Terbit: 2 November 2023
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Makrosomia merupakan istilah yang dipakai untuk mendeskripsikan bayi dengan berat badan berlebih saat lahir. Meski terlihat menggemaskan, namun bayi yang terlahir dengan kondisi ini rentan mengalami berbagai masalah di kemudian hari.

Makrosomia: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Penanganan

Apa itu Makrosomia?

Makrosomia adalah istilah untuk bayi yang lahir dengan berat badan berlebihan. Pada umumnya, bayi normal akan lahir dengan berat badan antara 2,5 hingga 4 kg. Namun, bayi makrosomia lahir dengan berat badan di atas 4 kg. 

Berat badan bayi sulit untuk diketahui saat masih dalam kandungan, sehingga kondisi makrosomia baru diketahui saat lahir. Selain itu, keadaan ini juga dapat mempersulit proses persalinan normal dan dapat meningkatkan risiko cedera janin saat lahir. 

Selain itu, berat badan berlebihan saat baru lahir dapat meningkatkan risiko bayi mengalami masalah kesehatan di masa depan, salah satunya adalah sindrom metabolik. 

Gejala Makrosomia

Makrosomia merupakan kondisi yang sulit untuk dideteksi selama kehamilan. Metode yang digunakan untuk menentukan berat badan janin selama kehamilan cenderung tidak akurat. 

Bahkan, metode pemeriksaan USG hanya memiliki tingkat akurasi 80% dalam menentukan ukuran janin. 

Selain itu, kondisi ini juga umumnya tidak menimbulkan gejala apa pun selama kehamilan. Namun, ada beberapa kondisi yang dapat menjadi indikasi janin mengalami makrosomia, yaitu:

  • Tinggi fundus ibu hamil. Untuk menentukannya, dilakukan pengukuran jarak antara bagian atas rahim dan tulang kemaluan Bumil. Semakin besar ukurannya, semakin besar ukuran bayi. 
  • Masa kehamilan yang lebih lama. Janin akan terus berkembang dalam rahim. Jika bayi belum lahir setelah usia kehamilan 40 minggu, maka peluang makrosomia akan semakin tinggi.
  • Jumlah air ketuban terlalu banyak. Jumlah air ketuban yang menyelimuti janin dapat mencerminkan jumlah urine yang diproduksi janin. Semakin besar ukuran bayi semakin banyak urine yang diproduksi. 

Baca JugaBerat Badan Bayi Tidak Normal saat Lahir, Kenali Bahayanya

Kapan Waktu yang Tepat untuk ke Dokter?

Makrosomia merupakan kondisi yang tidak menimbulkan gejala fisik khusus pada ibu hamil. Oleh sebab itu, Anda perlu melakukan pemeriksaan rutin ke dokter kandungan agar gangguan kehamilan dapat diketahui sejak dini. 

Selain itu, bila Anda mengalami gejala-gejala diabetes gestasional seperti sering haus, mudah lelah, mulut kering, atau lebih sering buang air kecil, Anda disarankan untuk segera melakukan konsultasi ke dokter. 

Penyebab Makrosomia

Secara umum, makrosomia disebabkan oleh diabetes yang dialami ibu hamil, baik diabetes sebelum hamil maupun diabetes yang baru muncul saat kehamilan (diabetes gestasional). 

Saat kondisi diabetes tidak terkontrol, maka kadar gula darah dalam tubuh ibu hamil akan meningkat dan masuk ke dalam plasenta. Gula darah akan diserap oleh tubuh janin yang kemudian diubah menjadi lemak. Hal ini menyebabkan ukuran janin menjadi lebih besar dari seharusnya. 

Selain diabetes yang tidak terkontrol, makrosomia juga dapat disebabkan:

  • Genetik.
  • Obesitas pada ibu hamil.
  • Kondisi medis khusus pada bayi, seperti sindrom Weaver, sindrom Beckwith-Wiedemann, sindrom Fragile X. 

Faktor Risiko

Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kondisi makrosomia, di antaranya:

  • Riwayat melahirkan bayi makrosomia. Apabila ibu hamil pernah melahirkan bayi dengan kondisi ini maka risiko melahirkan bayi dengan ukuran sama akan meningkat. 
  • Obesitas. Ibu hamil yang obesitas baik sebelum maupun saat hamil memiliki risiko tinggi melahirkan bayi makrosomia. 
  • Kenaikan berat badan berlebihan selama kehamilan. Ibu hamil yang mengalami kenaikan berat badan terlalu banyak selama hamil berisiko tinggi memiliki bayi makrosomia. 
  • Bukan kehamilan pertama. Risiko melahirkan bayi dengan kondisi ini akan meningkat pada setiap kehamilan. Rata-rata berat badan janin akan bertambah jika dibandingkan dengan berat badan janin pada kehamilan sebelumnya. 
  • Hamil bayi laki-laki. Bayi laki-laki pada umumnya lebih berat jika dibandingkan dengan bayi perempuan. 
  • Kehamilan yang terlalu lama (post-term). Jika Anda belum juga melahirkan setelah 2 minggu dari hari perkiraan lahir, maka risiko makrosomia akan meningkat. 
  • Usia. Wanita yang hamil pada usia 35 tahun atau lebih memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat berlebih. 

Diagnosis Makrosomia

Makrosomia sulit untuk didiagnosis selama dalam kandungan. Kondisi ini baru dapat didiagnosis saat bayi lahir dan ditimbang. Namun, jika Anda memiliki faktor risiko terjadinya makrosomia, maka dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, seperti:

Pemeriksaan Awal

Dokter akan melakukan tanya jawab dengan pasien terkait riwayat kesehatan sebelum kehamilan serta kondisi kehamilan sebelumnya; jika ini bukan kehamilan pertama. Anda juga mungkin akan mendapatkan pertanyaan tentang obat-obatan yang dikonsumsi sebelum dan saat kehamilan. 

Selain itu, dokter juga akan menanyakan tentang perkiraan hari terakhir menstruasi. Tujuannya adalah memperkirakan usia kandungan. 

Pemeriksaan Penunjang

Setelah melakukan pemeriksaan awal, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan yang dapat mendukung dalam penetapan diagnosis, seperti:

  • Tes gula darah. Dilakukan untuk mengetahui kadar gula dalam darah ibu hamil sehingga mampu dideteksi ada tidaknya diabetes pada ibu hamil. 
  • Pengukuran tinggi fundus. Dokter akan melakukan pengukuran pada perut untuk mengetahui jarak antara ujung atas rahim dan tulang kemaluan.
  • Nonstress test (NST). Pengukuran ini dilakukan untuk mengukur detak jantung janin. 
  • USG kandungan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk deteksi kelainan pada janin dan mengukur anggota tubuh janin. 

Penanganan Makrosomia

Apabila diketahui adanya kemungkinan bayi lahir dengan berat badan berlebihan, maka dokter mungkin akan menyarankan untuk melakukan persalinan dengan metode operasi caesar. Dalam beberapa kasus, Bumil juga tetap bisa melahirkan melalui vagina

Dokter akan menyarankan pasien untuk menjalani persalinan metode operasi caesar apabila:

  • Bayi diprediksi memiliki berat badan 5 kg atau lebih tetapi ibu hamil tidak menderita diabetes. 
  • Bayi diprediksi memiliki berat badan 4,5 kg atau lebih serta ibu hamil memiliki kondisi diabetes yang tidak terkontrol.
  • Ibu hamil pernah menjalani persalinan dengan janin yang mengalami distosia bahu sebelumnya.

Sesaat setelah bayi lahir, dokter akan melakukan pemeriksaan terhadap bayi, termasuk pemeriksaan kadar gula darah, jumlah sel darah merah, serta observasi fisik untuk melihat adanya cedera. 

Selain itu, dokter juga akan menempatkan bayi di NICU (Neonatal Intensive Care Unit) untuk memantau perkembangan kesehatan bayi selama beberapa waktu.

Perlu diperhatikan, bayi dengan kondisi makrosomia memiliki risiko tinggi untuk menderita obesitas atau resistensi insulin di masa depan. Oleh sebab itu, Anda tetap perlu melakukan konsultasi rutin dengan dokter spesialis anak untuk memantau kondisi kesehatan bayi. 

Komplikasi Makrosomia

Beberapa risiko komplikasi yang bisa dialami oleh ibu hamil yang mengandung bayi makrosomia, antara lain:

  • Robekan pada vagina atau perineum (otot antara vagina dan anus).
  • Rahim robek.
  • Perdarahan setelah persalinan.
  • Persalinan macet.

Tidak hanya itu, risiko komplikasi yang akan dihadapi bayi, antara lain:

  • Obesitas pada masa kanak-kanak atau dewasa
  • Kadar gula darah rendah (hipoglikemia) saat baru lahir. Kondisi ini memicu kerusakan otak bayi.
  • Sindrom metabolik. Gangguan kesehatan berupa hipertensi, diabetes, dan dislipidemia. 

Baca JugaMengenal Cara Melahirkan Normal, Mulai dari Prosedur hingga Tipsnya

Pencegahan Makrosomia

Ibu hamil dapat menurunkan risiko terjadi kondisi ini dengan memastikan kehamilan sehat dan berat badan dalam rentang normal sebelum hamil. 

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah makrosomia, antara lain;

  • Olahraga teratur.
  • Konsumsi makanan dengan gizi lengkap dan seimbang.
  • Membatasi konsumsi makanan yang tinggi proses dan gula.
  • Mempertahankan kenaikan berat badan dalam rentang normal selama hamil.
  • Menjalani pemeriksaan kehamilan secara rutin.
  • Selalu memantau gula darah bila menderita diabetes.

 

  1. Mayo Clinic Staff. 2022. Fetal Macrosomia. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/fetal-macrosomia/symptoms-causes/syc-20372579. (Diakses pada 10 Agustus 2023). 
  2. Watson, Stephanie. 2017. How Macrosomia Affects Pregnancy. https://www.healthline.com/health/macrosomia. (Diakses pada 10 Agustus 2023).
  3. WebMD Editorial Contributors. 2023. What Is Fetal Macrosomia? https://www.webmd.com/baby/what-is-fetal-macrosomia#091e9c5e821394ee-1-3. (Diakses pada 10 Agustus 2023). 


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi