Terbit: 3 September 2021
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Makanan Pendamping Air Susu Ibu atau disingkat MPASI untuk bayi diare penting untuk diketahui agar frekuensi buang air besar dan tekstur kotorannya kembali normal. Simak penjelasan mengenai apa saja makanan MPASI untuk bayi diare, selengkapnya di bawah ini.

Menu MPASI untuk Bayi Diare dan Makanan yang Harus Dihindari

Bagaimana Mengenali Bahwa Bayi Mengalami Diare?

MPASI adalah makanan pendamping untuk bayi usia 6 bulan sampai dengan 2 tahun untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Diare adalah kondisi buang air besar yang terlalu sering dalam 1 hari, menurut definisi Ikatan Dokter Anak Indonesia adalah frekuensi BAB di atas 7 kali sehari dengan konsistensi yang cair atau agak lembek. 

Penting untuk diketahui, Anda dapat menemukan banyak tekstur, warna, dan bau yang berbeda pada popok bayi berdasarkan apa yang anak  makan (ASI, susu formula, atau makanan padat). Tekstur kotoran bayi biasanya jauh lebih lembut daripada kotoran orang dewasa.

Akan tetapi jika tiba-tiba feses menjadi jauh lebih encer, terjadi lebih sering, dan dalam jumlah besar, hal itu mungkin menandakan bahwa si kecil mengalami diare.

Perlu diketahui juga, diare sendiri memiliki dua jenis: akut dan kronis. Diare akut terjadi saat si Kecil mengalami diare hanya beberapa hari (kurang dari 3 minggu). Sedangkan diare kronis adalah ketika anak mengalami diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu.

Menu MPASI untuk Bayi Diare

Jika anak sudah mulai mengonsumsi makanan padat, resep MPASI untuk bayi diare yang sering disarankan adalah B.R.A.T (Banana, Rice, Applesauce, Toast).

Makanan yang termasuk dalam diet B.R.A.T adalah makanan yang akan membantu pengerasan tinja. Makanan MPASI untuk bayi diare termasuk biji-bijian dan buah-buahan tertentu. Beberapa makanan tersebut, antara lain:

  • Pisang.
  • Beras atau sereal beras buatan sendiri.
  • Roti, khusus roti panggang.
  • Pasta.
  • Kentang putih.
  • Yoghurt.
  • Saus apel.

Cara Mengatasi Diare pada Bayi

Pada umumnya, dokter tidak merekomendasikan obat antidiare yang dijual bebas untuk bayi. Akan tetapi, dokter mungkin meresepkan antibiotik atau obat antiparasit.

Bayi dengan diare parah yang mengalami dehidrasi perlu mendapatkan penanganan di rumah sakit untuk mendapatkan cairan melalui infus di pembuluh darahnya.

Dokter mungkin juga menyarankan pemberian larutan rehidrasi oral yang dapat dibeli apotek. Larutan ini dapat mencegah dan mengobati dehidrasi.

Nah, itulah berbagai menu MPASI untuk bayi diare yang bisa Anda coba. Sementara itu, seorang ibu yang sedang menyusui mungkin perlu menyesuaikan pola makannya untuk menghindari makanan yang dapat memicu diare pada anak.

Menu MPASI yang Sebaiknya Dihindari untuk Bayi Diare

Setelah Anda mengetahui berbagai makanan MPASI untuk bayi diare seperti di atas, hal penting lainnya adalah makanan apa saja yang dapat memperburuk diare, antara lain:

  • Makanan berminyak.
  • Makanan yang tinggi serat.
  • Susu dan keju.
  • Kue, cookies, dan soda.

Diare yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri sangat menular. Cuci tangan dengan sabun setiap kali mengganti popok bayi untuk mencegah penyebaran infeksi. Jaga agar area penggantian popok tetap bersih dan disinfeksi.

Baca Juga: Obat Diare pada Bayi 0-6 Bulan (Medis dan Alami)

Perawatan Bayi Diare Lainnya

Meski diet BRAT sering direkomendasikan sebagai MPASI untuk bayi diare, beberapa pakar menganggap diet tersebut tidak lagi bermanfaat. Hal tersebut didasari karena pola diet tersebut rendah serat, protein, dan lemak, sehingga tidak membantu saluran pencernaan bayi untuk pulih.

American Academy of Pediatrics merekomendasikan agar anak melanjutkan makan normal dan diet seimbang yang sesuai untuk usia dalam waktu 24 jam setelah sakit. Diet harus mencakup campuran buah-buahan, sayuran, daging, yoghurt, dan karbohidrat kompleks.

Efek Diare pada Bayi

Diare membuat tubuh kehilangan terlalu banyak air dan mineral yang disebut elektrolit, kondisi yang bisa menyebabkan dehidrasi. Bayi dapat mengalami dehidrasi sangat cepat (dalam satu atau dua hari setelah sakit) dan ini bisa menjadi sesuatu yang sangat berbahaya, terutama bayi yang baru lahir.

Segera hubungi dokter jika Anda melihat tanda-tanda dehidrasi pada bayi, seperti:

  • Kencing lebih jarang (popok basah lebih sedikit).
  • Bertingkah rewel atau cepat marah.
  • Mulut kering.
  • Tidak ada air mata saat menangis.
  • Rasa kantuk atau kelesuan yang tidak biasa.
  • Ubun- ubun terasa lunak.
  • Kulit tidak elastis seperti biasanya.

Selain itu, konsultasi dengan dokter diperlukan jika anak Anda berusia kurang dari 6 bulan atau memiliki gejala berikut:

  • Demam 38,8 derajat celcius atau lebih tinggi.
  • Sakit perut.
  • Darah atau nanah di kotoran, atau kotoran yang berwarna hitam, putih, atau merah.
  • Kelesuan.
  • Muntah.

Baca Juga: Diare pada Bayi: 7 Penyebab dan Cara Mengatasinya

Penanganan Diare pada Bayi Berdasarkan Derajat Keparahan

Berikut ini adalah penjelasan mengenai perawatan diare berdasarkan seberapa parah gejala yang muncul, di antaranya:

Diare Ringan Tanpa Muntah

Diare sering hilang dalam beberapa hari dengan sendirinya. Sebagian besar anak dengan diare ringan tidak perlu mengubah pola makan dan larutan elektrolit biasanya tidak diperlukan. Anda bisa tetap memberikan ASI, susu formula, atau susu sapi.

Namun, jika anak Anda tampak kembung  setelah minum susu formula atau susu sapi, tanyakan pada dokter apakah hal ini harus dihindari.

Diare Ringan Disertai Muntah

Anak-anak yang mengalami diare dan muntah-muntah harus menghentikan pola makan yang biasa. Larutan elektrolit harus diberikan dalam jumlah kecil, biasanya sampai muntah berhenti. Dalam banyak kasus kasus, umumnya hanya diperlukan 1 sampai 2 hari.

Setelah muntah berkurang, perlahan kembali ke pola makan anak yang biasa. Beberapa anak tidak dapat mentolerir susu sapi saat mengalami diare. Meski begitu, pemberian ASI harus dilanjutkan.

Diare Parah

Jika bayi buang air besar encer setiap 1 sampai 2 jam, lebih sering, atau disertai munculnya tanda-tanda dehidrasi, orang tua mungkin perlu berhenti memberi makan untuk sementara. Fokuslah untuk mengganti cairan tubuh yang berkurang.

Hindari memberikan cairan yang tinggi gula, tinggi garam, atau sangat rendah garam. Pada kasus dehidrasi berat, pemberian cairan diberikan melalui vena (IV) di unit gawat darurat.

 

  1. Anonim. Diarrhea and Your Child. https://palsmds.com/Diarrhea-and-Dehydration. (Diakses pada 3 September 2021).
  2. Anonim. Diarrhea in Babies. https://www.webmd.com/parenting/baby/baby-diarrhea-causes-treatment. (Diakses pada 3 September 2021).
  3. Andie. Diarrhea In Older Babies And Toddlers. https://www.happyfamilyorganics.com/learning-center/baby/acute-diarrhea-in-older-babies-and-toddlers/. (Diakses pada 3 September 2021).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi