Terbit: 2 January 2020 | Diperbarui: 21 August 2023
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Antonius Hapindra Kasim

Plasenta previa merupakan salah satu masalah pada kehamilan. Kondisi ini ditandai dengan adanya plasenta yang menghalangi jalan lahir. Ketahui lebih lengkap tentang kondisi plasenta previa mulai dari jenis, gejala, penyebab dan penanganannya pada artikel ini!

Plasenta Previa: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Penanganan

Apa itu Plasenta Previa?

Plasenta previa adalah kondisi ketika sebagian atau seluruh plasenta menutupi mulut rahim. Plasenta atau ari-ari akan terbentuk dan menempel pada dinding rahim saat kehamilan. Kondisi ini dapat menyebabkan pendarahan hebat selama kehamilan dan persalinan.

Plasenta merupakan organ yang tumbuh dalam rahim selama kehamilan. Organ ini terhubung dengan tali pusat (tali pusar) untuk menyalurkan oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin. Tidak hanya tu, plasenta juga membuang sisa metabolisme janin. 

Selama memasuki masa kehamilan, plasenta ikut bertumbuh mengikuti perkembangan janin. Pada awal kehamilan, plasenta berada pada posisi rendah dalam rahim.

Seiring dengan pertumbuhan janin, plasenta biasanya akan bergerak ke atas rahim. Sementara menjelang waktu kelahiran, plasenta berada pada bagian atas dan samping rahim. Posisi ini memungkinkan bayi lahir dengan lancar melewati leher rahim.

Pertumbuhan plasenta ini bisa sama menimbulkan masalah selama kehamilan dan proses melahirkan, salah satu masalah yang dapat terjadi adalah plasenta previa.

Baca JugaMacam-Macam Program Hamil agar Cepat Punya Anak

Seberapa Umum Plasenta Previa Terjadi?

Kasus plasenta previa pada umumnya terjadi pada 1 dari 200 kehamilan. Jika Anda mengalami plasenta previa pada awal kehamilan, umumnya kondisi ini tidak menjadi masalah karena akan sembuh seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.

Namun, jika plasenta previa terus berlanjut, maka kondisi ini dapat menyebabkan pendarahan serius dan komplikasi lain pada saat persalinan.  

Jenis Plasenta Previa

Ada beberapa jenis plasenta previa yang dapat dibedakan berdasarkan posisi plasenta. Jenisnya adalah sebagai berikut:

1. Rendah (Low-lying)

Jenis plasenta previa ini pada umumnya terjadi sejak trimester awal kehamilan hingga trimester kedua. Pada jenis ini, plasenta biasanya terletak pada 2,5 sampai 3,5 cm dari leher rahim. 

Hampir 90 persen dari plasenta previa jenis rendah dapat berada di posisi seharusnya saat memasuki trimester ketiga kehamilan. 

2. Marginal

Pada plasenta previa jenis marginal, plasenta umumnya terletak di bagian bawah atau ujung rahim. Melahirkan normal masih mungkin pada kondisi ini, tetapi resiko perdarahan masih dapat tetap mungkin terjadi.

3. Sebagian (Parsial)

Plasenta previa parsial merupakan jenis yang tidak terlalu parah. Pada kasus ini, plasenta menutupi sebagian dari leher rahim atau jalan lahir. 

Pada umumnya, plasenta previa jenis ini dapat sembuh sendiri selama kehamilan sehingga masih ada peluang untuk melahirkan secara normal. 

4. Total

Pada kasus ini, plasenta menutupi seluruh jalan lahir. Jika wanita hamil mengalami kondisi ini maka persalinan harus dilakukan dengan metode cesar. 

Gejala Plasenta Previa

Sebagian kasus plasenta previa tidak menimbulkan gejala apa pun. Sementara itu, banyak kasus ditandai dengan adanya perdarahan yang keluar dari vagina.

Salah satu ciri-ciri plasenta previa seperti perdarahan terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu. Darah yang keluar adalah darah segar, dan tidak disertai dengan rasa nyeri maupun kram di perut. Sebagian besar kasus perdarahan vagina pada ibu hamil trimester ketiga disebabkan karena penyakit ini.

Umumnya perdarahan yang timbul tidak membahayakan ibu dan janin. Namun bila perdarahan sangat banyak, gangguan pada plasenta bisa mengancam nyawa ibu dan janin.

Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri plasenta previa lain yang menandakan bahwa Anda harus segera mendapatkan penanganan tenaga medis profesional dengan segera, antara lain:

  • Perdarahan yang berlangsung beberapa hari hingga beberapa minggu.
  • Perdarahan terjadi terjadi setelah hubungan seksual.
  • Menimbulkan kram atau rasa nyeri yang parah.
  • Perdarahan selama paruh kedua kehamilan.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika mengalami pendarahan pada vagina selama trimester kedua atau ketiga, segera segera ke dokter. Sementara jika pendarahannya cenderung parah, segera dapatkan perawatan medis darurat.

Penyebab dan Faktor Risiko Plasenta Previa

Penyebab plasenta previa belum diketahui dengan pasti hingga saat ini. Namun terdapat beberapa faktor yang menyebabkan ibu hamil rentan mengalami plasenta previa, di antaranya

  • Hamil anak kembar.
  • Hamil di usia 35 tahun atau lebih.
  • Merokok secara aktif
  • Menggunakan obat terlarang (narkoba).
  • Pernah melahirkan sebelumnya.
  • Pernah menjalani operasi Caesar.
  • Terdapat jaringan parut dalam rahim.
  • Pernah menjalani operasi di daerah rahim.
  • Memiliki bentuk rahim tidak normal
  • Posisi janin sungsang atau melintang
  • Pernah mengalami keguguran pada kehamilan sebelumnya
  • Ukuran plasenta besar

Anda perlu melakukan konsultasi dengan dokter selama kehamilan jika pernah mengalami satu atau lebih faktor di atas. 

Diagnosis Plasenta Previa

Dokter akan menegakkan diagnosis plasenta previa setelah melakukan beberapa pemeriksaan yang mendukung, antara lain:

1. USG Transvaginal

Pemeriksaan ini merupakan metode yang paling akurat untuk melihat letak plasenta. Pada USG transvaginal, sebuah alat khusus dimasukkan ke dalam vagina untuk melihat kondisi rahim dan vagina. Umumnya USG transvaginal ini hanya dilakukan di trimester 1.

2. USG Transabdominal

Pemeriksaan melalui USG transabdominal juga berguna untuk melihat kondisi rahim. Namun, pada metode ini alat hanya ditempelkan ke dinding perut. Dokter menggunakan cara ini untuk menurunkan risiko pendarahan selama pemeriksaan. 

3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Pemeriksaan ini menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk mendapatkan gambar jelas tentang organ dan jaringan dalam tubuh. 

Melalui gambar yang dihasilkan dari MRI, maka dokter dapat melihat posisi plasenta dengan lebih jelas.

Jika ada kecurigaan bahwa ibu hamil mengalami plasenta previa, maka dokter lebih memilih USG transabdominal dan menghindari USG transvaginal. Langkah ini dilakukan untuk menurunkan risiko pendarahan hebat. 

Baca Juga: Ini Dia Perbedaan Persalinan Normal dan Persalinan Spontan

Penanganan Plasenta Previa

Tujuan utama penanganannya adalah mencegah terjadinya perdarahan dari vagina selama kehamilan masih berlangsung. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan cara menghindari adanya intervensi tertentu pada mulut rahim.

Selain itu, metode persalinan yang akan dilakukan pada kasus kehamilan dengan plasenta previa umumnya adalah dengan operasi Caesar. Persalinan normal tidak dapat dilakukan karena jalan lahir tertutup plasenta.

Langkah penanganan akan ditentukan berdasarkan pada beberapa faktor, yaitu:

  • Usia kandungan.
  • Posisi plasenta dan bayi.
  • Tingkat keparahan perdarahan.
  • Apakah perdarahan berhenti atau tidak.
  • Kondisi kesehatan ibu dan janin.

Sementara ibu hamil yang pernah mengalami perdarahan selama masa kehamilan disarankan untuk menjalani sisa masa kehamilan di rumah sakit dari minggu ke-34 kehamilan. 

Langkah ini dianjurkan agar pertolongan darurat (seperti transfusi darah atau pencegahan kelahiran prematur) bisa segera diberikan jika perdarahan kembali terjadi.

Prosedur Caesar juga akan dilakukan begitu kehamilan mencapai batas usia yang cukup, yaitu minggu ke-36. Sebelum menjalaninya, ibu hamil biasanya akan diberi kortikosteroid untuk mempercepat perkembangan dan pematangan paru-paru bayi dalam kandungannya.

Secara umum terdapat tiga jenis penanganan plasenta previa, yaitu perawatan konservatif, persalinan pervaginam, dan persalinan periabdominal.

1. Perawatan Konservatif

Perawatan konservatif adalah perawatan yang bertujuan mempertahankan kehamilan sampai usia kehamilan maksimal. Syarat Perawatan konservatif adalah:

  • Kehamilan belum cukup bulan.
  • Perdarahan sedikit (Hb masih normal).
  • Tempat tinggal dekat dengan rumah sakit.

Perawatan konservatif dilakukan dilakukan dengan cara:

  • Mengistirahatkan ibu hamil.
  • Memberikan hematinic untuk mengatasi anemia.
  • Memberikan tokolitik untuk mengurangi kontraksi uterus.
  • Memberikan antibiotik bila ada indikasi infeksi.
  • Melakukan pemeriksaan USG.
  • Melakukan pemeriksaan darah.

2. Persalinan Pervaginam

Persalinan pervaginam adalah tindakan melahirkan janin dengan cara persalinan normal. Persalinan pervaginam dilakukan pada marginalis, plasenta previa letak rendah, lateralis dengan pembukaan 4 sentimeter atau lebih.

3. Persalinan Periabdominal

Persalinan perabdominal adalah tindakan melahirkan janin dengan cara operasi Caesar. Indikasi operasi Caesar pada plasenta previa dilakukan pada beberapa kondisi, seperti:

  • Totalis.
  • Lateralis di mana pembukaan masih kurang dari 4 sentimeter.
  • Perdarahan yang banyak dan tanpa henti.
  • Presentasi janin yang tidak normal.
  • Ibu hamil dengan panggul sempit.

Cara ini lebih aman dilakukan pada semua jenis plasenta previa dibandingkan dengan melahirkan dengan cara normal. Operasi Caesar dapat mengurangi risiko Anda untuk mengalami perdarahan parah.

Komplikasi Plasenta Previa

Plasenta previa dapat menyebabkan komplikasi. Berikut adalah beberapa komplikasi yang dapat dialami sang ibu, antara lain:

  • Risiko plasenta akreta meningkat. Plasenta akreta merupakan kondisi saat plasenta menempel terlalu dalam ke dalam dinding rahim sehingga plasenta menjadi sulit dikeluarkan dan pendarahan menjadi semakin buruk.
  • Penggumpalan darah. Jika ibu hamil terlalu lama berbaring maka risiko terjadi penggumpalan darah juga akan meningkat.
  • Syok. Pendarahan hebat selebum, selama, atau sesudah melahirkan dapat meningkatkan risiko tubuh mengalami syok dan membahayakan keselamatan ibu. 
  • Risiko mengalami plasenta previa di kehamilan berikutnya meningkat. Seseorang yang pernah mengalami plasenta previa kemungkinan akan mengalami kondisi yang sama pada kehamilan berikutnya. 

Plasenta previa juga dapat menyebabkan komplikasi pada janin, beberapa yang dapat terjadi antara lain:

  • Janin kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen dapat terjadi ketika ibu mengalami pendarahan hebat selama kehamilan dan persalinan.
  • Kelahiran prematur. Jika ibu mengalami pendarahan yang tidak kunjung membaik, maka bayi harus segera dilahirkan dengan metode operasi cesar meskipun harus dilahirkan dengan prematur.  

Apakah Plasenta Previa Bisa Dicegah?

Hingga saat ini, belum diketahui cara yang dapat mencegah plasenta previa. Meski demikian, ada beberapa cara yang diketahui dapat menurunkan risiko terjadinya plasenta previa, beberapa di antaranya adalah:

  • Mengurangi aktivitas fisik yang berat selama hamil
  • Mengurangi frekuensi berhubungan seksual
  • Segera istirahat jika mengalami flek
  • Tidak menggunakan obat-obatan terlarang
  • Tidak merokok

Plasenta previa merupakan kondisi yang dapat menyebabkan kelahiran prematur dan pendarahan parah pada ibu hamil. Oleh sebab itu, Anda perlu melakukan pemeriksaan rutin selama kehamilan agar dokter dapat mengetahui perkembangan kehamilan Anda, termasuk jika ada indikasi plasenta previa. 

  1. Anonim. 2023. Placenta Previa. https://www.drugs.com/cg/placenta-previa.html. (Diakses pada 30 Maret 2023).
  2. Johnson, Shannon. 2021. Placenta Previa. https://www.healthline.com/health/placenta-previa. (Diakses pada 30 Maret 2023)
  3. March of Dimes. 2022. Placenta Previa. https://www.marchofdimes.org/find-support/topics/pregnancy/placenta-previa. (Diakses pada 30 Maret 2023).
  4. Millar, Helen. 2020. Placenta previa: Types, Prevention, and Diagnosis. https://www.medicalnewstoday.com/articles/placenta-previa. (Diakses pada 30 Maret 2023).
  5. Mayo Clinic Staff. 2022. Placenta Previa. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/placenta-previa/symptoms-causes/syc-20352768. (Diakses pada 30 Maret 2023). 
  6. Stöppler Melissa C. 2022. Placenta Previa. https://www.medicinenet.com/pregnancy_placenta_previa/article.htm. (Diakses pada 30 Maret 2023).
  7. WebMD Editorial Contributors. 2022. Placenta Previa. https://www.webmd.com/baby/guide/what-is-placenta-previa. (Diakses pada 30 Maret 2023).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi