Terbit: 28 May 2021 | Diperbarui: 9 June 2021
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Eko Budidharmaja

Ambidextrous adalah kemampuan langka pada seseorang dalam menggunakan kedua tangannya dengan seimbang untuk melakukan berbagai kegiatan. Bagaimana seseorang memiliki kemampuan ini? Apakah bisa berlatih? Selengkapnya simak penjelasannya di bawah ini! 

Ambidextrous, Kemampuan Langka Menggunakan Kedua Tangan dengan Seimbang

Apa Itu Ambidextrous?

Ambidextrous adalah istilah yang untuk seseorang dengan kemampuan melakukan pekerjaan apa pun menggunakan tangan kanan dan kiri dengan baik dan seimbang. Misalnya, jelas dan lancar saat menulis dengan kedua tangannya.

Ambidextrous atau ambi adalah kemampuan yang langka, ada sekitar 1% populasi di dunia yang bisa menggunakan kedua tangannya dengan sama baiknya.

Belum diketahui apa yang membuat seseorang menjadi ambi atau dapat menggunakan salah satu tangan secara efektif. Menurut penelitian, kemampuan ini terkait dengan belahan otak kiri dan kanan.

Penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang lebih suka menggunakan tangan kanan cenderung memiliki otak di mana belahan kiri dominan. Sedangkan orang ambi, tidak ada belahan otak yang dominan.

Manfaat Menjadi Ambidextrous

Tidak sedikit orang percaya bahwa melatih diri sendiri untuk menjadi seorang ambi atau menggunakan kedua tangan akan memberikan beberapa manfaat.

Berikut ini beberapa manfaat ambi:

  • Memunculkan bakat atau kreativitas yang tersembunyi.
  • Meningkatkan daya ingat dan fungsi otak.
  • Meningkatkan kinerja akademis, keterampilan pengambilan keputusan, dan memahami konsep yang sulit dengan cepat.

Kesulitan Anak dengan Ambidextrous di Sekolah

Meskipun memberikan manfaat, namun ambi memiliki kekurangan, terutama bagi anak. Ini menurut kuesioner yang menunjukkan bahwa siswa ambi berusia 7 dan 8 tahun dua kali lebih mungkin kurang berprestasi di sekolah daripada teman sekelas yang tidak ambi.

Temuan lainnya:

  • Anak-anak dengan ambi berusia 7 dan 8 dua kali lebih memiliki masalah bahasa seperti disleksia. Temuan ini mendukung penelitian sebelumnya yang mengaitkan ambi dengan disleksia.
  • Dua kali lebih mungkin mengembangkan gejala ADHD di masa remaja, sekitar usia 15 atau 16 tahun.
  • Lebih mungkin mengalami gejala ADHD yang lebih parah daripada anak-anak yang tidak ambi.

Bagaimana Cara Menjadi Ambidextrous?

Jika ingin mengembangkan keterampilan ini, latihan neurobik multi-sensorik menjadi pilihan terbaik. Latihan ini dapat meningkatkan kemampuan untuk menggunakan kedua tangan.

Berikut ini beberapa cara menjadi seorang ambidextrous:

1. Latihan Menulis dan Menggambar

Cobalah menulis nama dan alfabet, bersama dengan beberapa garis lurus dan beberapa lingkaran atau lekukan, semuanya menggunakan tangan non-dominan. Awalnya, mungkin kesulitan membuat garis lurus atau lingkaran dengan tangan non-dominan. Namun semakin tangan terlatih, semakin mirip tulisan tangan non-dominan dengan tulisan tangan dominan bagus dan rapi.

Bersamaan dengan latihan tulisan tangan, lakukan beberapa hal secara rutin dengan tangan. Misalnya, Mencukur kumis atau merias wajah, merupakan hal-hal yang bisa Anda lakukan, tetapi mulailah dengan perlahan.

2. Menyikat Gigi

Ketika sudah terbiasa menyikat gigi dengan tangan kanan (dominan), cobalah mulai sekarang menggunakan tangan kiri (non-dominan) untuk berlatih menjadi ambidextrous. Selain menyikat gigi, gunakan tangan non dominan untuk, menyalakan air, mengambil dan menggunakan sabun dan handuk, hingga menyisir rambut. 

3. Menggunakan Tangan Non-dominan secara Dominan

Melatih menjadi seorang ambi bisa Anda lakukan dengan kegiatan sehari-hari. Melakukan semua kegiatan dengan tangan non-dominan, misalnya memegang garpu atau sendok, memegang gelas, mengolesi roti, masak, dan kegiatan lainnya. 

Sebagai antisipasi, jangan makan di depan umum menggunakan tangan non-dominan sampai Anda sudah sedikit terlatih. Ini untuk menghindari ketidaknyamanan atau kekacauan.  

4. Mengikat Tangan Dominan

Meskipun terdengar aneh, namun mengikat tangan dominan ke belakang pinggang bisa membantu belajar menjadi seorang ambi. Dengan mengikat tangan dominan, Anda akan sering menggunakan tangan dominan. Namun, lepaskan ikatan jika Anda akan mengemudi atau melakukan kegiatan lain yang membutuhkan kedua tangan.

Tangan Dominan pada Anak

Sebagian anak memiliki tangan dominan sejak dini. Bayi mengembangkan keterampilan meniru kemampuan untuk menggunakan satu tangan pada usia 7-9 bulan, tetapi tidak sampai 10-11 bulan anak mengembangkan preferensi atau kebiasaan menggunakan satu tangan yang benar-benar konsisten.

Sebagian besar waktu, tangan dominan pada anak-anak mulai stabil sekitar usia 18 bulan sampai 2 tahun. Untuk sebagian anak, mungkin tidak sampai mencapai usia 4-6 tahun.

Ketika anak-anak mulai belajar menulis di sekolah, gurunya mungkin akan memerhatikan bahwa muridnya belum memilih tangan yang dominan, masih menggunakan antara tangan kanan atau kiri. Bagi anak yang tidak pernah melakukannya, mungkin akan akan menjadi seorang ambi. Berdasarkan fakta, sekitar 20% dari kembar identik, yang satu bertangan kidal dan yang kedua bertangan kanan.

Aktivitas Otak pada Orang Ambidextrous

Berikut ini beberapa aktivitas otak pada seorang ambi:

1. Belahan Otak Simetris

Sekitar 95% orang tidak kidal dan sekitar 20% orang kidal memiliki otak yang sangat asimetris, sedangkan orang ambidextrous memiliki otak yang simetris. Menurut teori dari ilmuwan bahwa asimetri berguna dari sudut pandang efisiensi.

Memiliki kedua sisi otak yang mengetahui bagaimana melakukan hitungan matematika itu berlebihan dan tidak efisien. Jika hanya satu belahan perlu mengetahui cara mengerjakan matematika, maka ini membebaskan kekuatan otak yang sesuai di sisi lain untuk bebas terlibat dengan cara yang berbeda, seperti menilai emosi.

2. IQ Sedikit Lebih Rendah, Kreativitas Lebih Tinggi

Aktivitas otak yang simetris menimbulkan kerugian; orang ambidextrous mendapat nilai sedikit lebih rendah pada tes IQ daripada mereka yang memiliki tangan dominan. Mereka memiliki kemampuan yang lebih rendah dalam penalaran, matematika, dan daya ingat. Tetapi seorang ambi cenderung berprestasi lebih baik dalam olahraga, seni, dan musik.

Satu teori dari Michael Corballis, seorang ahli belahan otak dari University of Auckland di Selandia Baru, akan menjelaskan kedua fakta tersebut jika terbukti benar. Corballis mengira otak mengalami kesulitan berkomunikasi dengan dirinya sendiri melintasi belahan otak, bahkan pada seorang ambi dengan otak simetris.

Baca Juga: Otak Kanan dan Otak Kiri: Perbedaan, Fungsi, Cara Melatih, dll

3. Skizofrenia

Skizofrenia telah terbukti jauh lebih umum pada orang kidal dan ambi daripada dengan orang yang tidak kidal. Tampaknya ada kaitan dengan gen LRRTM1 pada kromosom 2, yang lebih jarang ada pada orang tidak kidal, tetapi belum diketahui apa peran gen ini dalam penyakit atau tangan dominan.

 

  1. Anonim. 2020. How To Become Ambidextrous. https://www.concorde.edu/about-us/blog/health-care-insights/surgical-technologist-become-ambidextrous (Diakses pada 28 Mei 2021)
  2. Anonim. Tanpa Tahun. Ambidextrous People: Definition & Brain Activity. https://study.com/academy/lesson/ambidextrous-people-definition-brain-activity.html (Diakses pada 28 Mei 2021)
  3. Chow, Denise. 2010. Why Are Some People Ambidextrous?. https://www.livescience.com/32523-why-are-some-people-ambidextrous.html (Diakses pada 28 Mei 2021)
  4. Hewings, Yella. 2017. Left, right, or ambidextrous: What determines hand preference?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/318808 (Diakses pada 28 Mei 2021)
  5. Metivier, Anthony. 2021. Ambidextrousness And Memory: Can Dual Handedness Boost Your Brain?. https://www.magneticmemorymethod.com/ambidextrousness/ (Diakses pada 28 Mei 2021)
  6. Miller, Kelli. 2010. Ambidextrous Kids More Likely to Have ADHD. https://www.webmd.com/children/news/20100125/ambidextrous-kids-more-likely-to-have-adhd#1 (Diakses pada 28 Mei 2021)
  7. Morin, Amanda. 2020. Understanding a Child’s Dominant Hand. https://www.verywellfamily.com/hand-dominance-what-is-a-dominant-hand-620856 (Diakses pada 28 Mei 2021)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi