Terbit: 4 January 2023
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Ngompol atau pipis di celana tidak hanya terjadi pada anak-anak, orang dewasa pun dapat mengalaminya. Berbeda dengan anak-anak, penyebab ngompol pada orang dewasa terjadi karena sejumlah faktor, dari yang ringan hingga serius. Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Waspada, Ini 10 Penyebab Ngompol pada Orang Dewasa

Ragam Penyebab Orang Dewasa Bisa Ngompol

Ngompol pada malam hari atau enuresis nokturnal pada orang dewasa, terjadi ketika kandung kemih tidak merespons sinyal yang perlu dikosongkan ketika tidur. Hal ini karena ada sejumlah kemungkinan yang dapat menjadi penyebabnya.

Berikut adalah berbagai penyebab ngompol pada orang dewasa, di antaranya:

1. Diabetes

Penyakit diabetes adalah salah satu masalah kesehatan yang dapat meningkatkan keinginan buang air kecil dengan drastis. Hal ini karena tingginya kadar gula darah dalam tubuh yang membuat otak berusaha untuk membuangnya. Cara pembuangan kelebihan gula darah ini adalah melalui urine.

Jika memiliki jenis diabetes insipidus, maka penderitanya akan mengalami keinginan untuk buang air kecil terus-menerus dan merasa haus yang berlebihan.

Apabila diabetes menyebabkan kerusakan saraf pada bagian kandung kemih, kondisi tersebut dapat membuat penderitanya tidak bisa menahan urine.

2. Infeksi Kandung Kemih

Infeksi kandung kemih sering kali disebabkan oleh masuknya bakteri ke dalam organ yang memiliki fungsi sebagai penampung urine sebelum dikeluarkan saat buang air kecil.

Wanita memiliki risiko lebih besar untuk terkena infeksi kandung kemih daripada pria karena posisi uretranya yang cenderung jauh lebih pendek. Jika sampai hal ini terjadi, maka penderitanya akan lebih rentan mengalami ngompol.

3. Kandung Kemih Terlalu Aktif

Orang ngompol di usia dewasa ternyata dapat terjadi akibat kandung kemih yang terlalu aktif atau disebut overactive bladder (OAB). Kondisi ini terkait dengan otot detrusor, otot yang bisa ditemukan di sepanjang kandung kemih.

Demi mengosongkan kandung kemih dan merangsang keinginan untuk buang air kecil, otot ini akan melakukan kontraksi. Namun, jika sampai fungsi dari otot mengalami gangguan, hal ini justru akan membuat kandung kemih menjadi terlalu aktif sehingga mengeluarkan urine tanpa bisa lagi dikendalikan.

4. Sleep Apnea

Sleep apnea adalah gangguan tidur yang dikenal dapat menyebabkan pernapasan berhenti sejenak saat tidur. Gangguan pernapasan ini menyebabkan penurunan kadar oksigen dan juga dapat mengganggu kontrol kandung kemih.

Penelitian menunjukkan bahwa orang dewasa (terrmasuk anak-anak) yang memiliki sleep apnea kemungkinan besar akan mengalami ngompol sebagai akibatnya.

Baca Juga: Anak Sering Ngompol Gejala Diabetes, Benarkah?

5. Pembesaran Prostat

Jika sampai mengalami masalah pembesaran prostat, maka hal ini akan memicu gangguan pada otot kandung kemih. Tentunya, hal ini juga akan menyebabkan gejala mengompol di usia dewasa.

Pria dengan kondisi ini, kemungkinan akan mengalami inkontinensia urine, yaitu ketidakmampuan menahan buang air kecil.

Inkontinensia urine dapat berhubungan dengan kandung kemih yang terlalu aktif, salah satu perubahan fungsi kandung kemih yang disebabkan oleh pembesaran prostat jinak .

6. Masalah Hormon

Masalah dengan hormon tertentu dalam tubuh seperti hormon antidiuretik (ADH), juga dapat menjadi penyebab ngompol pada orang dewasa.

Pelepasan ADH yang normal pada malam hari akan memberi sinyal pada ginjal untuk mengurangi produksi urine serta mengurangi keinginan untuk buang air kecil saat tidur. Namun, ketidakseimbangan ADH dapat menyebabkan peningkatan produksi urine dan pada akhirnya ngompol di malam hari.

7. Genetik

Ngompol bisa diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya dari orang tua ke anak. Tapi tidak jelas gen mana yang bertanggung jawab untuk menurunkan kondisi ini.

Jika Anda memiliki orang tua yang mengalami enuresis nokturnal, kemungkinan besar Anda juga akan mengalaminya.

8. Obat-obatan

Beberapa obat resep dapat membuat orang dewasa lebih sering buang air kecil dan meningkatkan kontraksi kandung kemih. Ini adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan ngompol. Obat-obatan ini termasuk obat tidur, antipsikotik, dan obat lainnya.

Oleh sebab itu, mengganti obat dapat membantu menghentikan buang air kecil di malam hari. Jika obat diperlukan untuk mengobati kondisi lain, perubahan gaya hidup bisa membantu mencegah ngompol.

Namun, jangan pernah menghentikan pengobatan tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

Baca Juga: 6 Cara Mengatasi Ngompol pada Orang Dewasa Secara Alami

9. Gaya Hidup

Ada banyak kebiasaan gaya hidup sehari-hari yang berisiko memengaruhi kandung kemih atau siklus tidur, yang pada gilirannya memicu orang dewasa ngompol.

Faktor yang mungkin menjadi penyebabnya adalah mengonsumsi minuman beralkohol dan kafein, dua jenis minuman yang dapat meningkatkan produksi urine dan mengubah fungsi siklus tidur.

Selain itu, jarang beraktivitas secara fisik juga terkait dengan gangguan tidur dan sering buang air kecil di malam hari.

10. Kanker

Kanker kandung kemih dan prostat dapat menyumbat atau menghambat saluran kemih. Kondisi ini memengaruhi kemampuan tubuh untuk menyimpan dan menahan urine. Sebagai efeknya, kondisi ini dapat menyebabkan sering buang air kecil pada malam hari.

Meskipun sulit disembuhkan, mengobati kanker membantu mengecilkan atau menghilangkan tumor sehingga mencegah kejadian mengompol di kemudian hari.

Demikianlah ulasan tentang berbagai penyebab ngompol pada orang dewasa yang perlu Anda waspadai. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Teman Sehat!

 

  1. Holland, Kimberly. 2018. Causes of Bed-Wetting in Adults and How to Treat It. https://www.healthline.com/health/adult-bed-wetting. (Diakses pada 3 Januari 2023)
  2. Mutchler, Cristina. 2022. Why Does Adult Bedwetting Happen?. https://www.verywellhealth.com/adult-bedwetting-5216129. (Diakses pada 3 Januari 2023)
  3. Watson, Stephanie, 2021. Bed-Wetting in Adults. https://www.webmd.com/urinary-incontinence-oab/bed-wetting-in-adults. (Diakses pada 3 Januari 2023)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi