Terbit: 14 July 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Patricia Aulia

Kudis atau yang dikenal dalam istilah medisnya dengan skabies (scabies) adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh penyusupan tungau kecil ke dalam lapisan kulit luar. Simak penjelasan mengenai gejala hingga cara membunuh kutu scabies dan telurnya, selengkapnya di bawah ini.

Kudis: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Apa itu Kudis?

Penyakit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei ini senang bersarang di lapisan kulit manusia. Tungau menggali terowongan dan bertelur di dalam kulit sehingga penderitanya dapat merasa gatal dan kemerahan di kulitnya.

Penyakit kudis mudah menular baik dari manusia ke manusia maupun dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Kontaminasi dapat terjadi secara langsung melalui sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir yang pernah digunakan penderita.

Kebanyakan orang dengan kudis hanya membawa 10-15 tungau pada waktu tertentu, dan masing-masing tungau kurang dari setengah milimeter panjangnya. Hal ini membuat mereka sangat sulit untuk terlihat oleh mata telanjang.

Dengan mata telanjang, tungau mungkin terlihat seperti titik-titik hitam kecil pada kulit. Sebuah mikroskop dapat mengidentifikasi tungau, telur, atau kotoran tungau yang diambil dari cutikan kulit.

Gejala Kudis

Biasanya, gejala kemerahan dan gatal muncul setelah 4-6 minggu setelah penderita terinfeksi. Gejala yang paling umum adalah:

  • Gatal yang lebih hebat pada malam hari oleh karena tungau lebih aktif di waktu malam.
  • Bercak kemerahan yang disertai dengan krusta atau lecet oleh karena garukan yang dapat terjadi pada seluruh bagian tubuh, terutama pada sela-sela jari, bagian perut, selangkangan, leher dan ketiak

Pada tahap awal, kudis mungkin keliru untuk kondisi kulit lainnya karena ruam terlihat mirip dengan jerawat atau gigitan nyamuk. Ruam pada kudis sering kali disalahartikan dengan kondisi lain yang menyebabkan ruam kulit yang serupa seperti dermatitis atopik, alergi, dan gigitan serangga.

Diagnosis pasti biasanya ditegakkan dengan ditemukannya liang seperti terowongan di kulit yang menjadi ciri khas dari penyakit ini. Terowongan dapat berupa garis berkelok yang menimbul pada daerah kulit yang tipis seperti pada pergelangan tangan.

Terowongan ini diciptakan ketika tungau betina masuk tepat di bawah permukaan kulit. Setelah membuat liang, masing-masing tungau betina meletakkan 10-25 telur di dalamnya. Namun, seringkali bentuk terowongan ini sulit ditemukan oleh karena garukan dan lecet sehingga mengaburkan gambaran terowongan yang khas ini.

Tungau kudis dapat hidup di mana saja pada tubuh, tetapi beberapa tempat favorit mereka termasuk:

  • Sela jari.
  • Lipatan pergelangan tangan, siku, lutut.
  • Sekitar pinggang dan pusar.
  • Pada lipatan payudara atau alat kelamin serta selangkangan.
  • Pada anak-anak dapat mengenai kulit wajah dan kepala.

Baca Juga: Jangan Keliru, Kenali Perbedaan Kudis dan Kurap yang Sering Dianggap Sama

Penyebab Kudis

Kudis biasanya menyebar dengan kontak kulit ke kulit sehingga memberikan waktu untuk tungau merangkak dari satu orang ke orang lain. Barang-barang pribadi yang digunakan bersama, seperti tempat tidur atau handuk, kadang-kadang juga dapat menjadi media penjalaran tungau.

Penyakit ini dapat menular dengan mudah dalam anggota keluarga atau pasangan seksual. Namun, kudis tidak mungkin menyebar melalui jabat tangan atau pelukan yang dilakukan dengan cepat. Tungau tidak bisa melompat atau terbang, dan merangkaknya pun sangat lambat.

Untuk menghindari penularan, seseorang perlu memperhatikan barang-barang yang dipakainya. Untuk membunuh kutu scabies yang ada di pakaian maupun barang-barang yang sudah pernah dipakai oleh penderita, gunakan teknik cuci dry clean atau cuci barang/pakaian tersebut dengan menggunakan air panas.

Anda tidak bisa begitu saja membunuh kutu scabies dan telurnya dengan pencucian menggunakan air dingin dan setrika biasa. Jemur pakaian di bawah sinar matahari yang terik dapat membantu menghilangkan kutu setelah baju tersebut dicuci dengan air panas.

Teknik ini bisa membunuh kutu scabies dengan cepat yang menempel pada baju atau benda-benda yang berpotensi menularkan penyakit ini

Dapatkah Tertular Kudis dari Hewan Piaraan?

Anjing dan kucing juga dapat tertular kudis. Namun, kudis anjing dan kucing tidak disebabkan oleh jenis tungau yang sama dengan jenis tungau manusia.

Anda bisa saja terkena tungau dari hewan piaraan, tetapi tungau ini tidak dapat bereproduksi pada kulit manusia.

Ini berarti manusia tidak dapat tertular kudis dari hewan karena tungau hewan biasanya mati pada kulit manusia dan tidak menyebabkan gejala yang serius.

Berikut ini adalah orang-orang yang berisiko tinggi tertular kudis, di antaranya:

  • Orang dewasa yang aktif secara seksual.
  • Narapidana.
  • Orang-orang yang tinggal di asrama.
  • Orang yang tinggal dalam kondisi yang penuh sesak.
  • Orang-orang di fasilitas penitipan anak.

Diagnosis Kudis

Dalam kebanyakan kasus, dokter dapat mengidentifikasi kudis berdasarkan munculnya ruam dan deskripsi dari gatal (terutama malam hari).

Kadang-kadang sampel kulit digunakan untuk mengonfirmasi diagnosis. Kulit dari daerah yang terkena diperiksa menggunakan mikroskop untuk mendapatkan sampel tungau, telur, atau kotoran tungau.

Baca Juga: Tinea Corporis (Kurap Badan): Gejala, Penyebab, Cara Mengatasi, dll

Pengobatan Kudis

Penanganan pertama yang haru dilakukan untuk mengobati kudis adalah dengan obat-obatan. Beberapa krim dan lotion berlaku dengan resep dokter. Oleskan obat kudis di bagian tubuh yang terasa gatal dan membiarkannya setidaknya selama 8 jam.

  • Salep

Kudis tidak akan pergi dengan sendirinya namun hanya dapat disembuhkan dengan obat resep yang membunuh tungau. Pengolesan obat ini biasanya diulangi kembali setelah 1 minggu.

Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan pil untuk mengobati kudis. Perawatan memakan waktu hingga tiga hari, tergantung pada obat-obatan yang digunakan.

  • Obat gatal

Sementara resep untuk membunuh tungau dan telur, dokter akan memberikan resep obat gatal. Untuk mengontrol gatal, terutama pada malam hari, pil antihistamin dapat membantu.

Krim hidrokortison juga dapat membantu, tetapi dapat mengubah tampilan ruam kudis; membuat kondisi lebih sulit untuk didiagnosis. Krim steroid lebih baik digunakan setelah salep scabies telah diberikan.

Komplikasi Kudis

Gatal intens yang ditimbulkan kudis sering kali membuat seseorang sulit menghindari keinginan untuk menggaruk.

Sering menggaruk justru dapat membuat luka terbuka yang rentan terhadap infeksi. Infeksi kulit bakteri seperti impetigo adalah komplikasi yang paling umum dari penyakit ini. Apabila terjadi infeksi bakteri sekunder, dapat dilihat adanya luka dengan krusta kekuningan.

Beberapa orang yang memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi adalah para manula yang tinggal di panti jompo, ibu hamil, serta orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah (misalnya, akibat mengidap HIV, menjalani kemoterapi, atau menggunakan obat steroid).

Pencegahan Kudis

Tungau kudis dapat hidup sampai 2-3 hari di permukaan pakaian, selimut, atau handuk. Untuk memastikan tungau ini mati, cuci setiap lembar pakaian, selimut, maupun handuk yang digunakan oleh orang yang terkena dalam tiga hari terakhir.

Cuci barang-barang tersebut dalam air panas dan keringkan dengan pengering panas atau keringkan ke tempat pengering yang bersih.

Kain yang telah dicuci bersih, sebaiknya dijemur di bawah sinar matahari agar tungau benar-benar mati. Barang yang tidak dapat dicuci harus ditempatkan dalam kantong plastik tertutup selama tujuh hari.

Ketika seseorang didiagnosis dengan kudis, siapa saja yang melakukan kontak fisik dekat dengan orang tersebut juga harus diobati. Hindari kontak termasuk tidur di ranjang yang sama atau bersentuhan dengan penderita.

Dokter biasanya merekomendasikan memeriksakan semua anggota keluarga yang tinggal serumah, bahkan jika gejala kudis belum muncul.

Jika gatal terus berlanjut selama lebih dari empat minggu atau ruam baru muncul, segera konsultasikan dengan dokter.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi