutia Isni Rahayu | Ditinjau oleh: dr. Aloisia Permata Sari Rusli

Keguguran adalah kondisi berhentinya kehamilan dengan spontan yang umumnya terjadi pada masa awal kehamilan. Ketahui selengkapnya tentang kondisi ini mulai dari penyebab, faktor risiko, gejala, perawatan, hingga pencegahannya.

Keguguran: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Penanganan

Apa Itu Keguguran?

Keguguran adalah kondisi berhentinya kehamilan yang disebabkan oleh keluarnya janin sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu.

Istilah medisnya adalah abortus spontaneous. Kondisi ini paling umum terjadi pada trimester awal kehamilan, bahkan terkadang keguguran terjadi sebelum seseorang menyadari bahwa dirinya hamil.

Abortus spontaneous sebenarnya merupakan kondisi yang sangat umum. Bahkan kurang lebih sebanyak 50% kehamilan berakhir dengan kondisi ini. Umumnya abortus spontaneous ini memang terjadi sebelum kehamilan diketahui. Sedangkan untuk kehamilan yang telah diketahui, kurang lebih kasusnya sebanyak 15-25%.

Keguguran tidak hanya memengaruhi fisik, tapi terkadang lebih besar pengaruhnya pada kondisi psikis ibu yang mengalaminya. Memahami tentang berbagai faktor risiko dapat dilakukan sebagai salah satu pencegahan agar kondisi ini tidak terjadi.

Baca JugaKapan Waktu yang Aman untuk Hamil Lagi Setelah Keguguran?

Jenis Keguguran

Keguguran terbagi menjadi beberapa jenis. Berdasarkan usia kehamilan dan gejala yang dialami, dokter mungkin akan mendiagnosis Anda dengan salah satu jenis keguguran berikut ini:

1. Keguguran Terancam (Threatened Miscarriage)

Threatened miscarriage ditandai dengan beberapa derajat pendarahan uterus pada awal kehamilan yang disertai dengan kram serta sakit punggung bagian bawah.

Pada kondisi ini, leher rahim tetap tertutup. Pendarahan ini sering kali merupakan hasil dari implantasi (proses tertanamnya janin pada dinding rahim).

2. Keguguran yang Tidak Komplit (Inevitable or Incomplete Miscarriage)

Abortus inkomplit ditandai dengan nyeri perut atau punggung yang disertai dengan pendarahan dengan serviks terbuka.

Keguguran tidak dapat dihindari apabila terdapat pelebaran atau penipisan serviks dan/atau pecahnya membran. Pendarahan dan kram akan terus berlanjut apabila keguguran tidak lengkap.

3. Keguguran Komplit (Complete Miscarriage)

Complete miscarriage atau abortus komplit adalah ketika embrio telah keluar dari rahim.

Pendarahan dan kram seharusnya dapat mereda dengan cepat. Dokter akan memastikan kondisi ini melalui tes USG atau dengan cara melakukan prosedur kuretase bedah atau D&C (dilation and curettage)

4. Keguguran Tak Terduga (Silent or Missed Miscarriage)

Kondisi ini dapat terjadi tanpa disadari. Missed miscarriage adalah kondisi di mana kematian embrio terjadi, namun embrio masih berada di dalam rahim. Kondisi ini dapat ditandai dengan tidak adanya detak jantung pada janin yang dapat diperiksa melalui tes USG.

5. Keguguran Berulang (Recurrent Miscarriage)

Keguguran berulang merujuk pada 3 atau lebih kasus abortus spontaneous pada trimester pertama yang terjadi secara berturut-turut. Kondisi ini dapat memengaruhi 1% pasangan yang mencoba untuk hamil.

6. Kehamilan Anembrionik (Blighted Ovum)

Kondisi ini terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi ditanamkan ke rahim, namun perkembangan janin tidak pernah terjadi. Terkadang terbentuk kantong kehamilan, namun tidak terdapat pertumbuhan ada janin.

7. Keguguran Septik (Septic Miscarriage)

Keguguran septik terjadi akibat adanya infeksi di rahim. Kondisi ini dapat menyebabkan infeksi parah dan membutuhkan perawatan medis segera.

Gejala Keguguran

Gejala keguguran pada setiap wanita berbeda-beda tergantung pada usia kehamilan. Keguguran dapat terjadi secara tiba-tiba dan cepat, namun biasanya memiliki tanda-tanda seperti pendarahan vagina dan nyeri perut bagian bawah.

Ketahui tanda-tanda keguguran berikut ini:

1. Kram Perut

Salah satu ciri-ciri keguguran adalah wanita hamil mengalami nyeri dan kram perut pada usia kehamilan sebelum 20 minggu.

Nyeri dan kram pada area perut atau panggul sebenarnya merupakan kondisi yang umum terjadi sebelum menstruasi. Namun, jika Anda mengalami rasa sakit yang lebih parah daripada biasanya, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.

2. Cairan dan Jaringan Keluar dari Vagina

Salah satu tanda keguguran adalah terdapat cairan merah muda atau jaringan yang keluar dari vagina. Cairan ini mungkin berasal dari darah yang menggumpal saat janin masih berupa jaringan.

Apabila Anda mengalaminya, kumpulkan cairan merah muda atau jaringan tersebut di wadah bersih dan konsultasikan pada dokter untuk diagnosis selanjutnya.

3. Flek Kecokelatan (Bercak-bercak) atau Pendarahan Vagina

Bercak-bercak selama kehamilan adalah hal yang normal. Sekitar 25% wanita mengalami bercak-bercak vagina selama 12 minggu kehamilan dan paling sering terjadi di usia kehamilan 6-7 minggu.

Bercak-bercak dari vagina tidak selalu berarti akan keguguran. Namun bila bercak diikuti oleh gejala lain seperti keluarnya jaringan dan pendarahan vagina, nyeri perut, hingga perasaan seperti kehilangan tanda-tanda hamil maka Anda disarankan untuk berkonsultasi ke dokter kandungan Anda.

4. Nyeri Punggung

Nyeri pada punggung, panggul, dan perut bagian bawah adalah kondisi umum di masa kehamilan awal karena perubahan tubuh dan hormon pada wanita hamil, namun beberapa kasus keguguran juga disertai dengan gejala nyeri punggung mulai dari nyeri biasa hingga parah.

Anda disarankan untuk berkonsultasi ke dokter apabila gejala nyeri tersebut tidak biasa dan mengkhawatirkan kesehatan kehamilan Anda.

5. Kehilangan Gejala Kehamilan

Gejala keguguran yang paling nyata adalah saat Anda tidak lagi merasakan tanda-tanda hamil muda seperti perubahan payudara, mual dan muntah (morning sickness), perubahan suasana hati, dll.

Anda juga mungkin tidak merasakan lagi aktivitas, pergerakan, detak, atau sensasi kehidupan janin di perut Anda. Segera periksakan kehamilan Anda bila gejala tersebut muncul.

Kapan Harus ke Dokter?

Wanita hamil bisa saja mengalami flek kecokelatan pada awal kehamilan, Namun Anda perlu waspada jika mengalami pendarahan parah pada trimester pertama kehamilan karena ini bisa menjadi tanda keguguran. 

Anda perlu segera melakukan pemeriksaan ke dokter bila mengalami gejala berikut ini saat trimester pertama kehamilan:

  • Muntah hingga tidak bisa makan dan minum sama sekali
  • Keputihan
  • Nyeri saat buang air kecil
  • Demam. 

Penyebab Keguguran

Penyebab keguguran sangat beragam. Abortus spontaneous di trimester pertama paling umum terjadi karena perkembangan janin yang tidak normal, sedangkan yang terjadi setelah trimester pertama bisa jadi disebabkan oleh kondisi medis tertentu dari ibunya.

Abortus spontaneous di akhir masa kehamilan juga dapat terjadi akibat infeksi yang menyebabkan ketuban pecah lebih awal atau karena pembukaan rahim yang terlalu cepat.

Berikut adalah berbagai kondisi yang mungkin menjadi penyebab:

1. Masalah Genetik atau Kromosom

Pada janin yang sedang berkembang, satu set kromosom berasal dari ibu dan satu set lainnya berasal dari ayah. Beberapa masalah kromosom yang dapat terjadi dan menyebabkan keguguran adalah seperti:

  • Intrauterine fetal death (IUFD). Embrio terbentuk, tapi berhenti berkembang sebelum gejala dan ciri-ciri keguguran muncul.
  • Blighted ovum. Embrio tidak terbentuk sama sekali.
  • Kehamilan mola atau hamil anggur. Tidak ada perkembangan janin. Kedua set kromosom berasal dari ayah, dapat terjadi ketika 2 sperma membuahi satu sel telur atau sperma membuahi sel telur kosong.
  • Kehamilan mola parsial. Masih terdapat kromosom dari ibu, namun ayah tetap menyumbangkan dua set kromosom.

2. Kelainan pada Plasenta

Plasenta merupakan organ yang menghubungkan suplai darah dari ibu ke bayi. Masalah pada perkembangan plasenta dapat memicu masalah pada perkembangan bayi sehingga dapat menyebabkan keguguran.

3. Kondisi Kronis

Kondisi kronis yang dialami ibu yang tidak diatasi dengan baik dapat menyebabkan keguguran. Kondisi yang dimaksud termasuk:

  • Diabetes yang tidak terkontrol
  • Tekanan darah yang sangat tinggi saat kehamilan
  • Lupus
  • Penyakit ginjal
  • Kelenjar tiroid terlalu aktif
  • Kelenjar tiroid kurang aktif
  • Sindrom Hughes

4. Infeksi

Keguguran juga dapat disebabkan oleh infeksi seperti:

5. Keracunan Makanan

Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi dapat menyebabkan keracunan makanan yang dapat memicu keguguran. Kondisi keracunan makanan yang dapat menjadi penyebab keguguran adalah seperti:

  • Disebabkan oleh bakteri listeria yang dapat ditemukan di produk susu yang tidak dipasteurisasi.
  • Infeksi yang disebabkan parasit Toxoplasma gondii, yang ditemukan di daging mentah atau tidak dimasak hingga matang.
  • Bakteri ini paling banyak ditemukan di telur mentah atau setengah matang.

Jangan lupa untuk menanyakan pada dokter tentang makanan apa saja yang sebaiknya dikonsumsi dan dihindari selama masa kehamilan.

6. Obat-obatan

Penggunaan obat-obatan tertentu juga dapat menyebabkan keguguran. Berikut adalah berbagai obat yang sebaiknya tidak dikonsumsi selama masa kehamilan:

  • Misoprostol. Obat yang digunakan untuk mengatasi kondisi seperti rheumatoid arthritis.
  • Retinoid. Obat yang digunakan untuk mengatasi eksim dan jerawat.
  • Methotrexate. Obat ini juga digunakan untuk mengatasi kondisi seperti rheumatoid arthritis.
  • Obat antiinflamasi nonsteroid. Obat ini digunakan untuk mengatasi rasa nyeri dan peradangan.

Selain tidak mengonsumsi obat-obatan di atas, penggunaan jenis obat-obatan lain selama masa kehamilan memang seharusnya dikonsultasikan dengan dokter sebelumnya.

7. Struktur Rahim

Masalah dan kelainan pada rahim juga dapat menjadi penyebab keguguran. Gangguan ini dapat meliputi bentuk rahim yang tidak normal atau karena adanya pertumbuhan non-kanker di dalam rahim yang dikenal dengan fibroid rahim.

8. Serviks Melemah

Otot leher rahim dapat melemah dibandingkan biasanya, kondisi ini disebut dengan inkompetensi serviks.

Kondisi ini dapat disebabkan oleh riwayat cedera pada daerah serviks, yang umumnya terjadi akibat prosedur pembedahan. Lemahnya otot serviks ini menyebabkan leher rahim terbuka terlalu cepat selama kehamilan sehingga menyebabkan keguguran.

9. Sindrom Ovarium Polikistik

Sindrom ovarium polikistik atau Polycystic ovary syndrome (PCOS) adalah kondisi yang menyebabkan indung telur lebih besar dari normal.

PCOS dapat disebabkan oleh perubahan hormon dalam ovarium. Kondisi dini sering dikaitkan dengan ketidaksuburan pada wanita. Beberapa bukti menunjukkan bahwa kondisi ini juga dapat menjadi pemicu keguguran pada wanita subur.

Faktor Risiko Keguguran

Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya keguguran, seperti:

  • Usia. Wanita yang memiliki usia di atas 35 tahun memiliki risiko keguguran yang lebih tinggi daripada wanita yang hamil di usia yang lebih muda. Risiko akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya usia. 
  • Memiliki riwayat keguguran. Wanita yang mengalami keguguran dua kali berturut-turut memiliki risiko kembali mengalami keguguran.
  • Kondisi medis kronis. Kondisi medis kronis seperti diabetes yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko keguguran.
  • Gangguan pada rahim atau serviks. Kondisi abnormal pada uterus atau jaringan serviks yang lemah dapat meningkatkan risiko keguguran.
  • Berat badan tidak ideal. Berat badan di bawah atau di atas berat ideal sering dikaitkan dengan risiko keguguran.
  • Gaya hidup tidak sehat. Merokok, konsumsi alkohol, dan penggunaan obat-obatan terlarang juga dapat meningkatkan risiko keguguran.
  • Tes prenatal invasif. Beberapa tes genetik prenatal invasif seperti pengambilan sampel chorionic villus dan amniocentesis dapat sedikit meningkatkan risiko keguguran.

Kondisi yang Tidak Menyebabkan Keguguran

Banyak mitos yang beredar bahwa beberapa hal atau aktivitas dapat menyebabkan keguguran.

Beberapa kondisi yang tidak dapat menyebabkan keguguran, antara lain:

  • Berhubungan intim. Janin menempel dalam dinding rahim sedangkan penis tidak dapat masuk lebih dalam dari vagina sehingga tidak menyebabkan keguguran.
  • Makan makanan pedas. Makan makanan pedas dapat menyebabkan sakit perut tetapi tidak menyebabkan kontraksi maupun keguguran.
  • Bekerja. Anda tetap bisa melakukan aktivitas normal, termasuk bekerja kecuali pekerjaan tersebut memiliki risiko tinggi pada paparan zat kimia atau radiasi. 
  • Naik pesawat terbang. Perubahan tekanan udara atau penurunan kelembapan tidak membahayakan janin atau pecahnya air ketuban.
  • Olahraga. Belum ada cukup bukti penelitian yang menunjukkan bahwa olahraga dapat menyebabkan keguguran. 

Diagnosis Keguguran

Beberapa tes yang mungkin dilakukan untuk memastikan diagnosis abortus spontaneous adalah seperti:

1. Pemeriksaan Panggul

Pemeriksaan pertama yang mungkin dilakukan untuk memastikan diagnosis keguguran adalah pemeriksaan panggul.

Dokter melakukan tes ini untuk melihat apakah serviks sudah mulai melebar.

2. USG

Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk memeriksa detak jantung janin dan menentukan apakah janin berkembang dengan normal atau tidak.

Apabila diagnosis masih belum dapat dipastikan, Anda mungkin akan disarankan untuk melakukan pemeriksaan ini lagi satu minggu setelahnya.

3. Tes Darah

Pemeriksaan ini biasanya dilakukan untuk memeriksa kadar hormon hCG yang dikenal sebagai hormon kehamilan.

Dokter akan membandingkan dengan kadar hCG sebelumnya. Pola perubahan abnormal dari hormon hCG dapat mengindikasikan masalah. Pemeriksaan ini juga biasanya dilakukan untuk mengecek golongan darah dan mendeteksi anemia.

4. Tes Jaringan

Salah satu gejala keguguran yang mungkin muncul adalah keluarnya jaringan dari dalam rahim yang diduga merupakan janin.

Jaringan ini akan diperiksa di laboratorium untuk memastikan apakah kondisi ini telah terjadi dan gejala yang Anda alami bukan disebabkan oleh kondisi medis lainnya.

5. Tes Kromosom

Pemeriksaan ini umumnya dilakukan apabila seseorang mengalami dua keguguran atau lebih.

Tes darah untuk memeriksa kromosom dilakukan harus dilakukan oleh Anda dan pasangan. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menentukan apakah kromosom menjadi faktor penyebab kondisi ini terjadi.

Penanganan Keguguran

Tujuan utama dari penanganan keguguran adalah mencegah pendarahan berat dan infeksi. Penanganan keguguran ini akan disesuaikan dengan kondisi ibu dan janin. 

Beberapa penanganan yang dapat dilakukan, antara lain:

1. Terapi Operatif

Tindakan medis ini dilakukan jika masih ada sisa janin yang tertinggal dalam rahim dan pendarahan tidak kunjung berhenti. Dokter akan melakukan tindakan kuretase sehingga sisa jaringan yang menempel pada dinding rahim bisa diangkat dan dibersihkan.

2. Persalinan

Jika diketahui janin sudah meninggal tetapi masih tertinggal dalam rahim, maka dokter akan mengeluarkan janin. Proses ini dapat dilakukan secara alamiah, yaitu seperti melahirkan biasa atau dapat juga dipercepat dengan menggunakan obat-obatan.  

Perawatan Kehamilan

Jika diketahui pasien terancam mengalami keguguran, maka dokter akan menyarankan istirahat total di tempat tidur (bed rest) hingga kondisi kehamilan membaik. 

Selain itu, umumnya dokter akan menyarankan Anda untuk tidak melakukan hubungan seksual atau olahraga hingga kehamilan mencapai usia tertentu. Bisa diperlukan, dokter juga akan memberikan obat untuk menguatkan kandungan. 

Komplikasi Keguguran

Ketika sisa jaringan tubuh janin dalam rahim tidak dibersihkan dengan sempurna, maka risiko komplikasi berupa abortus septik akan meningkat.  

Beberapa gejala infeksi rahim atau abortus septik, antara lain:

  • Keputihan
  • Menggigil
  • Nyeri perut bagian bawah
  • Demam

Pemulihan Mental Orang Tua pasca Keguguran

Merasakan kehilangan memang tidak pernah mudah, termasuk kehilangan calon buah hati. Anda mungkin merasakan marah, sedih, menyesal, atau merasa bersalah. 

Efek keguguran secara mental berbeda-beda pada setiap individu. Anda bisa saja mengalami kesulitan tidur, lemas, atau sering menangis. 

Anda dapat berbagi kesedihan kepada kerabat atau teman. Langkah ini dapat membantu para orang tua untuk mengurangi stres dan beban yang mungkin dialami. 

Namun, jika perasaan sedih tidak kunjung membaik dan mengganggu aktivitas sehari-hari, maka jangan ragu untuk menghubungi tenaga profesional seperti psikiater atau psikolog.

Setelah pulih, wanita yang baru saja mengalami keguguran dapat menunda kehamilan berikutnya dengan menggunakan alat kontrasepsi hingga Anda benar-benar siap untuk mengandung kembali.

Beberapa wanita juga mengeluarkan ASI setelah keguguran. Kondisi ini dapat membuat rasa sedih menjadi semakin dalam dan mempersulit proses pemulihan. Dokter bisa saja memberikan obat bromocriptine untuk menghentikan ASI. 

Cuti Keguguran

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, pasal 82 ayat 2, menyebutkan bahwa pekerja perempuan yang mengalami keguguran memiliki hak untuk mendapatkan cuti selama 1,5 bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter.

Peraturan ini dapat memberikan waktu untuk wanita yang baru saja mengalami keguguran untuk istirahat hingga kondisi fisik dan emosionalnya putih.

Kapan Bisa Hamil Lagi Setelah Keguguran?

Pada dasarnya tidak ada ukuran waktu yang pasti kapan seseorang boleh hamil kembali setelah mengalami abortus spontaneous.

Kondisi setiap pasien berbeda-beda, sehingga Anda dan pasangan sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan kapan siap untuk hamil kembali. Kesiapan tidak hanya diukur dari kesiapan fisik, tapi juga kesiapan emosional.

Baca Juga8 Faktor Penyebab Keguguran Berulang dan Tips Mencegahnya

Pengecahan Keguguran

Terkadang kondisi ini sulit untuk dicegah, namun terdapat beberapa cara yang dapat membantu Anda menurunkan risiko keguguran seperti:

  • Memeriksakan kehamilan secara rutin ke dokter.
  • Mengubah gaya hidup dan menghindari faktor risiko. Hindari rokok, alkohol, dan obat-obatan terlarang.
  • Menjaga asupan makanan bergizi.
  • Minum multivitamin untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi yang dibutuhkan selama kehamilan. Suplemen asam folat biasanya menjadi suplemen utama untuk ibu hamil.
  • Membatasi asupan kafein per hari.
  • Jika memiliki kondisi kronis, konsultasikan dengan dokter agar kondisi tersebut tetap terkendali selama masa kehamilan.
  • Lakukan olahraga secara teratur untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan. Jenis olahraga yang baik untuk dilakukan selama masa kehamilan adalah seperti yoga dan pilates.

Keguguran merupakan momen emosional untuk calon orangtua dan wajar jika orangtua mengalami kedukaan. Ingatlah bahwa keguguran bukan disebabkan oleh kesalahan ibu. Jika Anda sedang merencanakan kehamilan setelah keguguran, jangan lupa untuk melakukan konsultasi dengan dokter kandungan.

  1. American Pregnancy Association. Symptoms & Signs of Miscarriage. https://americanpregnancy.org/pregnancy-complications/miscarriage/. (Diakses pada 4 April 2023)/
  2. Cafasso, Jacquelyn. 2019. Everything You Need to Know About Miscarriage. https://www.healthline.com/health/miscarriage. (Diakses pada 4 April 2023).
  3. Cleveland Clinic. 2022. Miscarriage. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9688-miscarriage. (Diakses pada 4 April 2023).
  4. Cohen, Rebecca. What Happens After a Miscarriage? An Ob-Gyn Discusses the Options. https://www.acog.org/womens-health/experts-and-stories/the-latest/what-happens-after-a-miscarriage-an-ob-gyn-discusses-the-options. (Diakses pada 4 April 2023).
  5. Danielsson, Krissi. 2022. Miscarriage or Period: How to Tell the Difference. https://www.verywellfamily.com/what-does-an-early-miscarriage-look-like-2371235. (Diakses pada 4 April 2023).
  6. Mayo Clinic Staff. 2021. Miscarriage. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/pregnancy-loss-miscarriage/symptoms-causes/syc-20354298. (Diakses pada 4 April 2023).
  7. NHS UK. 2020. Sex in Pregnancy. https://www.nhs.uk/pregnancy/keeping-well/sex/. (Diakses pada 4 April 2023).
  8. WebMD Editorial Contributors. 2022. Miscarriage. https://www.webmd.com/baby/guide/pregnancy-miscarriage. (Diakses pada 4 April 2023).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi