Terbit: 30 July 2020
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Eko Budidharmaja

Tuberkulosis (TBC) adalah infeksi pada paru-paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri yang menyebabkan kondisi ini bisa menyebar dari satu orang ke orang lain melalui percikan napas (droplets) yang dilepaskan ke udara melalui batuk dan bersin. Simak penjelasan lengkap mengenai gejala, penyebab, hingga cara mengatasinya di bawah ini.

Tuberkulosis (TBC): Gejala, Penyebab, Diagnosis, & Pengobatan

Apa Itu Tuberkulosis?

Tuberkulosis atau sering disebut TB adalah penyakit menular yang biasanya menyerang paru-paru, meski begitu TBC  juga bisa memengaruhi bagian tubuh manapun, termasuk perut, kelenjar, tulang dan sistem saraf. Penyakit ini bisa berdampak fatal bagi kesehatan, akan tetapi dalam banyak kasus, kondisi ini bisa dicegah dan diobati.

Gejala Tuberkulosis

Meskipun di dalam tubuh terdapat bakteri penyebab TBC, sistem kekebalan biasanya dapat mencegah Anda dari sakit. Atas alasan ini, dokter membuat perbedaan antara TB laten dan TB aktif.

  • TB laten. Dalam kondisi ini, bakteri yang ada di tubuh dalam kondisi tidak aktif dan tidak menimbulkan gejala. Meski begitu, perlu Anda waspadai bahwa kondisi ini bisa menjadi TB aktif, jadi mendapatkan pengobatan yang tepat adalah sesuatu yang penting.
  • TB aktif. Kondisi ini membuat Anda sakit dan dalam banyak kasus infeksi dapat menyebar ke orang lain. Kondisi ini dapat terjadi dalam beberapa minggu pertama setelah infeksi atau mungkin terjadi bertahun-tahun kemudian.

Tanda dan gejala TBC aktif meliputi:

  • Batuk yang berlangsung tiga minggu atau lebih
  • Batuk darah
  • Nyeri dada atau nyeri saat bernapas atau batuk
  • Penurunan berat badan
  • Kelelahan
  • Demam ringan hilang timbul
  • Berkeringat di malam hari
  • Menurunnya selera makan

Perlu diketahui juga, tuberkulosis dapat memengaruhi bagian lain dari tubuh seperti ginjal, tulang belakang, atau otak. Ketika TBC terjadi di luar paru-paru, tanda dan gejala bervariasi sesuai dengan organ yang terkena. Sebagai contoh, TBC tulang belakang dapat membuat punggung terasa sakit dan TBC di ginjal dapat menyebabkan darah dalam urine.

Kapan Waktu yang Tepat untuk ke Dokter?

Temui dokter jika Anda demam, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, keringat di malam hari hingga basah kuyup, atau batuk terus-menerus. Akan tetapi, tanda-tanda tersebut juga dapat merupakan hasil dari kondisi medis lainnya. Guna menentukan penyebabnya dengan pasti, dokter bisa menyarankan Anda untuk melakukan beberapa tes khusus.

Penyebab Tuberkulosis

Penyebab TBC yang utama bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri dapat disebarkan melalui udara lewat percikan napas ketika penderita batuk, bersin, meludah, tertawa, atau berbicara. Hanya orang dengan TB aktif yang dapat menularkan infeksi. Namun, sebagian besar orang dengan penyakit ini tidak dapat menularkan bakteri setelah mendapatkan perawatan setidaknya selama 2 minggu.

Faktor Risiko Tuberkulosis

Pada dasarnya, siapa pun bisa terkena tuberkulosis, tetapi faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan risiko penyakit ini. Anda bisa lebih mungkin terkena TBC jika:

  • Seorang teman, rekan kerja, atau anggota keluarga menderita kondisi ini.
  • Bepergian ke daerah di mana penyakit ini umum terjadi.
  • Sering melakukan kontak dengan orang-orang yang higiene kurang, ruangan yang pengap/tertutup, dan sirkulasi udara buruk.
  • Bekerja atau tinggal di rumah sakit atau panti jompo.
  • Anda seorang perokok.

Pada dasarnya, sistem kekebalan yang sehat mampu melawan bakteri tuberkulosis, akan tetapi beberapa kondisi berikut membuat tubuh tidak mampu melawan bakteri yang menyebabkan penyakit ini, antara lain:

  • Memiliki HIV/AIDS
  • Memiliki diabetes
  • Memiliki penyakit ginjal berat
  • Memiliki kanker kepala dan leher
  • Perawatan kanker seperti kemoterapi
  • Berat badan rendah dan gizi buruk
  • Konsumsi obat untuk transplantasi organ
  • Obat-obatan tertentu untuk mengobati rheumatoid arthritis, penyakit Crohn, dan psoriasis
  • Bayi dan anak kecil juga memiliki peluang lebih tinggi untuk mendapatkannya karena sistem kekebalannya belum sepenuhnya terbentuk

Diagnosis Tuberkulosis

Pada pasien dewasa dilakukan pemeriksaan pengecatan dahak (Sputum BTA/Ziehl Nielsen) untuk menemukan bakteri Mycobaterium di dalam dahak. Pemeriksaan ini dilakukan sebanyak 3 kali. Pemeriksaan lain yang dapat menunjang diagnosis adalah rontgen paru dan tes Ccpat molekuler.

Pada pasien anak penegakan diagnosis TB dilakukan dengan skoring TB berdasarkan keluhan, antara lain: gizi kurang/buruk, demam hilang timbul, batuk, pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran sendi, dan riwayat kontak dengan pasien TB. Skoring yang berdasarkan pemeriksaan penunjang, antara lain: rontgen paru dan uji tuberkulin/mantoux.

Pengobatan Tuberkulosis

Jika Anda mengikuti prosedur pengobatan TBC yang tepat, kondisi ini hampir selalu dapat disembuhkan. Biasanya dokter akan meresepkan antibiotik untuk membunuh bakteri yang menyebabkan kondisi ini dan biasanya harus diminum selama 6 hingga 9 bulan.

Terkadang, antibiotik yang digunakan untuk mengobati tuberkulosis tidak bekerja, kondisi yang disebut drug-resistant. Jika Anda memiliki bentuk penyakit ini, konsumsi obat yang lebih kuat dan lebih lama mungkin diperlukan.

Pengobatan untuk TB Laten

Bergantung pada faktor risiko, TB laten dapat mengaktifkan kembali dan menyebabkan infeksi aktif. Itu sebabnya dokter mungkin meresepkan obat untuk membunuh bakteri yang tidak aktif untuk berjaga-jaga. Berikut adalah tiga opsi perawatan yang bisa dilakukan, di antaranya:

  • Isoniazid (INH): Ini adalah terapi yang paling umum untuk TB laten. Anda biasanya minum pil antibiotik ini setiap hari selama 9 bulan.
  • Rifampin (Rifadin, Rimactane): Anda minum antibiotik ini setiap hari selama 4 bulan. Ini merupakan opsi jika Anda memiliki efek samping atau kontraindikasi untuk INH.
  • Isoniazid dan rifapentine: Anda mengonsumsi kedua antibiotik ini seminggu sekali selama 3 bulan di bawah pengawasan dokter.

Pengobatan untuk TB Aktif

Jika Anda memiliki bentuk penyakit ini, Anda harus minum sejumlah antibiotik selama 6 hingga 9 bulan. Keempat obat ini paling sering digunakan untuk mengobatinya:

  • Ethambutol
  • Isoniazid
  • Pyrazinamide
  • Rifampin

Biasanya Anda akan mengonsumsi tiga atau empat obat selama 2 bulan. Setelah itu, Anda akan minum dua obat selama 4 hingga 7 bulan.

Anda mungkin akan mulai merasa lebih baik setelah beberapa minggu perawatan. Namun, hanya dokter yang dapat memberi tahu apakah infeksi yang ada di dalam tubuh masih menular atau tidak. Jika tidak, Anda mungkin dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa.

Penanganan Drug-Resistant TB

Jika Anda memiliki kondisi ini, kombinasi antibiotik yang disebut fluoroquinolone dan obat yang dapat disuntikkan seperti streptomycin, umumnya digunakan selama 20 hingga 30 bulan. Selain itu, jangan lupa konsultasi dengan dokter Spesialis Paru atau Penyakit Dalam.

Efek Samping Obat TBC

Semua obat tuberkulosis bisa sangat beracun bagi organ hati. Saat menggunakan obat-obatan ini, efek samping yang mungkin terjadi adalah:

  • Mual atau muntah
  • Kehilangan selera makan
  • Warna kulit menjadi kuning (jaundice)
  • Urine berwarna gelap
  • Demam yang berlangsung tiga hari atau lebih dan tidak memiliki penyebab yang jelas

Konsultasi dengan dokter diperlukan jika Anda mengalami kekhawatiran berlebih terhadap efek samping yang terjadi.

Menyelesaikan Perawatan dengan Baik

Setelah beberapa minggu perawatan, Anda mungkin mulai merasa lebih baik sehingga tergoda untuk berhenti minum obat tuberkulosis. Waktu yang tepat untuk Anda berhenti mengonsumsi antibiotik harus sesuai dengan arahan dokter.

Menghentikan pengobatan terlalu dini atau melewatkan dosis dapat membuat bakteri yang masih hidup menjadi kebal terhadap obat-obatan tersebut, sehingga menyebabkan TBC yang jauh lebih berbahaya dan sulit diobati.

Komplikasi Tuberkulosis

Tanpa pengobatan, TBC bisa berakibat fatal. Penyakit aktif yang tidak diobati biasanya memengaruhi paru-paru, tetapi dapat menyebar ke bagian lain tubuh melalui aliran darah. Beberapa komplikasi yang bisa terjadi, antara lain:

  • Nyeri tulang belakang
  • Kerusakan sendi
  • Pembengkakan selaput yang menutupi otak (meningitis). Ini dapat menyebabkan sakit kepala yang berlangsung lama atau intermiten yang terjadi selama berminggu-minggu
  • Meski jarang terjadi, penyakit ini bisa menyebabkan gangguan jantung

Pencegahan Tuberkulosis

Jika hasil diagnosis mengatakan bahwa Anda positif mengalami TB laten, dokter mungkin menyarankan Anda untuk minum obat untuk mengurangi risiko mengembangkan TB aktif. Satu-satunya jenis TBC yang menular adalah varietas aktif. Jika Anda dapat mencegah TB laten agar tidak aktif, Anda tidak akan menularkan penyakit ini ke orang lain.

Selain itu, jangan lupa ikuti arahan dokter untuk mengonsumsi obat sesuai dengan dosis dan jangan lupa dapatkan vaksin BCG atau Bacillus Calmette–Guérin karena dapat mencegah tuberkulosis parah pada anak-anak.

 

  1. Anonim. Tuberculosis. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/tuberculosis/symptoms-causes/syc-20351250. (Diakses pada 30 Juli 2020).
  2. Anonim. Tuberculosis (TB). https://www.webmd.com/lung/understanding-tuberculosis-basics. (Diakses pada 30 Juli 2020).
  3. McIntosh, James. 2020. All you need to know about tuberculosis (TB). https://www.medicalnewstoday.com/articles/8856#causes. (Diakses pada 30 Juli 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi