Terbit: 4 July 2022
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: dr. Eko Budidharmaja

Obat penenang kerap disalahgunakan dan bila penggunaan tidak tepat dapat menimbulkan ketergantungan. Lantas, bagaimana sebenarnya cara kerja obat ini? Simak informasi lengkap mengenai jenis hingga efek samping yang ditimbulkan, selengkapnya di bawah ini.

Obat Penenang: Jenis, Fungsi, hingga Efek Samping

Apa itu Obat Penenang?

Sesuai dengan namanya, obat penenang adalah obat yang digunakan khusus untuk membantu mengatasi sejumlah masalah kesehatan yang berkaitan dengan psikologis seperti:

  • Gangguan kecemasan (anxiety disorder).
  • Sulit tidur (insomnia).
  • Stres.
  • Depresi.

Akan tetapi, efektivitas obat ini—walaupun ampuh—umumnya hanya untuk jangka pendek. Dokter yang meresepkan obat pada pasiennya pun tidak memberikan obat ini untuk digunakan secara terus-menerus.

Pasalnya, pil penenang dapat menimbulkan ketergantungan. Manakala seseorang sudah sampai pada tahap ketergantungan, dampaknya akan sangat negatif bagi tubuh.

Cara Kerja Obat Penenang

Lantas, bagaimana cara kerja obat penenang? Ternyata, obat ini bekerja dengan cara merangsang reseptor gamma-aminobutyric acid (GABA). GABA adalah senyawa yang ada pada otak (neurotransmitter) yang fungsinya sebagai penghubung antar sel-sel di dalam otak.

Senyawa GABA tersebut kemudian akan mengatur aktivitas komunikasi  sel-sel saraf pada sistem saraf pusat di otak. Dengan demikian, aktivitas yang ada di dalam organ tersebut mengalami penurunan. Inilah yang lantas menghasilkan efek kantuk dan rileks pada penggunanya.

Mekanisme kerja yang lain misalnya dengan meningkatkan jumlah serotonin.

Macam-Macam Obat Penenang

Terdapat berbagai macam obat penenang yang bisa Anda beli di apotek; dari berbagai jenis obat penenang tersebut, obat golongan benzodiazepine, barbiturat, dan hipnotik sedatif (non-benzodiazepine) menjadi jenis yang paling umum diresepkan oleh dokter.

Berikut adalah informasi mengenai ketiga obat tersebut, mulai dari fungsi hingga variannya yang perlu Anda ketahui.

1. Benzodiazepine

Benzodiazepine adalah obat golongan anti-anxietas yang digunakan untuk mengatasi masalah psikologis seperti gangguan kecemasan, kepanikan (panic attack), stres, hingga depresi. Selain itu, obat ini juga kerap diresepkan oleh dokter untuk membantu pasien yang mengalami kesulitan tidur.

Beberapa contoh obat-obatan yang masuk dalam golongan benzodiazepine ini antara lain sebagai berikut:

  • Alprazolam.
  • Chloral hidrat.
  • Chlordiazepoxide.
  • Clorazepate.
  • Clonazepam.
  • Diazepam.
  • Estazolam.
  • Flunitrazepam.
  • Flurazepam.
  • Lorazepam.
  • Midazolam.
  • Nitrazepam.
  • Oxazepam.
  • Temazepam.
  • Triazolam.
  • Zypraz.

Benzodiazepin adalah kelompok obat yang paling banyak digunakan dikarenakan keamanan dan efektivitasnya yang lebih tinggi ketimbang golongan obat lainnya. Obat ini memiliki efek hipnosis, antikonvulsan, dan relaksasi otot, tetapi tidak menunjukkan aktivitas analgesik atau aktivitas antipsikotik.

2. Barbiturat

Barbiturat adalah obat antidepresan SSP nonselektif yang sebelum adanya benzodiazepine, menjadi obat utama untuk menenangkan pasien dengan keluhan gangguan kecemasan, kepanikan, stres, depresi, dan gangguan tidur.

Setelah benzopine muncul, obat ini agak jarang digunakan mengingat efek ketergantungan yang disebabkan olehnya lebih serius.

Akan tetapi, beberapa obat dari golongan barbiturat masih digunakan sebagai antikonvulsan (fenobarbital) dan untuk menginduksi anestesi (thiopental). Contoh dari obat barbiturat adalah sebagai berikut:

  • Thiopental.
  • Secobarbital.
  • Primidone.
  • Phenobarbitol.
  • Pentobarbital.
  • Methohexital.
  • Mephobarbital.
  • Butabarbital.
  • Aprobarbital.
  • Amobarbital.

3. Hipnotik Sedatif (Non-Benzodiazepine)

Obat hipnotik sedatif (non-benzodiazepine) adalah obat yang berbeda strukturnya dengan benzodiazepin, tetapi memiliki mekanisme kerja yang mirip dengan keluarga reseptor benzodiazepin yakni BZ1.

obat penenang pikiran dari golongan ini juga dikenal dengan istilah ‘obat tidur’ karena biasanya diresepkan dokter pada pasien dengan keluhan sulit tidur.

Contoh obat-obatan yang masuk ke dalam golongan obat hipnotik sedatif (non-benzodiazepine) antara lain sebagai berikut:

  • Zopiclone.
  • Zolpidem.
  • Zaleplon.
  • Eszopiclone.

4. Antihistamin

Ini adalah obat yang sejatinya diformulasikan untuk mengatasi reaksi alergi. Akan tetapi, obat antihistamin—tepatnya antihistamin generasi pertama—ternyata bisa difungsikan sebagai obat untuk menghasilkan efek rileks dan membantu pasien dengan keluhan gangguan tidur.

Memang, efektivitas obat ini masih lebih rendah ketimbang golongan obat lainnya, terutama benzodiazepine. Beberapa contoh obat anthistamin generasi pertama yang bisa digunakan antara lain sebagai berikut:

  • Trimeprazine.
  • Promethazine.
  • Diphenhydramine.
  • Dimenhydrinate.
  • Dexchlorpheniramine.
  • Chlorpheniramine.

Selain obat-obatan di atas, sebenarnya masih ada lagi obat-obatan lainnya yang berfungsi untuk mengatasi gangguan kecemasan hingga gangguan tidur. Akan tetapi, obat-obatan tersebut lebih terbilang jarang digunakan.

Obat-obatan yang dimaksud di antaranya meliputi:

  • Ramelteon.
  • Propofol.
  • Paraldehyde.
  • Methaqualone.
  • Meprobamate.
  • Methyprylon.
  • Glutethimide.
  • Etomidate.
  • Ethchlorvynol.
  • Dexmedetomidine.

Baca Juga: 10 Teknik Relaksasi untuk Mengatasi Kecemasan dan Stres

Efek Samping Obat Penenang

Obat penenang memang dapat digunakan untuk membantu Anda saat mengalami gangguan kecemasan, serangan panik, atau insomnia. Namun perlu ditekankan, penggunaan obat ini hanya untuk jangka pendek.

Mengapa demikian? Jawabannya adalah karena obat ini dapat menimbulkan ketergantungan. Tidak hanya itu, penggunaan obat juga akan memicu timbulnya sejumlah gejala efek samping. Berikut adalah berbagai efek obat penenang, di antaranya:

1. Efek Samping Umum

Gejala efek samping umum yang mungkin terjadi setalah Anda mengonsumsi obat ini adalah sebagai berikut:

  • Kantuk.
  • Kepala pusing.
  • Penglihatan kabur.
  • Refleks tubuh berkurang.
  • Napas melambat.
  • Hilang fokus.
  • Gangguan berbicara.

2. Efek Samping Jangka Panjang

Penggunaan obat dalam jangka panjang akan berujung pada timbulnya gejala efek samping berupa:

  • Gejala depresi (lelah, tidak bergairah, pikiran untuk bunuh diri).
  • Penurunan daya ingat.
  • Rasa cemas.
  • Gangguan fungsi hati (liver).

3. Efek Samping Overdosis

Sementara itu, obat ini apabila dikonsumsi melebihi dosis akan menimbulkan gejala efek samping berbahaya seperti:

  • Gangguan pernapasan.
  • Pupil mata mengecil.
  • Detak jantung lambat.
  • Kejang.

Segera cari pertolongan medis apabila Anda mengalami gejala-gejala yang sudah terbilang berbahaya. Penanganan medis sedini mungkin harus segera dilakukan karena jika tidak berisiko menyebabkan komplikasi yang bisa mengancam keselamatan jiwa.

Baca Juga: 9 Cara Mengatasi Depresi Berat Paling Efektif

Cara Mendapatkan Resep Obat Penenang

Obat ini tentu saja masuk ke dalam kategori obat keras. Penggunaannya tidak bisa sembarangan dan harus dengan resep dokter.

Oleh karena itu, cara mendapatkan resep obat penenang adalah dengan terlebih dahulu memeriksakan diri Anda ke dokter apabila merasa mengalami gangguan psikologis.

Setelah hasil diagnosis keluar, barulah Anda bisa membeli obat di apotek sesuai dengan resep dan dosis yang diberikan dokter.

Cara Menghilangkan Kecanduan Obat Penenang

Apabila Anda sudah telanjur mengalami ketergantungan atau kecanduan terhadap obat ini, maka cara menghilangkan kecanduan obat penenang adalah dengan sekeras mungkin mengendalikan keinginan untuk mengonsumsi obat, setelah itu segera kunjungi dokter.

Anda mungkin tidak akan langsung berhenti total mengonsumsi obat ini. Dengan dibantu oleh tenaga medis (termasuk psikiater), Anda akan diminta untuk mengurangi dosis obat secara perlahan-lahan sampai ketergantungan benar-benar lepas.

Pastikan untuk mengikuti setiap instruksi yang diberikan agar terapi berjalan dengan baik.

 

  1. Jewell, T. 2019. Everything You Want to Know About Sedatives. https://www.healthline.com/health/sedatives#takeaway. (Diakses pada 4 Agustus 2020)
  2. Kelser, E. 2016. What Are Sedatives? https://www.everydayhealth.com/sedatives/guide/. (Diakses pada 4 Agustus 2020)
  3. Mestrovic, T. List of  Sedatives. https://www.news-medical.net/health/List-of-Sedatives.aspx. (Diakses pada 4 Agustus 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi