Terbit: 20 March 2020
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Neuropati diabetik adalah jenis kerusakan saraf yang dapat terjadi jika Anda menderita diabetes. Saat kadar gula dalam darah tinggi, hal itu dapat melukai saraf di seluruh tubuh Anda. Neuropati diabetes paling sering merusak saraf di tungkai dan kaki.

Neuropati Diabetik: Penyebab, Gejala, Diagnosis dan Penanganan

Penyebab Neuropati Diabetik

Penyebab pasti neuropati diabetik berbeda untuk setiap jenisnya. Selain merusak saraf,  gula darah tinggi yang tidak terkontrol juga dapat mengganggu kemampuan saraf untuk mengirimkan sinyal. Tingginya kadar gula darah juga melemahkan dinding pembuluh darah kecil (kapiler) yang memasok saraf dengan oksigen dan nutrisi.

Sementara itu, kombinasi faktor yang dapat menyebabkan kerusakan saraf, antara lain:

  • Peradangan pada saraf disebabkan oleh respons autoimun. Sistem imun salah mengartikan saraf sebagai benda asing dan menyerang mereka.
  • Faktor genetik yang tidak terkait dengan diabetes dapat membuat beberapa orang lebih mungkin untuk mengalami kerusakan saraf.
  • Merokok dan penyalahgunaan alkohol merusak saraf dan pembuluh darah, serta secara signifikan meningkatkan risiko infeksi.

Baca juga: Komplikasi Diabetes Melitus (Bisa Mengancam Nyawa)

Jenis Neuropati Diabetik

Pada dasarnya terdapat empat jenis utama neuropati diabetik. Setiap orang dapat memiliki satu atau lebih jenis neuropati. Gejala tergantung jenis yang dimiliki dan saraf mana yang terpengaruh.

Berikut ini adalah beberapa jenis neuropati diabetik, antara lain: neuropati perifer, otonom, proksimal, dan fokal. Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.

1. Neuropati perifer

Neuropati perifer biasanya mengenai kaki. Jarang sekali mengenai lengan, perut, atau punggung. Gejalanya meliputi:

  • Kesemutan.
  • Rasa kebas atau baal (yang dapat menjadi permanen).
  • Sensasi panas atau seperti terbakar (terutama pada malam hari).
  • Nyeri.

Gejala awal biasanya akan membaik setelah kadar gula darah kembali normal atau terkendali. Ada juga obat-obatan yang dapat membantu meringankan gejalanya. Cara mencegahnya yang bisa dilakukan oleh penderita diabetes adalah:

  • Memeriksa kaki setiap hari (apabila ada luka atau muncul kelainan pada kulit seperti perubahan warna atau hilangnya sensasi atau perabaan).
  • Menggunakan pelembap bila kulit kering.
  • Menjaga kebersihan kuku.
  • Mengenakan alas kaki dengan ukuran yang sesuai. Selalu mengenakan alas kaki untuk mencegah adanya perlukaan pada kaku.

2. Neuropati otonom

Neuropati diabetik jenis ini muncul akibat kerusakan pada sistem saraf involunter, dan biasanya mengenai sistem pencernaan, terutama lambung, pembuluh darah, sistem saluran kemih, dan organ seksual.

  • Pada sistem pencernaan, gejalanya bisa meliputi: perut kembung, diare, konstipasi, rasa panas di dada, mual, muntah, atau perut terasa penuh walau hanya makan sedikit. Keluhan atau gejala tersebut dapat dihindari dengan cara mengonsumsi makanan dengan porsi sedikit tetapi frekuensinya lebih sering atau bisa juga dengan obat-obatan.
  • Pada pembuluh darah, gejalanya meliputi: pusing bila bangkit dari posisi tidur atau duduk secara mendadak, denyut jantung lebih cepat, pusing, atau tekanan darah rendah. Jika mengalami gejala tersebut, sebaiknya jangan berdiri dengan terlalu cepat. Anda mungkin akan memerlukan terapi atau obat-obatan khusus. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter.
  • Pada organ seksual pria, gejalanya bisa meliputi gangguan ereksi atau ejakulasi. Sedangkan pada wanita, dapat menyebabkan vagina menjadi kering dan gangguan orgasme. Jika mengalami gejala tersebut, segera hubungi dokter, karena banyak juga penyebab lain dari gejala tersebut.
  • Pada sistem saluran kemih, dapat terjadi gangguan pengosongan kandung kemih, tidak bisa menahan buang air kecil (inkontinensia), atau buang air kecil menjadi lebih sering terutama pada malam hari. Bila mengalami gejala ini, segera hubungi dokter.

3. Neuropati proksimal

Neuropati diabetik jenis ini menimbulkan nyeri (biasanya pada salah satu sisi) di paha, pinggul, atau bokong. Selain itu, neuropati ini juga dapat menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan pada kaki. Sebagian besar orang yang menderita neuropati ini memerlukan perawatan khusus, seperti obat-obatan dan fisioterapi, untuk nyeri atau kelumpuhan yang dialaminya.

4. Neuropati fokal

Neuropati ini dapat muncul secara tiba-tiba dan mengenai serabut saraf tertentu, paling sering di kepala, badan, atau kaki. Hal ini dapat menyebabkan kelemahan otot atau sensasi nyeri. Gejalanya dapat meliputi:

  • Penglihatan ganda.
  • Nyeri mata.
  • Kelumpuhan pada salah satu sisi wajah (Bell’s palsy).
  • Nyeri berat pada bagian tubuh tertentu, misalnya pinggang atau kaki
  • Nyeri dada atau perut yang kadang-kadang keliru didiagnosis sebagai penyakit lain, seperti serangan jantung atau radang usus buntu.

Neuropati fokal bersifat sangat nyeri dan sulit diprediksi, tetapi cenderung mengalami perbaikan dalam beberapa minggu atau beberapa bulan dan biasanya tidak menimbulkan komplikasi jangka panjang.

Setelah mengetahui jenis-jenis neuropati diabetik, kerusakan saraf lain yang berhubungan dengan diabetes seperti kompresi saraf (entrapment syndromes).

Carpal tunnel syndrome adalah tipe yang sangat umum dari entrapment syndromes. Kondisi ini menyebabkan mati rasa dan kesemutan di tangan dan kadang-kadang kelemahan atau nyeri otot.

Jika Anda berpikir Anda mungkin memiliki masalah saraf jenis apa pun, bicarakan dengan dokter untuk dapat menentukan penyebab dan penanganan yang tepat.

Baca juga: Retinopati Diabetik: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Gejala Neuropati Diabetik

Tanda dan gejala penyakit ini bervariasi, tergantung pada jenis neuropati diabetik yang dimiliki penderita, tingkat keparahannya, dan saraf mana yang terpengaruh.

1. Jika Anda mengalami neuropati perifer, gejala yang bisa terjadi:

  • Kram.
  • Mati rasa.
  • Munculnya kesemutan.
  • Nyeri kaki, infeksi, hingga borok.
  • Hilangnya koordinasi, keseimbangan, dan refleks.
  • Melemahnya otot atau kedutan.
  • Menurunnya kemampuan merasakan perubahan suhu dan rasa sakit.
  • Gejala semakin memburuk di malam hari.

2. Jika Anda mengalami neuropati proksimal, gejala yang bisa terjadi:

  • Nyeri mendadak dan hebat di lengan, paha bagian atas, pinggul, dan bokong (sering kali hanya di satu sisi tubuh).
  • Sulit untuk berdiri dari posisi duduk.
  • Kekuatan kaki melemah.

3. Jika Anda mengalami neuropati otonom, gejala yang bisa terjadi:

  • Denyut jantung meningkat saat istirahat.
  • Hipoglikemia tanpa disadari.
  • Menurunnya nafsu makan, mual terus-menerus, muntah, dan perut kembung.
  • Gangguan kandung kemih.
  • Sulit untuk menelan.
  • Masalah pencernaan.
  • Disfungsi ereksi.
  • Gangguan mata.
  • Vagina kering.
  • Berat badan menurun.
  • Tidak mampu mengatur tekanan darah dan detak jantung.
  • Jumlah keringat yang meningkat atau menurun.
  • Diare yang tidak bisa dikontrol.

4. Jika Anda mengalami neuropati fokal, gejala yang bisa terjadi:

  • Nyeri panggul atau punggung bagian bawah.
  • Kesulitan untuk memfokuskan mata.
  • Nyeri pada perut atau dada .
  • Penglihatan ganda.
  • Suara yang rendah.
  • Sakit mata.

Baca juga: Waspada, Diabetes Dapat Mengganggu Kesehatan Mata

Diagnosis Neuropati Diabetik

Seorang dokter biasanya dapat mendiagnosis neuropati diabetik dengan melakukan pemeriksaan fisik dan meninjau gejala serta riwayat medis. Beberapa pemeriksaan yang biasanya dilakukan dokter, antara lain:

  • Kekuatan dan nada otot secara keseluruhan.
  • Refleks tendon.
  • Sensitivitas terhadap sentuhan dan getaran.

Selain itu, dokter juga bisa memeriksa luka kaki, kulit yang retak, lecet, masalah tulang dan persendian. The American Diabetes Association merekomendasikan bahwa semua orang dengan diabetes memiliki ujian kaki komprehensif setidaknya setahun sekali.

Seiring dengan pemeriksaan fisik, dokter dapat melakukan tes khusus untuk membantu mendiagnosis neuropati diabetes, seperti:

  • Tes filamen. Dokter akan menggosokan serat nilon lembut (monofilamen) di atas area kulit Anda untuk menguji sensitivitas Anda terhadap sentuhan.
  • Pengujian sensorik kuantitatif. Tes non-invasif ini digunakan untuk mengetahui bagaimana saraf merespons getaran dan perubahan suhu.
  • Studi konduksi saraf. Tes ini mengukur seberapa cepat saraf di lengan dan kaki melakukan sinyal listrik. Hal ini sering digunakan untuk mendiagnosis carpal tunnel syndrome.
  • Elektromiografi (EMG). Tes ini sering dilakukan bersamaan dengan studi konduksi saraf, EMG mengukur pelepasan listrik yang dihasilkan oleh otot.
  • Pengujian otonom. Jika Anda memiliki gejala neuropati otonom, tes khusus dapat dilakukan untuk menentukan bagaimana tekanan darah berubah saat Anda berada di posisi yang berbeda, dan apakah Anda berkeringat secara normal.

Baca juga: Memahami Efek Diabetes Terhadap Kesehatan Otak

Pengobatan Neuropati Diabetik

Pada dasarnya, pemberian obat neuropati diabetik dilakukan untuk meredakan nyeri dan mengembalikan fungsi saraf. Berikut ini adalah obat yang bisa diresepkan dokter untuk meredakan nyeri neuropati diabetik, antara lain:

  • Krim berisi capsaicin, (Arthricare, Zostrix) dapat membantu mencegah sinyal nyeri.
  • Antidepresan, seperti amitriptyline dan duloxetine.
  • Antikejang, seperti gabapentin, carbamazepine, dan pregabalin.
  • Antinyeri, jika paracetamol dan aspirin tidak mempan, obat antinyeri seperti oxycodone dan opioid seperti obat tramadol (Conzip, Ultram) dapat digunakan. Ini adalah obat pilihan terakhir guna mengatasi nyeri.

Bila Anda mengalami gejala-gejala yang telah disebutkan diatas, dimana Anda adalah seorang pengidap penyakit diabetes yang gula darahnya tidak terkontrol dengan baik, maka sebaiknya Anda segera memeriksakan diri ke dokter, khususnya dokter Spesialis Penyakit Dalam.

 

  1. Anonim. https://www.niddk.nih.gov/health-information/diabetes/overview/preventing-problems/nerve-damage-diabetic-neuropathies (Diakses pada 20 Agustus 2020).
  2. Dansinger, Michael. 2019. https://www.webmd.com/diabetes/diabetes-neuropathy#1 (Diakses pada 20 Agustus 2020).
  3. Mayo Clinic Staff. 2020. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/diabetic-neuropathy/symptoms-causes/syc-20371580 (Diakses pada 20 Agustus 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi