Terbit: 7 September 2021
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Penyakit cerebrovascular adalah keadaan yang mengacu pada sekelompok kondisi, penyakit, dan gangguan yang memengaruhi pembuluh darah sertai suplai darah ke otak. Ini adalah kondisi darurat medis yang memerlukan perawatan segera. Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini!

Penyakit Cerebrovascular: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Apa itu Penyakit Cerebrovascular?

Penyakit ini dapat berkembang dari berbagai penyebab, termasuk aterosklerosis, trombosis, atau trombosis vena serebral. Beberapa penyakit serebrovaskular; termasuk stroke, transient ischaemic attack (TIA) alias stroke ringan, aneurisma, dan malformasi vaskular.

Jika penyumbatan, malformasi, atau perdarahan menghambat sel-sel otak memperoleh oksigen yang cukup, kerusakan otak bisa terjadi.

Gejala Cerebrovascular

Gejalanya tergantung pada lokasi penyumbatan dan dampaknya pada jaringan otak. Kondisi yang berbeda mungkin memiliki efek yang berbeda.

Namun, gejala cerebrovascular yang umum terjadi, berikut di antaranya:

  • Sakit kepala yang parah dan tiba-tiba.
  • Kelumpuhan di satu sisi tubuh (hemiplegia).
  • Kelemahan di satu sisi tubuh (hemiparesis).
  • Kebingungan.
  • Kesulitan berkomunikasi seperti bicara cadel.
  • Kehilangan penglihatan di satu mata.
  • Kehilangan keseimbangan.
  • Menjadi tidak sadarkan diri.

Respons Darurat

Gejala cerebrovascular mungkin sedikit berbeda tergantung pada kondisi spesifik yang pasien miliki. Namun, stroke adalah penyakit serebrovaskular yang paling umum terjadi.

Stroke ditandai dengan gejala yang muncul secara tiba-tiba, dan kelangsungan hidup dan hasil fungsional peka terhadap waktu. Guna membantu menemukan tanda-tanda peringatan stroke, sebaiknya gunakan akronim FAST:

  • Facial droop (wajah terkulai): Satu sisi wajah mungkin tampak murung atau orang tersebut mungkin tidak dapat tersenyum.
  • Arm weakness (kelemahan di lengan): Penderita stroke tidak dapat mengangkat lengannya ke atas kepala.
  • Speech difficulty (kesulitan berbicara): Berbicara tidak jelas, tidak dapat menemukan kata-kata, atau tidak bisa memahami apa yang dikatakan orang.
  • Time to call 112: Segera cari bantuan medis jika salah satu dari gejala ini muncul.

Kapan Waktu yang Tepat Harus ke Dokter?

Jika mengalami salah satu gejala stroke yang muncul secara tiba-tiba, segera dapatkan bantuan darurat medis atau bawa ke rumah sakit terdekat.

Baca Juga: Lesi Otak: Jenis, Gejala, Penyebab, hingga Pengobatan

Penyebab Cerebrovascular

Penyakit serebrovaskular berkembang karena berbagai penyebab. Jika mengalami kerusakan pada pembuluh darah di otak, pembuluh darah ini tidak mampu mengalirkan cukup atau sedikit darah ke area otak. Kurangnya darah mengganggu suplai oksigen yang cukup. Tanpa oksigen, sel-sel otak akan mulai rusak dan mati.

Aterosklerosis adalah penyebab utama dari penyakit cerebrovascular. Kondisi ini terjadi ketika kadar kolesterol tinggi, bersama dengan peradangan di arteri otak, menyebabkan kolesterol menumpuk menjadi plak tebal seperti lilin yang mempersempit atau menghalangi aliran darah di arteri.

Plak tersebut dapat menghambat atau sepenuhnya menghalangi aliran darah ke otak, yang menyebabkan serangan serebrovaskular, seperti stroke atau TIA.

Kondisi yang termasuk dalam kategori penyakit serebrovaskular, meliputi:

  • Stroke. Ini adalah jenis penyakit serebrovaskular yang paling umum terjadi. Ciri khas dari stroke adalah hilangnya sensasi atau fungsi motorik secara permanen. Dua kategori yang umum pada stroke adalah hemoragik (pendarahan ke otak) atau iskemik (aliran darah yang tidak cukup ke otak).
  • Transient ischemic attack (TIA): Penyakit ini mirip dengan stroke, tetapi gejalanya benar-benar akan hilang dalam waktu 24 jam. TIA kadang-kadang disebut sebagai stroke ringan.
  • Aneurisma pembuluh darah yang menyuplai otak. Aneurisma dapat terjadi akibat melemahnya dinding arteri, yang mengakibatkan tonjolan di pembuluh darah.
  • Malformasi vaskuler. Kondisi ini merupakan kelainan bawaan lahir yang ada pada pembuluh darah, yakni arteri atau vena. Tidak hanya itu, kelainan pembuluh darah juga terjadi pada kelenjar getah bening.
  • Demensia vaskuler: Gangguan kognitif yang biasanya permanen dan seiring waktu dapat memburuk. Kondisi yang sering menyerang lansia ini terjadi karena gangguan pembuluh darah pada otak.
  • Perdarahan subarachnoid. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan darah bocor keluar dari pembuluh darah ke permukaan otak ke rongga subarachnoid yang ada di otak.

Faktor yang Meningkatkan Risiko Cerebrovascular

Stroke adalah jenis penyakit serebrovaskular yang paling umum. Risiko stroke dapat meningkat seiring bertambahnya usia, terutama jika seseorang atau kerabat dekatnya sebelumnya memiliki serangan serebrovaskular.

Risiko akan meningkat setiap 10 tahun, antara usia 55 dan 85 tahun. Namun, stroke bisa terjadi pada usia berapa pun, bahkan pada bayi.

Sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko stroke dan jenis penyakit serebrovaskular lainnya termasuk:

  • Hipertensi.
  • Merokok.
  • Obesitas (kegemukan).
  • Pola makan yang buruk.
  • Kurang olahraga.
  • Diabetes.
  • Kolesterol tinggi.
  • Stres.
  • Minum alkohol.

Diagnosis Cerebrovascular

Setiap mengalami cerebrovascular disease adalah kondisi darurat medis, dan siapa pun yang mengenali gejalanya harus menghubungi kontak darurat medis untuk segera mendapatkan penanganan. Diagnosis dini sangat penting untuk mengurangi kerusakan di otak.

Guna membantu diagnosis, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan pasien dan mencari kesulitan neurologis, motorik, dan sensorik tertentu, ini termasuk:

  • Perubahan penglihatan.
  • Refleks berkurang atau berubah.
  • Gerakan mata yang tidak normal.
  • Kelemahan otot.
  • Penurunan sensasi.

Dokter dapat menggunakan angiografi serebral, angiogram vertebral, atau angiogram karotis untuk menemukan kelainan pembuluh darah, seperti bekuan darah atau cacat pembuluh darah. Ini dengan penyuntikan pewarna ke dalam arteri untuk menemukan gumpalan apa pun dan menampilkan ukuran dan bentuknya pada CT scan atau MRI.

Computerized axial tomography (CAT scan) dapat membantu dokter mendiagnosis dan mendeteksi stroke hemoragik, karena bisa membedakan antara darah, tulang, dan jaringan otak. Namun, tidak selalu menunjukkan kerusakan karena stroke iskemik, terutama pada tahap awal.

Pemindaian MRI dapat mendeteksi bahkan stroke tahap awal. Sementara Elektrokardiogram (EKG) dapat mendeteksi aritmia jantung, yang merupakan faktor risiko stroke embolik.

Baca Juga: Aneurisma Otak: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Cara Mengobati Cerebrovascular Disease

Perawatannya tergantung pada jenis penyakit serebrovaskular yang pasien miliki. Namun, perawatan fokus pada peningkatan aliran darah ke otak.

Berdasarkan penyebab penyumbatan atau hilangnya aliran darah, dokter akan memilih di antara beberapa pilihan pengobatan. Perawatan yang paling efektif tergantung pada sejauh mana hilangnya aliran darah.

Sebagian besar pengobatan untuk penyakit cerebrovascular disease menggunakan obat-obatan, berikut di antaranya:

  • Obat tekanan darah.
  • Obat kolesterol.
  • Pengencer darah.

Obat-obatan ini biasanya untuk pasien yang arterinya kurang dari 50 persen tersumbat atau menyempit. Untuk kondisi yang lebih parah, operasi untuk menghilangkan plak atau penyumbatan, atau untuk memasukkan stent mungkin diperlukan.

Jika fungsi otak telah berkurang atau berubah akibat penyakit ini, maka pasien mungkin memerlukan terapi fisik, terapi okupasi, dan terapi wicara sebagai pemulihan.

Komplikasi yang Bisa Terjadi

Berikut ini beberapa komplikasi penyakit ini yang mungkin berkembang:

  • Cacat permanen.
  • Hilangnya fungsi kognitif.
  • Kelumpuhan parsial di beberapa bagian tubuh.
  • Kesulitan berbicara.
  • Hilang ingatan atau amnesia.

Pencegahan Cerebrovascular Disease

Ada beberapa langkah yang dapat membantu mengurangi risiko penyakit serebrovaskular di antaranya:

  • Berhenti merokok (jika perokok).
  • Latihan fisik sedang hingga intens setiap minggu, setidaknya 150 menit.
  • Makan makanan seimbang yang mendukung kesehatan pembuluh darah, seperti diet DASH.
  • Menjaga berat badan yang sehat.
  • Mengelola kolesterol darah dan tekanan darah dengan diet dan obat-obatan.

 

  1. Anonim. Cerebrovascular Disease. https://www.aans.org/en/Patients/Neurosurgical-Conditions-and-Treatments/Cerebrovascular-Disease. (Diakses pada 7 September 2021)
  2. Kraft, Sy. 2019. What to know about cerebrovascular disease. https://www.medicalnewstoday.com/articles/184601. (Diakses pada 7 September 2021)
  3. Mandal, Ananya. 2019. Cerebrovascular Disease Causes. https://www.news-medical.net/health/Cerebrovascular-Disease-Causes.aspx. (Diakses pada 7 September 2021)
  4. Wells, Diana. 2019. Cerebrovascular Disease. https://www.healthline.com/health/cerebrovascular-disease. (Diakses pada 7 September 2021)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi