Terbit: 22 September 2022
Ditulis oleh: Wulan Anugrah | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Saat tubuh berbenturan dengan benda tumpul, kulit kemungkinan bisa mengalami memar. Memar umumnya akan menghilang dengan sendirinya. Namun, waspadai jika kondisi ini mengarah kepada darah beku. Lantas, apa perbedaan memar dan darah beku? Simak di sini!

Mengenal Perbedaan Memar dan Darah Beku

Apa itu Memar?

Sebelum mengetahui perbedaan antara keduanya, Anda harus mengetahui terlebih dahulu mengenai apa yang dimaksud dengan memar dan darah beku.

Memar adalah  kondisi ketika pembuluh darah kecil yang dikenal sebagai kapiler pecah. Akibatnya, darah akan terjebak di bawah permukaan kulit.

Jika memar terdapat di bawah kulit atau di dalam otot, kondisi ini disebut sebagai subcutaneous. Memar jenis ini paling sering terjadi. Sementara itu, bila terdapat pada tulang, memar disebut sebagai periosteal.

Memar bisa terasa sedikit menyakitkan, sangat menyakitkan, atau tidak terasa sama sekali. Selain itu, kulit Anda pun akan mengalami perubahan warna menjadi keunguan atau kehitaman.

Jika sudah sembuh, warna memar akan berubah menjadi kemerahan, kehijauan, atau kekuningan, sebelum benar-benar menghilang dari kulit.

Apa itu Darah Beku?

Layaknya memar, darah beku adalah kondisi ketika pembuluh darah terluka akibat trauma dari luka, benda tumpul, atau kelebihan lipid dalam darah. Kondisi ini juga kerap kali disebut sebagai hematoma.

Ketika Anda terluka, fragmen sel yang disebut sebagai trombosit dan protein dalam plasma darah akan menghentikan perdarahan agar tidak terjadi cedera, lalu membentuk gumpalan. Proses ini disebut dengan koagulasi.

Terkadang, gumpalan bisa larut secara alami—bisa juga tidak. Bila gumpalan tidak dapat larut dengan cara alami, akan terjadi masalah dalam jangka panjang. Kondisi ini dengan hiperkoagulasi.

Jika mengalaminya, Anda harus segera memeriksakan kondisi ke dokter.

Baca JugaJangan Panik, Ini 6 Cara Mengobati Luka Akibat Tersiram Air Panas

Perbedaan Memar dan Darah Beku

Perbedaan memar dan darah beku dapat terlihat dari gejala, penyebab, faktor risiko, dan penanganan. Berikut ini penjelasannya:

1. Gejala

Gejala dari kedua kondisi bisa sangat mirip. Namun, bila Anda mengalami darah beku, efek yang ditimbulkan bisa jauh lebih parah.

Gejala Memar

Gejala memar biasanya berupa:

  • Perubahan warna kulit.
  • Nyeri saat disentuh.
  • Saat warna memudar, rasa sakitnya cenderung memudar.

Gejala Darah Beku

Tidak seperti memar, darah beku tidak memiliki pola yang jelas saat berlangsung hingga sembuh. Gejala yang dirasakan pun akan berbeda-beda, tergantung dari tubuh atau jaringan mana yang mengalaminya.

Darah beku dapat menyebabkan beberapa gejala di bawah ini:

  • Perubahan warna kulit.
  • Pembengkakan.
  • Kulit tidak nyaman saat disentuh.
  • Nyeri lokal.

2. Penyebab

Perbedaan memar dan darah beku juga dapat terlihat dari penyebabnya. Memar dan pembekuan darah memang sama-sama berasal dari kerusakan pada pembuluh darah. Namun, penyebab antar keduanya jelas berbeda.

Penyebab Memar

Memar biasanya akan muncul setelah cedera akibat kontak dengan benda, terjatuh, atau patah tulang. Kondisi ini dapat menyebabkan kapiler di kulit pecah.

Penyebab Darah Beku

Sementara itu, pembekuan darah adalah bagian dari proses alami penyembuhan setelah cedera.

Adanya kerusakan pada suatu area dapat menyebabkan koagulan dalam darah berkumpul dan menggumpal di dekat luka. Proses ini akan membantu menghentikan perdarahan.

Tak hanya kerusakan pada suatu area, darah juga bisa menggumpal tanpa adanya penyebab yang pasti.

3. Faktor Risiko

Perbedaan memar dan darah beku lainnya dari segi faktor risiko. Berikut ini adalah penjelasannya:

Faktor Risiko Memar

Ada beberapa orang yang lebih berisiko mengalami memar, di antaranya:

  • Menggunakan obat-obatan pengencer darah seperti warfarin.
  • Menggunakan obat-obatan pereda nyeri seperti aspirin atau ibuprofen.
  • Mengalami gangguan perdarahan.
  • Menabrak permukaan keras.
  • Memiliki permukaan kulit yang lebih tipis dan lebih rapuh akibat usia yang lebih tua.
  • Kekurangan vitamin C.

Faktor Risiko Darah Beku

Ada berbagai faktor yang dapat meningkatkan risiko darah beku, di antaranya:

  • Faktor gaya hidup, seperti kegemukan atau obesitas, merokok, hamil, dan lain-lain.
  • Faktor keturunan, seperti memiliki riwayat pembekuan darah sebelum usia 40 tahun, ada keluarga yang mengidap darah beku, keguguran yang terjadi satu kali atau lebih.

Baca Juga10 Penyebab yang Membuat Luka Lama Sembuh

4. Penanganan

Selain gejala dan penyebab, perbedaan darah beku dan memar juga dapat terlihat dari penanganannya.

Cara Menangani Memar

Pada kondisi memar, dokter biasanya tidak akan memberikan perawatan khusus. Namun, Anda kemungkinan akan dianjurkan untuk menggunakan pengobatan rumahan yang umum, seperti kompres dingin dan kompres hangat.

Selain itu, obat pereda nyeri seperti aspirin dapat membantu mengatasi rasa nyeri yang Anda rasakan.

Cara Menangani Darah Beku

Apabila Anda mengalami darah beku, dokter atau tenaga medis akan meresepkan obat untuk menangani penggumpalan tersebut. Biasanya dokter akan meresepkan obat pengencer darah dalam rencana perawatan.

Dalam minggu pertama perawatan, obat heparin akan digunakan untuk mengobati bekuan darah. Penggunaan obat bisa melalui suntikan.

Setelah itu, dokter akan meresepkan obat oral seperti warfarin yang akan Anda minum selama tiga sampai enam bulan.

Itulah penjelasan seputar perbedaan memar dan darah beku. Apabila mengalami cedera yang cukup parah, segera periksakan ke dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Semoga bermanfaat!

 

  1. Duggal, Neel. 2019. Is It a Blood Clot or a Bruise? https://www.healthline.com/health/blood-clot-or-bruise. (Diakses pada 22 September 2022).
  2. Johnson, Jon. 2021. How to Tell If It Is A Bruise or a Blood Clot. https://www.medicalnewstoday.com/articles/322829. (Diakses pada 22 September 2022).
  3. Watson, Bronwen. What are the Signs and Symptoms of Blood Clots? https://www.mymed.com/diseases-conditions/blood-clot/what-are-the-signs-and-symptoms-of-blood-clots. (Diakses pada 22 September 2022).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi