Terbit: 8 May 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Keguguran adalah mimpi buruk bagi setiap ibu hamil. Kondisi ini harus segera mendapatkan penanganan, seperti pemberian obat atau kuret. Namun, perlukah melakukan kuret setelah keguguran?

Perlukah Wanita Melakukan Kuret setelah Keguguran?

Perlukah Melakukan Kuret setelah Keguguran

Keguguran adalah kondisi kematian janin di dalam kandungan sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu. Keguguran merupakan risiko yang mungkin terjadi di setiap kehamilan. Menurut data yang dihimpun American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), 1 dari 4 wanita hamil memiliki risiko keguguran.

Ada berbagai macam penyebab keguguran, namun penyebab yang paling sering adalah ketika kehamilan tidak berjalan dengan baik akibat kromosom yang tidak normal. Selain itu banyak juga kasus keguguran yang disebabkan oleh wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya hamil hingga terjadi keguguran.

Beberapa gejala keguguran di antaranya nyeri punggung belakang yang hebat, munculnya lendir bercampur darah, kontraksi setiap 5-15 menit, perdarahan dari vagina, kram perut, dan gumpalan darah yang disertai jaringan yang keluar dari vagina.

Perlukah melakukan kuret atau tidak setelah keguguran tergantung kondisi setiap wanita. Setelah keguguran, terkadang wanita disarankan menjalani kuretase karena alasan tertentu. Anda mungkin memerlukan kuretase karena salah satu dari beberapa alasan berikut:

  • Menghilangkan jaringan di rahim. Ini dilakukan selama atau setelah keguguran atau aborsi atau untuk menghilangkan potongan kecil plasenta setelah melahirkan. Prosedur ini membantu mencegah infeksi atau pendarahan hebat.
  • Mendiagnosis atau mengobati perdarahan uterus abnormal. Kuretase dan dilatasi dapat membantu mendiagnosis atau mengobati pertumbuhan seperti fibroid, polip, ketidakseimbangan hormon, atau kanker rahim. Sampel jaringan rahim dilihat di bawah mikroskop untuk memeriksa sel-sel abnormal.

Baca Juga: Keguguran: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Penanganan

Kapan Diperlukan Pembersihan Rahim?

Semakin muda usia kehamilan saat terjadi keguguran, semakin mudah tubuh untuk mengeluarkan jaringan janin dengan sendirinya. Terkadang pasien tidak membutuhkan prosedur kuretase dan dilatasi setelah mengalami keguguran.

Namun, jika tubuh wanita tidak mampu mengeluarkan semua jaringan janin, maka mungkin diperlukan pembersihan rahim dengan metode kuretase dan dilatasi.

Berikut beberapa gejala memerlukan kuretase, di antaranya:

1. Perdarahan Terus Menerus

Apabila setelah keguguran ibu terus mengalami perdarahan hingga lebih dari dua minggu harus segera dilakukan tindakan. Apalagi disertai dengan banyaknya gumpalan, maka sebaiknya ibu melakukan metode pembersihan rahim.

2. Nyeri Perut Bagian Bawah

Nyeri merupakan salah satu tanda wanita mengalami keguguran. Namun, jika nyeri terus berlangsung setelah seminggu keguguran, maka ibu perlu melakukan konsultasi khusus ke dokter.

3. Muncul Bau Tidak Sedap dari Vagina

Apabila setelah mengalami keguguran Anda mengalami vagina berbau tidak sedap, kondisi ini bisa jadi pertanda adanya infeksi pada bagian rahim. Selain bau tidak sedap, hal yang menjadi tanda adanya infeksi adalah demam tinggi dan menggigil.

Setelah keguguran umumnya ibu membutuhkan waktu untuk pulih selama beberapa minggu. Konsultasikan dengan dokter Anda mengenai kondisi pemulihan setelah keguguran dan rencana program hamil berikutnya.

Baca Juga: 8 Faktor Penyebab Keguguran Berulang dan Tips Mencegahnya

Kemungkinan Komplikasi setelah Melakukan Kuret karena Keguguran

Efek samping dan komplikasi dari kuret atau kuretase jarang terjadi. Namun, ada kemungkinan terjadi komplikasi, di antaranya:

1. Perforasi Rahim

Perforasi rahim terjadi ketika alat bedah membuat lubang di rahim. Ini lebih sering terjadi pada wanita yang baru pertama kali hamil dan pada wanita yang telah mengalami menopause .

Sebagian besar perforasi sembuh dengan sendirinya. Namun, jika pembuluh darah atau organ lain rusak, prosedur kedua mungkin diperlukan untuk memperbaikinya.

2. Kerusakan pada Serviks

Jika serviks robek selama prosedur kuret, dokter dapat memberikan tekanan atau obat untuk menghentikan pendarahan atau dapat menutup luka dengan jahitan. Kondisi ini dapat dicegah jika serviks dilunakkan dengan pengobatan sebelum prosedur kuret.

3. Jaringan Parut di Dinding Rahim

Meskipun jarang terjadi, kuret menghasilkan perkembangan jaringan parut di rahim, suatu kondisi yang dikenal sebagai sindrom Asherman. Ini paling sering terjadi ketika prosedur kuret dilakukan setelah keguguran atau melahirkan.

Kondisi tersebut dapat menyebabkan siklus menstruasi yang tidak biasa, tidak ada atau menyakitkan, keguguran, dan infertilitas di masa depan. Ini biasanya dapat diobati dengan operasi.

Baca Juga: Mengenal Ciri Rahim Bersih Tanpa Kuret Setelah Keguguran

4. Infeksi

Meskipun jarang terjadi, wanita berisiko mengalami infeksi rahim setelah menjalani menjalani kuret. Infeksi rahim ditandai dengan nyeri perut, demam, keputihan berbau tidak sedap, keluar darah atau nanah dari vagina.

Segera hubungi dokter jika setelah prosedur kuret Anda mengalami kondisi berikut:

  • Pendarahan yang cukup berat sehingga memerlukan ganti pembalut setiap jam.
  • Pusing atau pening yang berlangsung lama.
  • Demam.
  • Kram berlangsung lebih dari 48 jam.
  • Rasa sakit yang semakin memburuk.
  • Keluarnya cairan berbau busuk dari vagina.

Pastikan untuk rajin memeriksakan kondisi setelah perawatan. Ini untuk memastikan pemulihan kondisi Anda, terutama jika berencana untuk kembali hamil.

 

  1. Anonim. 2021. Dilation and Curettage (D & C). https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/4110-dilation-and-curettage-d–c (Diakses pada 21 Juli 2023)
  2. Anonim. 2021. Dilation and Curettage (D&C). https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/dilation-and-curettage/about/pac-20384910 (Diakses pada 21 Juli 2023)
  3. Anonim. Tanpa Tahun. D&C Procedure After a Miscarriage. https://americanpregnancy.org/healthy-pregnancy/pregnancy-complications/d-and-c-procedure-after-miscarriage/ (Diakses pada 21 Juli 2023)
  4. Stuart, Annie. 2022. D and C (Dilation and Curettage). https://www.webmd.com/women/d-and-c-dilation-and-curettage (Diakses pada 21 Juli 2023)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi