Setelah melahirkan, ibu masih perlu melakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencegah infeksi postpartum. Jika tidak mendapatkan penanganan yang baik, kondisi ini bisa mengarah pada komplikasi persalinan yang berbahaya.
Infeksi postpartum merupakan infeksi yang terjadi setelah melahirkan, baik melalui persalinan normal (vagina) maupun operasi caesar. Kondisi ini juga dapat menimpa beberapa minggu setelah melahirkan.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), infeksi postpartum merupakan penyebab kematian terbesar kedua yang berkaitan dengan kehamilan dengan menyumbang angka sebesar 13.9 persen. Risiko kematian bisa meningkat pada wanita yang memiliki riwayat penyakit kronis, seperti diabetes dan penyakit jantung.
Beberapa infeksi yang biasanya terjadi pada ibu setelah melahirkan yaitu infeksi rahim (endometritis), infeksi payudara (mastitis), infeksi saluran kemih (ISK), dan infeksi pada luka sayatan operasi caesar.
Secara umum gejala infeksi postpartum sama dengan gejala infeksi pada umumnya, yaitu demam, nyeri pada sekujur tubuh, menggigil, kehilangan nafsu makan, dan ketidaknyamanan.
Pada kasus yang parah, infeksi dapat memicu sejumlah gejala berikut:
Gejala-gejala tersebut kemungkinan baru muncul setelah beberapa hari persalinan sehingga diagnosis tidak dapat langsung diberikan. Maka dari itu, penting untuk mengenali gejala infeksi, bahkan setelah Anda pulang dari rumah sakit atau fasilitas kesehatan tempat melahirkan.
Baca Juga: 8 Jenis Infeksi yang Bisa Terjadi pada Ibu Hamil dan Cara Mencegahnya
Infeksi postpartum dapat terjadi akibat bakteri yang masuk ke dalam tubuh ibu ketika melahirkan. Beberapa jenis bakteri yang bisa menjadi pemicunya yakni Streptococcus, Staphylococcus, dan bakteri lainnya.
Bakteri akan menyerang kulit atau jaringan yang rusak. Selain itu, lingkungan di bawah perut yang lembap dan hangat menjadi lokasi yang bagus bagi bakteri untuk berkembang biak.
Infeksi postpartum dimulai di dalam rahim saat ketuban pecah. Bakteri bisa masuk ke dalam rahim melalui kantung ketuban yang cairannya terinfeksi.
Berdasarkan jenis infeksi, berikut ini adalah sejumlah penyebab infeksi postpartum yang harus diwaspadai, di antaranya:
Endometritis adalah infeksi yang terjadi pada endometrium atau lapisan pada uterus. Anda memiliki risiko untuk mengalami endometritis jika melahirkan dengan operasi caesar dan risikonya akan lebih tinggi jika Anda sudah pernah melahirkan sebelumnya.
Selain itu, ibu hamil yang mengalami proses persalinan yang lama juga memiliki risiko tinggi mengalami endometritis dibanding dengan persalinan melalui vagina.
Infeksi postpartum yang dapat terjadi berikutnya adalah infeksi saluran kemih (ISK). Kondisi ini bisa terjadi pada ibu setelah melahirkan atau sedang dalam masa nifas.
Biasanya risiko infeksi meningkat saat seorang wanita menerima obat bius epidural atau memakai kateter urine selama persalinan.
Salah satu infeksi atau peradangan yang terjadi setelah melahirkan adalah mastitis. Ini merupakan infeksi yang terjadi pada satu atau lebih saluran payudara.
Biasanya, mastitis terjadi dalam dua bulan melahirkan atau ketika ibu sedang menyusui. Jika tidak diatasi, kondisi ini dapat menjadi semakin serius dan menurunkan produksi ASI.
Baik melahirkan secara normal maupun operasi caesar, Anda punya risiko untuk mengalami infeksi pada jahitan saat melahirkan.
Pada ibu yang melahirkan normal, risiko infeksi ada pada saat dilakukan episiotomi. Sementara ibu yang melahirkan dengan operasi, infeksi bisa terjadi pada luka sayatan.
Selain itu, pada wanita yang menjalani caesar, sebesar 16 persen wanita mengalami infeksi dalam kurun waktu satu minggu setelah melahirkan.
Baca Juga: 15 Komplikasi Persalinan yang Harus Diwaspadai Ibu Hamil
Risiko terkena infeksi postpartum berbeda-beda pada setiap ibu yang baru melahirkan. Hal ini bisa bergantung pada metode yang digunakan saat persalinan.
Secara umum, risiko Anda terkena infeksi berdasarkan metode persalinan adalah sebagai berikut:
Selain metode persalinan, ada beberapa risiko lain yang dapat meningkatkan risiko infeksi postpartum, di antaranya:
Infeksi postpartum dapat terdiagnosis setelah dokter melakukan sejumlah pemeriksaan, termasuk pemeriksan fisik. Riwayat kesehatan ibu juga kemungkinan akan ditinjau guna menegakkan diagnosis.
Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan lainnya yang dapat mendukung diagnosis, seperti mengecek suhu tubuh, perdarahan, nyeri, dan keputihan.
Pada sebagian kasus, dokter juga akan menganjurkan serangkaian pemeriksaan penunjang lainnya, seperti:
Pengobatan untuk mengatasi infeksi postpartum dapat dilakukan dengan pemberikan obat-obatan yang diresepkan dokter dan perawatan mandiri di rumah. Berikut penjelasan lengkapnya:
Sebelum menentukan pengobatan untuk infeksi postpartum, dokter akan mengevaluasi terlebih dahulu jenis infeksi yang terjadi serta tingkat keparahan gejala.
Namun, pada umumnya dokter akan meresepkan antibiotik untuk mengobati kondisi. Jenis antibiotik yang diberikan akan disesuaikan dengan jenis bakteri yang memicu infeksi.
Umumnya obat antibiotik oral (diminum) sudah cukup untuk mengobati kondisi. Namun, jika infeksi yang menimpa cukup parah, dokter akan memberikan antibiotik melalui suntikan atau menganjurkan perawatan medis lainnya.
Pada beberapa kasus, infeksi bakteri dapat menyebabkan abses sehingga operasi tambahan mungkin diperlukan untuk menghilangkan jaringan tubuh yang sudah terinfeksi.
Antibiotik yang telah diresepkan harus dihabiskan sekalipun gejala sudah berkurang atau bahkan hilang. Pastikan untuk menggunakan antibiotik sesuai dengan resep dokter.
Selama pengobatan medis, Anda juga sebaiknya memperhatikan gaya hidup untuk mendukung pemulihan kondisi. Beberapa perawatan di rumah untuk menangani infeksi postpartum, di antaranya:
Baca Juga: Mengenal Cara Melahirkan Normal, Mulai dari Prosedur hingga Tipsnya
Meski jarang menimbulkan komplikasi, kondisi ini dapat memicu masalah kesehatan lain jika tidak didiagnosis atau ditangani sejak dini.
Beberapa komplikasi infeksi yang dapat terjadi, antara lain:
Konsultasikan pada dokter kandungan mengenai kemungkinan kondisi ini dan penanganan yang tepat jika mengalaminya. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Teman Sehat