Terbit: 22 February 2019 | Diperbarui: 30 August 2023
Ditulis oleh: Mutia Isni Rahayu | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Salah satu cara menggugurkan kandungan yang berisiko adalah dengan menggunakan obat aborsi atau penggugur kandungan. Karena memiliki risiko, tentunya aborsi harus dilakukan di bawah pengawasan dokter. Untuk itu, kenali bahaya penggunaan obat aborsi berikut ini!

Kenali Bahaya Penggunaan Obat Aborsi tanpa Pengawasan Dokter

Prosedur Menggugurkan Kandungan

Menggugurkan kandungan memang boleh dilakukan, namun terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum seseorang melakukan prosedur ini. Menggugurkan kandungan telah diatur oleh undang-undang. Jadi jika menyalahi aturan, maka aborsi dapat menjadi tindakan illegal.

Terdapat dua kondisi yang diperbolehkan untuk aborsi yaitu pada adanya indikasi darurat medis di mana kehamilan dianggap berpotensi mengancam jiwa ibu dan sang janin. Kondisi kedua adalah pada kehamilan akibat dari tindakan pemerkosaan.

Jika tidak termasuk ke dalam dua kondisi tersebut, maka aborsi tidak dianggap legal dan termasuk ke dalam tindakan pelanggaran hukum. Jika sudah ditetapkan bahwa aborsi diperbolehkan, maka aborsi dapat dilakukan dengan prosedur medis seperti berikut ini:

  • Penggunaan obat aborsi.
  • Operasi: vakum aspirasi, dilatasi dan evakuasi, serta dilatasi dan ekstraksi.

Prosedur menggugurkan kandungan dipilih berdasarkan kondisi kandungan pasien. Kali ini yang akan dibahas adalah tentang obat penggugur kandungan, karena prosedur satu ini merupakan prosedur yang paling sering disalahgunakan.

Jenis Obat Penggugur Kandungan

Menggugurkan kandungan dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah dengan obat penggugur kandungan. Tingkat keberhasilan dari penggunaan obat menggugurkan kandungan berkisar antara 60% hingga 97%.

Perlu diketahui bahwa pemilihan prosedur aborsi ditentukan dari beberapa faktor, salah satunya usia kehamilan. Obat menggugurkan kandungan hanya dapat digunakan jika usia kandungan di bawah 12 minggu. Jika usia kandungan telah melewati usia tersebut, maka penggunaan obat aborsi kemungkinan tidak akan efektif.

Jenis obat penggugur kandungan yang paling umum digunakan adalah Mifepristone yang digunakan bersama dengan Misoprostol. Berikut adalah penjelasan tentang kedua obat tersebut:

1. Mifepristone

Mifepristone adalah obat yang memiliki fungsi untuk menghambat progesteron. Seperti yang kita ketahui, progesteron adalah hormon yang sangat penting selama kehamilan berlangsung. Penggunaan ini harus sesuai dengan petunjuk dokter.

Sebelumnya akan dilakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa usia kehamilan belum mencapai 12 minggu. Selain itu, dokter juga harus memastikan bahwa kehamilan tersebut bukan merupakan kehamilan ektopik atau di luar kandungan.

Jika kehamilan merupakan kehamilan ektopik, obat tidak akan bekerja meluruhkan janin namun justru akan memicu kandungan pecah sehingga menyebabkan pendarahan serius. Dosis Mifepristone yang diberikan umumnya 600 mg, dalam bentuk sediaan tablet 200 mg, sehingga akan diberikan sebanyak 3 tablet.

2. Misoprostol

Obat yang dikonsumsi selanjutnya adalah Misoprostol. Obat ini umumnya akan diberikan kurang dari 48 jam setelah pemberiaan Mifepristone. Misoprostol lebih mudah ditemukan jika dibandingkan dengan Mifepristone. Obat ini lebih umum digunakan untuk mencegah radang lambung akibat konsumsi obat antiinflamasi nonsteroid atau OAINS.

Misoprostol memang dapat memberikan efek rahim berkontraksi, maka dari itu obat ini digunakan untuk aborsi dan sering kali digunakan untuk membantu induksi persalinan. Dosis yang diberikan untuk aborsi adalah sebanyak 400 mcg, diberikan dalam kurun waktu kurang dari 48 jam setelah Mifepristone.

Baca Juga: 5 Jenis Aborsi Sesuai Usia Kandungan hingga Efek Sampingnya

Penggunaan Obat Penggugur Kandungan

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa penggunaan obat menggugurkan kandungan Mifepristone dan Misoprostol harus di bawah pengawasan dokter. Setelah pemberian obat pertama, pasien umumnya dapat beraktivitas kembali, namun tidak disarankan untuk konsumsi obat maupun makanan yang dapat menyebabkan interaksi obat.

Setelah itu, obat kedua yaitu Misoprostol, diberikan pada kunjungan kedua. Sebelum Misoprostol diberikan, dokter akan melakukan pemeriksaan USG memastikan bahwa proses aborsi belum selesai sehingga harus diberikan Misoprostol.

Paling tidak pada hari ke-14 setelah penggunaan Mifepristone, pasien harus datang kembali untuk memeriksakan kesehatannya. Hal ini penting untuk dilakukan untuk memastikan bahwa proses aborsi berjalan sesuai dengan prosedur dan tidak terdapat kondisi yang membahayakan pasien.

Sayangnya, karena penggunaan obat penggugur kandungan tidak membutuhkan tindakan medis seperti operasi, terkadang penggunaannya disalahgunakan. Pada dasarnya obat-obatan yang digunakan juga merupakan obat yang dapat dijual bebas karena obat-obatan tersebut memiliki indikasi lainnya, bukan hanya digunakan sebagai obat menggugurkan kandungan.

Baca Juga: Peluang Hamil setelah Melakukan Aborsi, Perhatikan Hal Ini

Bahaya Obat Penggugur Kandungan

Jika penggunaan obat penggugur kandungan tidak dilakukan sesuai prosedur dan di bawah pengawasan dokter, tentunya akan sangat berbahaya. Selain terdapat kemungkinan pelanggaran hukum, penggunaan obat ini juga dapat membahayakan nyawa sang ibu.

Berikut adalah beberapa bahaya obat penggugur kandungan yang digunakan tidak sesuai prosedur:

1. Pendarahan Vagina Berat

Pendarahan vagina memang merupakan efek umum dari aborsi, termasuk aborsi yang menggunakan obat aborsi. Jika pendarahan vagina yang terjadi terlalu berat, maka akan berisiko pada sang ibu, bahkan bisa hingga menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan tepat.

2. Infeksi

Jika menggunakan obat penggugur kandungan sendiri tanpa pengawasan dokter, maka terdapat kemungkinan proses pengguguran janin tidak terjadi dengan sempurna. Jika hal ini terjadi, maka akan berpotensi menyebabkan infeksi yang berbahaya bagi ibu.

Gejala adanya infeksi bisa meliputi sakit kepala, pusing, nyeri otot, demam, dan rasa tidak enak badan. Segera konsultasikan dengan dokter jika mengalami gejala tersebut.

3. Bayi Tumbuh Tidak Sempurna

Tingkat keberhasilan obat penggugur kandungan memang tinggi, namun banyak faktor yang berpengaruh agar obat ini dapat berhasil. Salah satu risiko yang mungkin terjadi jika obat aborsi gagal adalah janin dalam kandungan tetap tumbuh, namun berpotensi mengalami cacat lahir.

4. Kematian

Bahaya paling fatal dari penyalahgunaan obat penggugur kandungan adalah kematian. Jika terjadi pendarahan parah, infeksi, maupun komplikasi lainnya, seseorang juga dapat kehilangan nyawa setelah menjalani prosedur aborsi. Maka dari itu, pengawasan dokter sangat dibutuhkan selama menjalani prosedur ini.

Selain bahaya di atas, masih terdapat risiko lain dari aborsi seperti kesurakan rahim hingga kanker. Risiko tentunya juga akan semakin tinggi jika usia kehamilan semakin tua. Jadi, jangan pernah melakukan aborsi jika tindakan ini tidak memenuhi syarat dan justru akan berbahaya bagi nyawa Anda.

Baca Juga: Mengenal 8 Bahaya Aborsi bagi Kesehatan

Efek Samping Obat Aborsi Tanpa Pengawasan Dokter

Selain bahaya aborsi yang telah disebutkan sebelumnya, berikut ini efek samping aborsi yang mungkin terjadi:

  • Pil aborsi tidak bekerja.
  • Jaringan kehamilan tertinggal di rahim.
  • Pembekuan darah di rahim.
  • Reaksi alergi terhadap salah satu obat.

Dalam kasus yang sangat jarang terjadi, beberapa komplikasi bisa sangat serius atau bahkan bisa mengancam jiwa. Segera hubungi dokter jika Anda jika mengalami efek samping berikut ini:

  • Tidak mengalami pendarahan dalam waktu 24 jam setelah menggunakan aborsi.
  • Mengalami pendarahan hebat dari vagina yang membasahi lebih dari 2 pembalut dalam satu jam, selama 2 jam, atau lebih berturut-turut.
  • Mengeluarkan gumpalan besar selama lebih dari 2 jam.
  • Mengalami sakit perut atau kram yang tidak membaik dengan obat pereda nyeri.
  • Mengalami demam tinggi lebih dari 24 jam setelah minum obat aborsi.
  • Mengalami kelemahan, mual, muntah, atau diare yang berlangsung lebih dari 24 jam setelah mengonsumsi obat aborsi.

Jika Anda masih hamil, dokter Anda akan mendiskusikan pilihan yang tepat untuk Anda. Mungkin Anda memerlukan dosis obat lain atau melakukan aborsi di klinik untuk mengakhiri kehamilan, terutama yang berisiko.

 

  1. Anonim. Tanpa Tahun. How safe is the abortion pill?. https://www.plannedparenthood.org/learn/abortion/the-abortion-pill/how-safe-is-the-abortion-pill (Diakses pada 23 Juni 2023)
  2. Anonim. Tanpa Tahun. The Abortion Pill. https://www.plannedparenthood.org/learn/abortion/the-abortion-pill (Diakses pada 23 Juni 2023)
  3. Anonim. Tanpa Tahun. Thinking about the abortion pill? Here’s what you can expect. https://carafem.org/abortion-pill-effects/ (Diakses pada 23 Juni 2023)
  4. Anonim. Tanpa Tahun. Medications for Abortion. https://www.drugs.com/condition/abortion.html (Diakses pada 23 Juni 2023)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi