Terbit: 31 August 2020
Ditulis oleh: Devani Adinda Putri | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) adalah proses cuci darah menggunakan kateter di perut bagi pasien ginjal kronis. Ketahui apa itu Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis, fungsi, cara kerja, risiko, dll.

Metode Cuci Darah CAPD: Fungsi, Cara Kerja, Risiko, dll

Apa Itu CAPD?

Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) adalah metode untuk membersihkan ginjal dengan proses cuci darah untuk pasien penyakit ginjal tahap akhir. Proses cuci darah ini menggunakan membran di dalam rongga perut sebagai pengganti fungsi ginjal.

Tujuan dari Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis atau dialisis peritoneal mandiri berkesinambungan (DPMB) adalah untuk menyaring darah, membuang zat racun, dan cairan limbah berlebih dari dalam tubuh. Prosedur dialisis (cuci darah) ini dapat dilakukan untuk perawatan di rumah.

Walaupun demikian, metode dialisis ini dapat digunakan untuk semua pasien penyakit ginjal atau gagal ginjal. Sebagian besar pasien penyakit ginjal melakukan cuci darah dengan metode hemodialisis yang mencuci darah di luar tubuh dengan bantuan mesin di rumah sakit.

Manfaat CAPD

Manfaat Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis adalah untuk cuci darah (dialisis) pada pasien penyakit ginjal di mana fungsi ginjal sudah tidak bekerja dengan baik. Selain akibat penyakit ginjal, kerusakan ginjal mungkin terjadi akibat komplikasi penyakit kronis jangka panjang, termasuk:

  • Peradangan ginjal (glomerulonefritis)
  • Beberapa kista di ginjal (penyakit ginjal polikistik)
  • Diabetes
  • Tekanan darah tinggi

Proses cuci darah dengan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis juga dianggap lebih mudah digunakan dibandingkan dengan cuci darah menggunakan mesin hemodialisis untuk mempertahankan fungsi ginjal dengan baik.

Cara Kerja CAPD

Proses Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis dilakukan dengan operasi untuk membuat lubang di dekat pusar untuk memasukan selang kateter sebagai dialisat masuk dan keluarnya cairan dari perut. Setelah lubang kateter dibuat, Anda harus menunggu sekitar satu bulan waktu pemulihan hingga dapat menggunakan perawatan dialisis peritoneal selanjutnya.

Berikut ini cara melakukan cuci darah dengan perawatan dialisis peritoneal atau Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis:

  • Melalui proses ‘infus’ yaitu memasukan sekitar 2 liter cairan dialisis melalui selang kateter ke dalam perut.
  • Proses pembersihan menggunakan filter alami dari selaput di perut.
  • Zat limbah dan cairan berlebihan akan dikeluarkan dalam cairan dialisis melalui membran peritoneal.
  • Proses pertukaran cairan tersebut terjadi selama 30 menit.
  • Proses tersebut dilakukan setiap 4-12 jam sekali atau sekitar 4 kali sehari.

Selama proses cuci darah tersebut, pasien tetap dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan normal tanpa harus melakukannya di rumah sakit. Walaupun demikian, pasien mungkin membutuhkan bantuan orang lain yang juga sudah paham cara cuci darah dengan metode Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis.

 

Kelebihan CAPD

Metode cuci darah dibagi menjadi dua tipe, yaitu Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis dan hemodialisis. Hemodialisis adalah proses cuci darah dengan mesin yang hanya dapat dilakukan di rumah sakit dalam jadwal yang disesuaikan.

Sementara CAPD adalah proses cuci darah berkelanjutan dengan kateter yang ditanam di perut sehingga proses cuci darah dilakukan berkala setiap hari. Metode cuci darah memiliki keunggulan seperti:

  • Fleksibilitas, pasien dapat melakukan proses cuci darah di mana saja dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
  • Tubuh pasien dapat mengontrol akumulasi asupan kalium, natrium, dan cairan lebih sedikit.
  • Mempertahankan fungsi ginjal lebih baik dalam durasi yang lebih lama.

Sementara itu, pasien tidak dianjurkan menggunakan metode Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis bila memiliki kondisi sebagai berikut:

  • Tidak memiliki kemampuan untuk merawat diri sendiri atau tidak memiliki bantuan orang lain untuk merawat kesehatan di rumah.
  • Memiliki riwayat penyakit radang usus atau serangan divertikulitis.
  • Memiliki luka bedah di perut.
  • Memiliki kondisi otot yang lemah.

Selebihnya, konsultasi pada dokter metode cuci darah (dialisis) mana yang efektif untuk kondisi Anda dalam rangka menjaga kesehatan dan fungsi ginjal dengan baik.

Risiko CAPD

Selain manfaat dan keunggulan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis, ada risiko yang harus Anda perhatikan, yaitu:

  • Kenaikan Berat Badan: Dialisat mengandung gula (dekstrosa) yang akan menyerap kalori dan menyebabkan gula darah tinggi.
  • Infeksi: Infeksi mungkin terjadi pada kateter di perut atau bila Anda tidak dapat melakukan dialisis dengan baik.
  • Hernia: Otot-otot perut dapat menjadi tegang karena menahan cairan.
  • Dialisis Tidak Bekerja dengan Baik: Setelah beberapa tahun, metode Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis mungkin tidak lagi efektif dan Anda harus beralih ke hemodialisis.

Selain itu, Anda harus tetap memerhatikan beberapa hal selama menggunakan metode cuci darah ini, yaitu:

  • Hindari berendam di bak mandi, kolam, atau berenang karena akan meningkatkan risiko infeksi kateter.
  • Hindari penggunaan obat bebas dan obat antiinflamasi yang akan menyebabkan efek samping pada ginjal.

Selebihnya, dokter akan memberi instruksi pada Anda tentang aturan pakai, perawatan, efek samping, dan peringatan selama Anda melakukan cuci darah CAPD ini.

 

Tips Aman Menggunakan CAPD

Berikut ini beberapa tips untuk pasien yang menggunakan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis sehari-hari:

  • Selalu cuci tangan sebelum cuci darah atau melakukan pertukaran cairan.
  • Gunakan masker bila sedang sakit.
  • Jangan menyentuh bagian perut dengan kateter sembarangan.
  • Tutup rapat bagian perut tempat kateter agar tidak kena air saat mandi.
  • Jangan menggaruk area kateter perut.
  • Secara berkala membersihkan kateter perut dan mengganti penutupnya.
  • Bila ingin berolahraga, lakukan latihan intensitas sedang seperti jalan kaki dan bersepeda.
  • Gunakan celana atau ikat pinggang yang tidak menekan kateter di perut.
  • Pasien harus menggunakannya sesuai dengan aturan dokter dan juga melakukan pemeriksaan rutin.

Itulah pembahasan lengkap tentang metode cuci darah Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis. Metode ini menggunakan kateter di perut di mana pasien dapat lebih fleksibel dalam melakukan proses cuci darah dan penggantian cairan untuk meningkatkan fungsi ginjal yang mengalami kerusakan. Konsultasi lagi pada dokter untuk perawatan lebih lanjut.

 

  1. Diaverum. 2013. Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis. https://www.diaverum.com/en-CL/Treatment/Continuous-Ambulatory-Peritoneal–Dialysis/. (Diakses pada 31 Agustus 2020).
  2. MayoClinic. 2019. Peritoneal dialysis. https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/peritoneal-dialysis/about/pac-20384725. (Diakses pada 31 Agustus 2020).
  3. National Kidney Foundation. 2020. Peritoneal Dialysis: What You Need to Know. https://www.kidney.org/atoz/content/peritoneal. (Diakses pada 31 Agustus 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi