Pernah mengalami rasa tidak nyaman di tengah keramaian, sampai-sampai Anda merasa kewalahan hingga panik? Bisa jadi itu tanda Anda mengalami sensory overload. Kenali lebih jauh soal fenomena ini beserta kiat-kiat untuk mengatasinya dalam ulasan berikut!
Apa itu Sensory Overload?
Sensory overload atau kelebihan sensorik adalah kondisi ketika satu atau lebih pancaindra mendapatkan stimulasi berlebih. Kondisi ini membuat otak tidak mampu menyerap informasi yang diperoleh sehingga membuatnya kewalahan.
Pada gilirannya, orang dengan kondisi ini akan mengalami rasa tidak nyaman, cemas, dan panik. Hal ini dapat terjadi saat berada di tengah keramaian, mencium aroma parfum yang terlalu kuat, dan lain sebagainya.
Umumnya, kelebihan sensorik menimpa anak-anak, apalagi yang menderita kondisi tertentu, seperti autisme, gangguan stres pascatrauma (PTSD), attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan fibromyalgia.
Jika terjadi pada orang dewasa, gejala sensory overload kemungkinan besar telah ada sejak masa kanak-kanak.
Baca Juga: Tantrum pada Orang Dewasa, Kenali Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Gejala Sensory Overload
Gejala yang akan muncul dapat berbeda-beda pada setiap orang. Namun, secara umum gejala kelebihan sensorik pada orang dewasa meliputi:
- Sulit untuk fokus atau diam.
- Memiliki penciuman yang kuat dan kemampuan input sensorik lainnya.
- Rasa tidak nyaman.
- Kecemasan dan ketakutan.
- Sensitif terhadap tekstur yang mengenai kulit, misalnya bahan pakaian.
- Merasa kewalahan dan gelisah.
- Terlalu bersemangat dalam merespons sesuatu.
- Sulit tidur.
- Gampang marah.
- Stres.
Kondisi terkait Sensory Overload
Pada orang dewasa, sensory overload berkaitan dengan berbagai kondisi kesehatan berikut:
1. Autisme
Kelebihan sensorik dan autisme bisa terjadi berbarengan. Pasalnya, orang autis biasanya kewalahan menangkap informasi sensorik yang masuk ke otak.
Jika mengalami kelebihan sensorik, mereka bisa menangis dan berteriak, melarikan diri, atau tidak menanggapi rangsangan dari lingkungan.
2. Gangguan stres pascatrauma (PTSD)
Orang dengan PTSD lebih sensitif terhadap lingkungan sehingga bisa memicu kelebihan sensorik. Oleh karena itu, dua kondisi ini bisa terjadi berbarengan.
Hubungan keduanya juga muncul akibat pemicunya. Orang yang memiliki PTSD biasanya mengalami satu atau lebih peristiwa traumatis.
Terkait hal itu, kondisi ini juga biasanya terjadi sebagai respons terhadap pemicu tertentu yang mengingatkan orang tersebut akan traumanya.
3. Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)
Pada orang dengan ADHD, input sensorik saling bersaing untuk mendapatkan perhatian dari otak. Inilah yang kemudian memicu kemunculan kelebihan sensorik.
Penderita umumnya akan merasa cemas dan panik ketika memperoleh stimulasi berlebihan, misalnya ketika mendengarkan suara terlalu bising.
4. Sensory processing disorder (SPD)
SPD terjadi ketika seseorang kesulitan untuk merespons input sensoris. Ada dua tipe sensory processing disorder, yaitu hipersensitif dan hiposensitif.
Orang yang hipersensitif bisa sangat sensitif terhadap bau, suara, rasa, atau tekstur. Mereka kemungkinan akan menghindari rangsangan sensorik yang melibatkan hal-hal tersebut.
Di sisi lain, orang dengan SPD juga bisa kurang sensitif (hiposensitif) terhadap beberapa hal di atas. Mereka akan mencari lebih banyak rangsangan sensorik, terutama sentuhan atau tekanan fisik.
5. Kondisi medis lain
Sensory overload juga berisiko terjadi pada orang dengan berbagai kondisi berikut:
- Fibromyalgia.
- Sindrom kelelahan kronis.
- Multiple sclerosis (MS).
- Sindrom Tourette.
Baca Juga: Sangat Perasa? Kenali 15 Ciri-Ciri Highly Sensitive Person (HSP)
Cara Mengatasi Sensory Overload
Sampai saat ini, cara untuk mengobati kelebihan sensorik belum pasti. Pengobatan hanya berfokus pada perawatan dan pencegahan terhadap berbagai pencetus kondisi.
Beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengendalikan sensory overload, di antaranya:
1. Mengenali pemicu
Mengenali pemicu kondisi akan memudahkan Anda untuk mengendalikannya. Meski butuh waktu dan usaha, berusahalah untuk memahami kesamaan dari munculnya kelebihan sensorik.
Pemicu keadaan ini cukup beragam, misalnya suara keras, lampu kelap-kelip, dan kerumunan. Setelah mengetahui apa yang mencetuskan kondisi ini, cobalah untuk menghindarinya.
2. Tetapkan rutinitas
Buatlah jadwal atau kegiatan sehari-hari sehingga tercipta suatu rutinitas. Dengan begitu, stabilitas akan terjaga.
Apalagi jika pencetus kelebihan sensorik tidak dapat dihindari. Anda bisa menetapkan suatu rutinitas sehingga risiko munculnya situasi yang tidak terkendali akan menurun. Pada akhirnya, kekambuhan gejala juga dapat dicegah.
3. Jalani terapi
Terapi dapat membantu mengatasi sensory overload, misalnya terapi okupasi. Terapi ini dapat mengubah pandangan seseorang terhadap lingkungannya. Dengan demikian, frekuensi atau tingkat keparahan kelebihan sensorik dapat menurun.
Selain terapi, obat-obatan juga dapat membantu menurunkan kelebihan sensorik. Sebagai contoh, obat aripiprazole pada orang dengan autis.
4. Lakukan meditasi
Cara selanjutnya yang dapat Anda coba adalah meditasi. Teknik meditasi dapat membantu mengurangi kecemasan yang muncul.
Tak hanya meditasi, Anda juga bisa menerapkan mindfulness dan melakukan teknik pernapasan ketika gejala kelebihan sensorik melanda.
5. Istirahat
Hal lain yang tak kalah penting untuk mengendalikan kelebihan sensorik adalah dapatkan tidur yang cukup. Fokuslah pada diri sendiri, jaga hidrasi tubuh, konsumsi makanan sehat, dan lakukan aktivitas fisik secara teratur.
Jika mengalami kesulitan untuk mengendalikan sensory overload, jangan tunda untuk berkonsultasi kepada dokter. Dengan begitu, penanganan yang tepat bisa Anda peroleh.
- Leonard, Jayne. 2021. What to Know about Sensory Overload. https://www.medicalnewstoday.com/articles/sensory-overload. (Diakses pada 18 Mei 2022).
- Watson, Kathryn. 2021. What Is Sensory Overload? https://www.healthline.com/health/sensory-overload. (Diakses pada 18 Mei 2022).