Terbit: 24 November 2023
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Kekerasan seksual bisa terjadi pada siapa saja, baik pria, wanita, hingga anak-anak. Tindakan yang dapat memberikan dampak buruk pada korbannya ini juga bisa terjadi di mana saja, termasuk sekolah, kampus, tempat kerja, hingga rumah. Simak penjelasan mengenai bentuk hingga pencegahannya dalam ulasan berikut.

Kekerasan Seksual: Jenis, Dampak, Penanganan, dan Pencegahan

Apa itu Kekerasan Seksual?

Kekerasan seksual merupakan setiap perbuatan yang merendahkan, melecehkan, menghina, dan menyerang tubuh atau fungsi reproduksi seseorang; yang mengakibatkan penderitaan mental dan fisik. 

Tindak kekerasan seksual dapat dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan kepada sapa saja, termasuk istri atau suami, orang tua, pacar, saudara kandung, kerabat dekat, teman, hingga orang yang tidak dikenal sama sekali. 

Perbedaan Kekerasan Seksual dan Pelecehan Seksual

Meski terdengar sama, definisi kekerasan seksual dan pelecehan seksual di Indonesia tidaklah sama. Menurut naskah akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Penghapusan Kekerasan Seksual oleh KOMNAS Perempuan, terdapat perbedaan di antaranya keduanya.

“Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan merendahkan, menghina, menyerang dan/atau tindakan lainnya, terhadap tubuh yang terkait dengan nafsu perkelaminan, hasrat seksual seseorang, dan/atau fungsi reproduksi, secara paksa, bertentangan dengan kehendak seseorang, dan/atau tindakan lain yang menyebabkan seseorang itu tidak mampu memberikan persetujuan dalam keadaan bebas karena ketimpangan relasi kuasa, relasi gender dan/atau sebab lain, yang berakibat atau dapat berakibat penderitaan atau kesengsaraan terhadap secara fisik, psikis, seksual, kerugian secara ekonomi, sosial, budaya, dan/atau politik.”

“Pelecehan seksual adalah tindakan seksual lewat sentuhan fisik maupun nonfisik dengan sasaran organ seksual atau seksualitas korban.”

Tindakan yang dimaksud termasuk juga siulan, main mata, ucapan bernuansa seksual, mempertunjukkan materi pornografi dan keinginan seksual, colekan atau sentuhan di bagian tubuh, dan gerakan atau isyarat yang bersifat seksual sehingga mengakibatkan rasa tidak nyaman, tersinggung, merasa direndahkan martabatnya, dan mungkin sampai menyebabkan masalah kesehatan dan keselamatan.

Pelecehan seksual sendiri adalah salah satu jenis dari kekerasan seksual.

Baca JugaMasokis: Gejala, Penyebab, hingga Cara Mengatasinya

Jenis Kekerasan Seksual

Selain pelecehan seksual, menurut Komnas Perempuan kekerasan seksual sendiri memiliki beberapa jenis, antara lain:

  • Perkosaan.
  • Intimidasi seksual termasuk ancaman atau percobaan perkosaan.
  • Eksploitasi seksual.
  • Perdagangan perempuan untuk tujuan seksual.
  • Prostitusi paksa.
  • Perbudakan seksual.
  • Desakan perkawinan, termasuk cerai gantung.
  • Pemaksaan kehamilan.
  • Desakan aborsi.
  • Tekanan untuk melakukan kontrasepsi dan sterilisasi.
  • Penyiksaan seksual.
  • Penghukuman tidak manusiawi dan bernuansa seksual.
  • Praktik tradisi bernuansa seksual yang membahayakan atau mendiskriminasi perempuan.
  • Kontrol seksual, termasuk lewat aturan diskriminatif beralasan moralitas dan agama.

Penyebab Kekerasan Seksual

Kesus kekerasan seksual umumnya terjadi karena adanya keinginan pelaku yang didukung dengan kesempatan untuk melancarkan aksinya. 

Beberapa hal yang dapat menjadi penyebab seseorang melakukan tindak kekerasan seksual, di antaranya:

  • Pernah menjadi korban. Penyintas kekerasan seksual memiliki risiko yang tinggi untuk menjadi pelaku kekerasan seksual pada orang yang lebih lemah. 
  • Menjadi saksi. Seseorang yang pernah menyaksikan kekerasan seksual pada usia anak-anak memilki risiko untuk menjadi pelaku. 
  • Hawa nafsu. Seseorang yang tidak mampu menahan hasrat seks dapat melakukan kekerasan seksual. 
  • Ketergantungan. Kecanduan minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang dapat memengaruhi cara berpikir dan bertindak, akibatnya seseorang bisa lepas kendali dan melakukan kekerasan seksual. 
  • Relasi kuasa. Pelaku yang memiliki otoritas atas korbannya lebih mungkin untuk melakukan kekerasan seksual. 
  • Kebiasaan menonton video porno. Sering menonton video yang memuat aktivitas seksual bisa memunculkan fantasi seksual sehingga berujung pada tindak kekerasan seksual. Seseorang yang memiliki fantasi seksual dan tidak mampu mengendalikannya mungkin menjadi pelaku kekerasan seksual. 

Selain beberapa penyebab seperti di atas, kombinasi faktor individu hingga hubungan sosial berkontribusi membuat seseorang menjadi pelaku kekerasan seksual. Meski begitu berbagai faktor ini bukanlah penyebab langsung karena tidak semua teridentifikasi berisiko menjadi pelaku.

Berikut beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan seseorang melakukan tindakan tersebut, antara lain:

Faktor Individu

  • Menggunakan narkoba atau pecandu alkohol.
  • Pernah melakukan tindak kejahatan.
  • Kurang empati.
  • Agresivitas yang tinggi.
  • Inisiasi seksual dini.
  • Fantasi seksual koersif.
  • Paparan seksual yang terlalu eksplisit.
  • Permusuhan terhadap wanita.
  • Hipermaskulinitas.
  • Mengalami tindakan kekerasan seksual sebelumnya.

Faktor Hubungan

  • Kekerasan fisik dan konflik di lingkungan keluarga.
  • Sejarah masa anak-anak dari pelecehan fisik, seksual, atau emosional.
  • Lingkungan keluarga yang tidak mendukung secara emosional.
  • Hubungan orangtua-anak yang buruk, khususnya dengan ayah.
  • Bersama dengan teman sebaya yang agresif secara seksual, hipermaskulin, dan nakal.
  • Keterlibatan dalam hubungan intim yang kasar.

Faktor Komunitas

  • Kemiskinan.
  • Kurangnya peluang kerja.
  • Kurangnya dukungan dari sistem peradilan.
  • Toleransi terhadap tindakan pelecehan seksual.
  • Sanksi masyarakat yang lemah terhadap pelaku.

Faktor Sosial

  • Norma sosial yang mendukung kekerasan seksual dan superioritas pria dan hak seksual.
  • Norma sosial yang mempertahankan inferioritas dan kepatuhan seksual perempuan.
  • Hukum dan kebijakan yang lemah terkait dengan kekerasan seksual dan kesetaraan gender.
  • Tingkat kejahatan yang tinggi dan bentuk kekerasan lainnya.

Baca JugaMengenal Dampak Seks Bebas Terhadap Kesehatan Mental dan Fisik

Kekerasan Seksual pada Anak

Kekerasan seksual pada anak dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan biasanya pelaku kekerasan adalah orang-orang terdekatnya.

Orang dewasa yang melakukan kekerasan seksual pada anak, dalam beberapa kasus memiliki ketertarikan seksual pada anak-anak. Namun ketertarikan seksual tidak membuatnya untuk melakukan pelecehan.

Sering kali, pelaku melakukan pelecehan pada anak untuk mendapatkan kontrol atas tubuh orang lain.

Sebagian besar korban pelecehan seksual berada di bawah usia 18 tahun. Anak-anak yang mengalami pelecehan tidak selalu melaporkannya segera. Hal ini mungkin didasari atas ancaman yang diberikan pelaku kepadanya.

Jika orang tua bingung apakah anak mendapatkan kekerasan atau tidak, berikut ini adalah tanda-tanda yang mungkin menjadi alasan untuk khawatir, antara lain:

  • Celana dalam yang sobek atau bernoda.
  • Munculnya infeksi saluran kemih.
  • Mimpi buruk dan kecemasan waktu tidur.
  • Mengompol melewati usia yang sesuai.
  • Cepat marah.
  • Menarik diri dari lingkungan.
  • Pengetahuan seksual yang tidak sesuai dengan usia.

Dampak Kekerasan Seksual yang Bisa Dirasakan

Mengalami kekerasan seksual mau tidak mau pasti mengubah banyak aspek kehidupan pada penyintasnya, baik janga pendek maupun jangka panjang.

Beberapa efek negatif yang dapat dirasakan korban kekerasan seksual, antara lain:

1. Infeksi Menular Seksual

Korban kekerasan seksual bisa juga mengalami penyakit menular seksual. Penyakit paling berbahaya yang dapat dialami oleh korban adalah HIV/AIDS.

2. Gangguan Alat Vital

Melakukan hubungan seksual dengan paksaan dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan pada organ reproduksi, seperti:

  • Infeksi vagina.
  • Iritasi genital.
  • Perdarahan vagian.
  • Nyeri saat berhubungan seksual.
  • Fibroid.
  • Infeksi saluran kemih.
  • Nyeri panggul kronis.

3. Kehamilan Tidak Terencana

Dampak buruk yang perlu dihadapi wanita yang menjadi korban pemerkosaan adalah kehamilan. Lebih buruknya lagi, di Indonesia, korban pemerkosaan yang hamil sering kali ‘dipaksa’ untuk mempertahankan kehamilannya. 

4. Gangguan Kesehatan Mental

Tindak kekerasan seksual merupakan peristiwa traumatis yang bisa mengguncang mental korbannya. Para penyintas sering kali merasa jijik dengan dirinya sendiri atau merasa dirinya tidak memiliki kuasa atas tubuh.

Tidak jarang, kejadian kekerasan seksual yang dialami terus terbayang hingga terbawa dalam mimpi buruk. Kondisi ini dapat menimbulkan ganggguan mental. Beberapa gangguan yang mungkin dialami, antara lain:

  • Gangguan kecemasan.
  • Depresi.
  • Gangguan kepribadian.
  • Post traumatic stress disorder (PTSD).
  • Kecanduan minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang.
  • Sulit membangun kedekatan dengan orang lain.

5. Dikucilkan dari Lingkungan Sosial

Tidak dapat dimungkiri, masih banyak masyarakat yang menyalahkan wanita atas tindak kekerasan seksual yang dialami.

Stigma ini membuat wanita yang menjadi korban kekerasan seksual disalahkan atau dikucilkan dari masyarakat. Bahkan, banyak wanita yang dipaksa untuk menikahi pelaku karena dianggap sebagai solusi dari kejadian yang dialami. Padahal, hal ini terjadi karena pria yang tidak dapat mengendalikan nafsunya. 

Hal ini membuat wanita menjadi merasa sendirian dan tidak ada pihak yang membelanya. 

6. Muncul Keinginan Bunuh Diri

Guncangan mental pada penyintas kekerasan seksual membuatnya memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.

Pada beberapa kasus, keinginan kuat dapat membuat korban benar-benar mencoba untuk bunuh diri. Kecenderungan untuk bunuh diri bisa muncul pada siapa saja, baik remaja maupun orang dewasa. 

7. Gangguan Kognitif

Pengalaman kekerasan seksual sangat sulit dihapuskan dari ingatan penyintas. Tidak jarang, pengalaman traumatis tersebut menimbulkan mimpi buruk atau berbagai fantasi dalam kepala.

Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai perubahan fisik, kesulitan belajar, gangguan makan, hingga memicu penggunaan obat-obatan terlarang.

Cara Memberikan Dukungan pada Korban Kekerasan Seksual

Jika keluarga atau teman mengalami kondisi ini, berikut ini adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan, di antaranya:

  • Jangan menghakimi dan jangan menyalahkannya. Serangan seksual tidak pernah menjadi kesalahan korban.
  • Dengarkan ceritanya, tetapi jangan meminta detail kejadian yang dialaminya. Jangan bertanya mengapa korban tidak menghentikan tindakan tersebut, karena hal itu bisa membuatnya seolah Anda menyalahkannya.
  • Tawarkan dukungan praktis, seperti pergi bersama.
  • Hormati keputusannya. Misalnya, apakah korban ingin melaporkan kekerasan yang dialaminya pada polisi atau tidak.
  • Jangan katakan pada korban untuk melupakan kondisi yang dialaminya. Butuh waktu bagi korban untuk menghadapi perasaan dan emosinya.

Baca JugaIni Dampak yang Bisa Terjadi pada Anak Korban Pelecehan Seksual

Pencegahan Kekerasan Seksual

Meski mencegah tindak kekerasan seksual adalah hal yang rumit, tetapi ada beberapa cara yang dapat dilakukan, antara lain:

  • Bekali diri dengan alat bela diri, seperti semprotan merica atau alat kejut listrik. 
  • Belajar teknik dasar untuk membela diri sehingga dapat melakukan perlawanan ketika mendapat ancaman.
  • Selalu waspada, terutama saat berada di area publik seperti kendaraan umum.
  • Waspada dengan orang yang tidak dikenal
  • Bekali diri dengan pengetahuan seputar kekerasan seksual.

Sementara itu, bila Anda merasa telah menjadi korban kekerasan seksual, ada beberapa hal yang dapat dilakukan:

  • Kumpulkan barang-barang yang bisa menjadi barang bukti.
  • Cari dukungan dari orang terdekat dan dapat dipercaya.
  • Mengunjungi layanan kesehatan atau layanan pengaduan seksual
  • Kunjungi dokter untuk mendapatkan morning after pill atau perawatan lain untuk mencegah penularan penyakit.
  • Jangan menyalahkan diri sendiri
  • Melaporkan kejadian pada pihak berwajib.

Kekerasan seksual masih marak terjadi, bahkan pelaku bisa ada di mana saja tanpa mengenal tempat. Oleh sebab itu, sulit untuk mengendalikan kejadian ini. Menyadarkan masyarakat dan melakukan edukasi diharapkan dapat membantu menekan angka kasus kekerasan seksual.

Dibutuhkan peran dari berbagai pihak untuk menciptakan ruang yang aman bagi semua orang, baik wanita, pria, hingga anak-anak. 

 

  1. Anonim. What is sexual assault?. https://au.reachout.com/articles/what-is-sexual-assault. (Diakses pada 21 Agustus 2023).
  2. Anonim. 2022. Violence Prevention: Prevention. https://www.cdc.gov/violenceprevention/sexualviolence/prevention.html. (Diakses pada 21 Agustus 2023).
  3. Anonim. 2022. Violence Prevention: Risk and Protective Factors. https://www.cdc.gov/violenceprevention/sexualviolence/riskprotectivefactors.html. (Diakses pada 21 Agustus 2023).
  4. Anonim. Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia FHUI. http://mappifhui.org/wp-content/uploads/2018/10/MaPPI-FHUI-kekerasan-seksual.pdf. (Diakses pada 21 Agustus 2023).
  5. Anonim. 2021. Help after rape and sexual assault. https://www.nhs.uk/live-well/sexual-health/help-after-rape-and-sexual-assault/. (Diakses pada 21 Agustus 2023).
  6. Anonim. Effects of Sexual Violence. https://www.rainn.org/effects-sexual-violence. (Diakses pada 21 Agustus 2023).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi