Terbit: 27 January 2024
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Seseorang yang memiliki kebiasaan bergonta-ganti pasangan memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit menular seksual (PMS). Lantas, bagaimana dengan seseorang yang tidak pernah berganti pasangan seksual (pasangan tetap) tetapi terkena penyakit kelamin?

Risiko Terkena Penyakit Kelamin Meski Tidak Berganti Pasangan Seksual

Kemungkinan Terkena Penyakit Kelamin Walau Tak Pernah Ganti Pasangan

Penyakit infeksi menular seksual lebih berisiko dialami oleh seseorang yang memiliki kebiasaan gonta-ganti pasangan. Nah, bagaimana jika seseorang tidak melakukan hal tersebut namun masih terkena PMS. Apa yang menyebabkannya?

Tentu pasangan akan merasa tidak nyaman, berbagai pikiran negatif akan bermunculan. Terutama jika hal ini terus dibiarkan, kemungkinan besar hal itu bisa memicu masalah pada hubungan.

Padahal, penyakit kelamin memiliki banyak jenisnya dan bisa menular tanpa harus melalui melakukan aktivitas seksual.

Dalam beberapa kasus, mungkin saja pasangan tertular PMS sebelum hubungan dimulai dan tanpa sadar menularkannya kepada Anda di kemudian hari.

Faktanya, PMS bisa menetap dalam tubuh tanpa menunjukkan gejala selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Banyak orang yang mengidapnya bahkan tidak menyadarinya. Satu-satunya cara untuk mengetahui dengan pasti adalah dengan melakukan tes kesehatan secara teratur.

Penyakit Kelamin yang Menyerang Pasangan Tetap

Satu hal yang harus disadari oleh semua orang yang aktif secara seksual yaitu ada banyak jenis PMS yang mungkin menular pada pasangan tetap. Tidak hanya mudah menular melalui seks yang tidak sehat, penyakit kelamin juga bisa menular dengan kontak fisik yang dilakukan oleh pasangan.

Penyakit kelamin yang dapat menular pada pasangan tetap, di antaranya:

1. Gonore

Gonore adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae yang tumbuh subur di daerah hangat dan lembap seperti uretra, mata, tenggorokan, vagina, anus, dan saluran reproduksi wanita.

Gejala yang umum terjadi adalah keluarnya cairan dari alat kelamin, dan sensasi terbakar atau nyeri saat buang air kecil. Jika tidak diobati mungkin berisiko tinggi menyebabkan penyakit radang panggul (PID), kondisi yang dapat menyebabkan infertilitas dan kematian.

2. Klamidia

Bakteri Chlamydia trachomatis merupakan penyebab klamidia. Seperti halnya gonore, klamidia juga bisa tidak menunjukan tanda tertentu. Pada beberapa orang, penyakit ini dapat membuat seseorang mengalami sensasi terbakar saat buang air kecil atau keputihan yang tidak normal.

Klamidia juga dapat menyebabkan pelvic inflammatory disease (PID) atau radang panggul. PID pada wanita dapat menyebabkan infertilitas, kehamilan ektopik, atau nyeri panggul kronis.

3. HPV

Human papillomavirus (HPV) adalah infeksi virus yang dapat ditularkan antar manusia melalui kontak kulit ke kulit. Terdapat lebih dari 100 jenis HPV, lebih dari 40 di antaranya ditularkan melalui hubungan seksual dan dapat menyerang alat kelamin, mulut, atau tenggorokan.

HPV termasuk infeksi menular seksual (IMS) yang paling umum terjadi dan bisa terjadi pada seseorang yang memiliki pasangan tetap.

4. Herpes

Herpes adalah salah satu jenis PMS yang paling menular. Virus ini sendiri memiliki dua jenis: herpes simplex tipe 1 (HSV-1) dan herpes simplex tipe 2 (HSV-2). Keduanya menular secara seksual dan menyebabkan herpes genital.

Herpes mulut ditandai dengan luka dingin atau lepuh demam, serta luka pada alat kelamin atau dubur. Seperti halnya sifilis, herpes juga dapat menyerang janin, terutama setelah infeksi baru pada trimester pertama.

5. Sifilis

Sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri. Penyakit ini lebih sering menyebar melalui kontak seksual.

Perkembangan penyakit ini dimulai sebagai luka yang sering kali tidak menimbulkan rasa sakit dan biasanya muncul di alat kelamin, rektum, atau mulut.

Sifilis menular dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan luka tersebut. Penyakit ini juga dapat ditularkan ke bayi selama kehamilan dan persalinan atau terkadang melalui menyusui.

6. HIV

HIV adalah infeksi menular seksual yang juga dapat ditularkan melalui kontak dengan darah yang terinfeksi atau penggunaan obat-obatan terlarang, misalnya penggunaan jarum suntik secara bergantian.

Penyakit ini juga dapat ditularkan dari ibu ke anak selama kehamilan, persalinan, atau menyusui.

Tanpa pengobatan, mungkin penderitanya memerlukan waktu bertahun-tahun sebelum HIV melemahkan sistem kekebalan tubuh hingga seseorang mengidap AIDS.

7. Hepatitis

Hepatitis adalah penyakit yang menyebabkan peradangan hati dan fibrosis. Penyakit ini juga dapat ditularkan dari aktivitas seksual.

Penyakit ini muncul dalam beberapa bentuk meskipun gejalanya serupa, seperti kelelahan, mual, muntah, sakit perut, urine berwarna gelap, serta kulit dan mata menguning.

Hepatitis dapat menyebar di dalam rumah melalui kontak pribadi yang dekat, dan kontaminasi makanan atau air

Baca Juga: Tips Membedakan Keputihan yang Normal dan Tidak Normal

Faktor Penularan Penyakit Kelamin

Selain melalui aktivitas seks, ada beberapa virus yang menular melalui sentuhan atau perantara. Misal pasangan menyentuh bagian tubuh yang terkena herpes atau HPV, kemungkinan virus menular akan tetap ada. Bahkan, tanpa aktivitas seks sekalipun penyakit bisa berkembang dengan cukup pesat.

Selain dengan sentuhan, penggunaan alat bantu seks secara bergantian juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan virus menular. Beberapa virus atau bakteri bisa melekat ke alat bantu seks yang terkena lendir, itulah kenapa alat bantu seks harus dibersihkan setelah dipakai dan tidak boleh bergantian dengan orang lain.

Terakhir, beberapa virus menular melalui tindakan medis seperti suntikan atau transfusi darah. Dengan cara ini virus masuk ke dalam tubuh. Beberapa penyakit seperti HIV dan hepatitis bisa menular tanpa harus berhubungan seks.

Virus Bisa Dorman di Tubuh Seseorang

Beberapa virus yang masuk ke dalam tubuh tidak selalu langsung menimbulkan masalah. Misalnya saja HIV atau mungkin herpes. Virus bisa dorman (bisa aktif hidup kembali) atau tidak menimbulkan efek apa pun pada tubuh. Saat kondisi tubuh menurun, virus baru akan menyerang dengan cepat.

Nah, dua virus tersebut bisa saja menular ke dalam tubuh tanpa harus melakukan seks. Virus bisa menempel pada alat bantu seks atau mungkin pakaian. Begitu menular, penyakit tidak akan langsung memberikan efek, tapi bertahan dulu di sana selama beberapa saat.

Pasangan mungkin saja melakukan seks dengan orang lain di masa lalu sebelum menikah. Sehingga, sifat dorman yang dimiliki virus ini bisa muncul saat Anda sudah memiliki pasangan tetap.

Saling Menyalahkan Tidak Akan Menyelesaikan Masalah

Apabila Anda sudah menikah, masalah penyakit seks tidak boleh dibebankan ke salah satu pihak saja. Masalah ini harus diselesaikan berdua agar tidak mengganggu kehidupan rumah tangga. Berpikiran dingin dan selalu tenang adalah hal yang harus dilakukan.

Lakukan pembicaraan secara intens agar masalah penyakit ini bisa segera disembuhkan, konsultasi ke dokter, dan saling mendukung. Pandangan yang saling menyalahkan tidak akan menyelesaikan masalah yang terjadi.

Bisa saja penyakit itu muncul karena ada kontak fisik tanpa melakukan seks. Segala hal bisa terjadi dan diharapkan Anda dan pasangan selalu berpikiran positif. Apabila Anda sudah bisa fokus, berbagai masalah yang muncul bisa segera diatasi dengan baik tanpa menghancurkan hubungan yang sudah terjalin.

Baca Juga: 7 Alasan Berhubungan Seksual Makin Bergairah Setelah Bertengkar

Tips Mencegah Penyakit Kelamin untuk Pasangan Setia

Bila Anda dan pasangan belum memiliki masalah seks yang mengganggu, ada baiknya tetap melakukan pencegahan. Berikut beberapa langkah pencegahan yang bisa Anda lakukan untuk mencegah PMS, di antaranya:

1. Gunakan Kondom

Jika Anda dan pasangan belum ada rencana memiliki anak atau ingin mengendalikan kehamilan, selalu gunakan kondom saat berhubungan seks. Penggunaan kondom efektif dalam membantu mencegah berbagai kemungkinan penularan penyakit seks.

2. Mendiskusikan Riwayat Kesehatan

Sebaiknya lakukan diskusi terbuka tentang riwayat seksual dengan pasangan baru sebelum Anda memulai bercinta, serta tentukan apa yang membuat Anda berdua merasa nyaman.

Oleh karena itu, kejujuran tentang kondisi kesehatan pada masing-masing pasangan sangatlah penting dalam mencegah penyakit kelamin.

3. Jangan Bergonta-ganti Pasangan

Mengurangi jumlah pasangan seks atau tidak berganti pasangan dapat menurunkan risiko PMS. Selain itu, penting bagi Anda dan pasangan untuk menjalani tes kesehatan, serta saling memberi tahu hasil tes masing-masing.

4. Jangan Berbagi Barang Pribadi

Sebaiknya tidak menggunakan pakaian atau handuk bergantian dengan orang lain. Terlebih bergantian menggunakan alat bantu seks. Gunakan handuk milik sendiri atau apa pun itu kalau berhubungan dengan organ intim.

5. Menjaga Kebersihan Alat Kelamin

Selalu menjaga kebersihan organ intim setiap hari, baik sebelum maupun setelah seks. Hal sederhana yang bisa dilakukan untuk menjaga kebersihan adalah rutin mengganti celana dalam setiap harinya.

6. Tes Kesehatan Secara Rutin

Selalu lakukan tes kesehatan rutin untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit. Tes ini harus dilakukan dengan pasangan bersama-sama. Jika salah satu pasangan ada yang terinfeksi, hal tersebut harus diatasi bersama-sama agar tidak memunculkan masalah besar di kemudian hari.

7. Vaksinasi

Konsultasi dengan dokter sebelum Anda mendapatkan vaksinasi untuk HPV dan hepatitis, apalagi jika hal ini baru pertama kali dilakukan.

Pada akhirnya, apa pun masalah yang terjadi, selalu lakukan komunikasi dengan pasangan agar bisa diselesaikan bersama-sama. Selain itu, jangan lupa konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

 

  1. Anonim. 2021. NHS. Sexually transmitted infections (STIs). https://www.nhs.uk/conditions/sexually-transmitted-infections-stis/. (Diakses pada 23 November 2019)
  2. Bell, Jen. 2018. STIs: common questions and misconceptions. https://helloclue.com/articles/sex/stis-common-questions-and-misconceptions. (Diakses pada 23 November 2019)
  3. Ducre, Kristena. 2015. 9 Ways You Can Get an STD Without Having Sex. https://www.stdcheck.com/blog/how-to-get-an-std-without-having-sex/. (Diakses pada 23 November 2019)
  4. Lange, Andrew. 2010. How to Get a Sexually Transmitted Disease Without Having Sex. https://www.huffpost.com/entry/stds-how-to-get-a-sexuall_b_607797. (Diakses pada 23 November 2019)
  5. McGowan, Emma. 2018. 8 STIs You Can Get Without Having Intercourse. https://www.bustle.com/p/8-stis-you-can-get-without-having-intercourse-7997497. (Diakses pada 23 November 2019)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi