Terbit: 26 January 2020 | Diperbarui: 30 August 2023
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Kehamilan palsu atau pseudocyesis adalah kondisi ketika seorang wanita merasa hamil, tetapi sebenarnya tidak hamil. Mengapa kondisi ini bisa terjadi? Bagaimana penanganan yang dapat dilakukan? Simak di sini!

Kehamilan Palsu (Pseudocyesis): Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Apa Itu Kehamilan Palsu?

Kehamilan palsu adalah kondisi saat seseorang merasa hamil, tetapi sebenarnya tidak hamil. Wanita yang mengalaminya akan mengalami sejumlah gejala kehamilan, seperti terlambat haid, mual, dan perut yang membesar.

Namun, setelah melakukan pemeriksaan kehamilan, misalnya test pack dan ultrasonografi (USG), wanita dengan kondisi ini tidak terbukti hamil.

Kehamilan palsu tergolong kasus yang jarang terjadi. Kabarnya, kondisi ini hanya terjadi sebanyak 1-6 kasus pada 22.000 kelahiran. Rentang usia pasien yang berisiko mengalaminya, yaitu 16-39 tahun.

Gejala Kehamilan Palsu

Wanita yang mengalami kehamilan palsu memang dapat memiliki beberapa tanda fisik dan gejala kehamilan. Selain itu, wanita dengan kondisi ini benar-benar yakin bahwa ia sedang hamil.

Gejala yang paling umum dialami adalah perut yang membesar layaknya sedang hamil. Kondisi inilah memicu keyakinan bahwa terdapat janin yang tengah tumbuh dan berkembang di dalam rahim.

Padahal, pembesaran perut pada wanita bukan disebabkan oleh adanya jabang bayi yang tengah tumbuh, melainkan beberapa hal berikut:

  • Lemak.
  • Gas.
  • Feses.
  • Air seni.

Selain perut yang semakin membesar, gejala umum lainnya yang menyebabkan seseorang percaya bahwa dirinya tengah hamil adalah merasakan adanya gerakan di dalam perut.

Padahal, pada saat pemeriksaan USG tidak ditemukan adanya detak jantung janin dan tidak ada janin yang terlihat. Kelahiran bayi juga tidak terjadi.

Baca JugaBumil Harus Tahu, Ini 5 Tanda Kontraksi Palsu yang Bisa Terjadi

Beberapa gejala kehamilan palsu lain yang menyerupai kehamilan sungguhan, antara lain:

  • Terlambat haid.
  • Perasaan adanya gerakan janin.
  • Perubahan pada payudara, seperti ukuran, tekstur (lembut), puting, dan produksi ASI.
  • Mual dan muntah (morning sickness).
  • Berat badan bertambah.
  • Sakit seperti persalinan.
  • Nafsu makan meningkat.
  • Pembesaran rahim.
  • Serviks Lunak.

Tanda-tanda kehamilan palsu di atas dapat berlangsung selama beberapa minggu, sembilan bulan, atau bahkan selama beberapa tahun.

Penyebab Kehamilan Palsu

Penyebab pasti kehamilan palsu belum diketahui hingga saat ini. Namun, faktor hormonal dan psikologis ikut berkontribusi terhadap kemunculannya.

Adapun sejumlah alasan mengapa kehamilan palsu terjadi, antara lain:

  • Keinginan kuat untuk hamil.
  • Ketidaksuburan.
  • Keguguran berulang.
  • Ketakutan yang ekstrem untuk hamil.
  • Depresi atau kecemasan.
  • Trauma emosional.
  • Riwayat mengalami pelecehan seksual.
  • Kehilangan anak.

Faktor Risiko Kehamilan Palsu

Ada beberapa faktor yang dianggap dapat menyebabkan kehamilan palsu. Beberapa faktor risiko tersebut, di antaranya:

1. Faktor Psikologis

Faktor psikologis dipercaya berperan penting terhadap kejadian kehamilan palsu. Beberapa ahli percaya bahwa keinginan kuat seseorang untuk hamil menjadi penyebab utamanya.

Orang yang memiliki keinginan kuat untuk hamil cenderung memiliki kepercayaan bahwa mereka sedang hamil.

Selain itu, faktor psikologis lain yang memicu kejadian ini bisa sangat serius, misalnya saja pada kasus pelecehan seksual. Korban menjadi lebih rentan terhadap berbagai masalah psikologis.

Beberapa faktor psikologis yang dapat mengakibatkan kehamilan palsu, antara lain:

  • Keguguran berulang.
  • Ketidaksuburan.
  • Depresi.
  • Gangguan disosiatif atau kepribadian ganda.

2. Faktor Hormonal

Kehamilan palsu dapat terjadi sebagai akibat dari adanya masalah kesehatan tertentu, misalnya kanker ovarium atau hipofisis.

Kondisi tersebut mengakibatkan peningkatan kadar hormon tertentu, perut membesar, kelelahan, dan terlambat menstruasi.

Selain itu, adanya keinginan kuat untuk hamil juga dapat memengaruhi hormon secara langsung. Hal ini ternyata dapat memicu gejala kehamilan.

Baca JugaProses Kehamilan, Mulai dari Pembuahan hingga Janin Berkembang

Diagnosis Kehamilan Palsu

Sebelum menentukan diagnosis, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan, termasuk riwayat kesehatan dan serangkaian tes pendukung lainnya.

Dokter akan menanyakan apa saja gejala yang dirasakan. Setelah itu, dokter juga akan menentukan pemeriksaan penunjang lainnya.

Jika dokter mencurigai adanya masalah kesehatan tertentu yang mirip dengan kehamilan, misalnya obesitas, kehamilan ektopik, dan kanker, sejumlah tes untuk mendiagnosis penyakit akan dilakukan.

Serangkaian pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis, antara lain:

1. Ultrasonografi (USG)

Tes dilakukan untuk mendeteksi adanya janin dan detak jantungnya. Jika pasien mengalami kehamilan palsu, dokter tidak akan menemukan adanya janin.

Namun, terkadang terdapat beberapa perubahan yang dapat ditemukan dalam tes ini, seperti serviks melunak dan rahim membesar.

2. Tes Urine

Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kehamilan. Pada kasus kehamilan palsu, hasil tes akan menunjukkan negatif.

3. Tes darah

Pengambilan sampel darah untuk diperiksa di laboratorium akan dilakukan jika diperlukan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi penyakit tertentu.

Baca Juga10 Jus Buah yang Mendukung Program Hamil

Penanganan Kehamilan Palsu

Ada dua faktor yang perlu dipertimbangkan untuk merawat kehamilan palsu. Jika kondisi disebabkan oleh beberapa alasan fisik atau fisiologis, maka harus diobati terlebih dahulu penyakit yang mendasarinya.

Sebagai contoh, ketika mengalami kista ovarium, rencana perawatan akan mencakup pengobatan, perubahan gaya hidup, dan bahkan mungkin diperlukan tindakan medis.

Jika kehamilan palsu disebabkan oleh masalah mental atau psikologis, maka harus dirawat dengan bantuan seorang psikiater.

Pendekatan yang lebih intensif diperlukan pada wanita dengan kehamilan palsu akibat masalah mental, baik dari segi medis (oleh dokter) maupun dari segi kejiwaan (oleh psikiater). Biasanya, perawatan dilakukan secara bersamaan.

Nah, kini Anda sudah mengetahui apa itu kehamilan palsu, mulai dari gejala hingga penangananya. Ingin menjalani program hamil yang sehat? Konsultasikan kepada dokter kandungan atau bidan Anda terlebih dahulu. Semoga bermanfaat!

 

  1. Anonim. 2022. Pseudocyesis. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/24255-pseudocyesis. (Diakses pada 10 Juli 2023).
  2. Anonim. What is a False Pregnancy? https://americanpregnancy.org/getting-pregnant/false-pregnancy/. (Diakses pada 10 Juli 2023).
  3. Ajum, Sabrina. 2022. False Pregnancy: Reasons, Signs & Diagnosis. https://parenting.firstcry.com/articles/false-pregnancy-pseudocyesis-what-exactly-it-is/. (Diakses pada 10 Juli 2023).
  4. Timmons, Jessica. 2016. False (Phantom) Pregnancy: Causes, Symptoms, and Treatments. https://www.healthline.com/health/pregnancy/phantom-pregnancy. (Diakses pada 10 Juli 2023).
  5. Watson, Stephanie. 2022. False Pregnancy (Pseudocyesis). https://www.webmd.com/baby/false-pregnancy-pseudocyesis. (Diakses pada 10 Juli 2023).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi