Terbit: 23 May 2022 | Diperbarui: 9 August 2023
Ditulis oleh: Wulan Anugrah | Ditinjau oleh: dr. Aloisia Permata Sari Rusli

Rahim membesar adalah kondisi yang umum terjadi ketika wanita sedang hamil. Namun, bagaimana jadinya jika rahim membesar tapi tidak hamil? Apakah ini menandakan kondisi medis yang serius? Kenali gejala hingga penyebabnya dalam ulasan berikut!

Mengenali Penyebab Rahim Membesar tetapi Tidak Hamil

Apa itu Pembesaran Rahim?

Pembesaran rahim adalah masalah kesehatan pada reproduksi wanita yang menyebabkan rahim membesar. Ini adalah gejala dari berbagai kondisi medis, termasuk kehamilan, fibroid rahim, dan adenomiosis. Pembesaran rahim terjadi pada 1 dari 10 wanita usia reproduksi.

Gejala Rahim Membesar

Wanita yang mengalami pembengkakan pada rahim biasanya tidak menyadari kondisi ini. Bahkan banyak wanita tidak mengalami gejala pembesaran rahim. Sering kali dokter mendeteksinya selama pemeriksaan panggul rutin.

Ketika gejalanya muncul, kondisi yang paling sering terjadi adalah pendarahan hebat selama menstruasi. Ini ditandai dengan sering mengganti pembalut setiap satu atau dua jam selama beberapa jam.

Wanita yang mengalami pembesaran rahim dapat mengalami nyeri, haid yang lama, atau bercak di antara haid, serta mengeluarkan gumpalan darah besar.

Gejala yang mungkin terjadi bersamaan dengan pembesaran rahim, berikut di antaranya:

  • Nyeri di perut bagian bawah, kaki, punggung, atau panggul, dan nyeri saat berhubungan seks.
  • Tekanan pada panggul dan usus, menyebabkan sembelit, kembung, dan gas.
  • Kelelahan atau kelemahan akibat pendarahan hebat yang menyebabkan anemia.
  • Sering buang air kecil atau inkontinensia urine (tidak bisa menahan kencing) karena tekanan pada kandung kemih.
  • Penambahan berat badan di sekitar perut.
  • Masalah kehamilan, termasuk kesulitan untuk hamil dan melahirkan bayi hingga cukup bulan.

Baca Juga: Ciri-Ciri Rahim Bermasalah dan Penyebabnya yang Mengganggu Kesuburan!

Penyebab Rahim Membesar yang Perlu Diwaspadai

Kehamilan bukanlah satu-satunya kondisi yang dapat menjadi penyebab rahim membesar. Faktanya, rahim yang membesar bisa menandakan gejala dari berbagai kondisi medis. Bahkan, beberapa di antaranya memerlukan perawatan.

Berikut ini adalah beberapa penyebab pembesaran rahim pada wanita, antara lain:

1. Fibroid rahim

Fibroid rahim merupakan tumor non-kanker yang muncul pada dinding otot rahim. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab umum rahim membesar.

Melansir WebMd, sebanyak 70 hingga 80 persen wanita akan memiliki fibroid pada usia 50 tahun. Kondisi ini lebih berisiko terhadap wanita yang berusia di atas 30 tahun.

Selain itu, risiko mengalami fibroid akan meningkat pada berbagai kondisi, seperti ras Afrika-Amerika, kelebihan berat badan atau obesitas, dan genetik.

Benjolan akibat fibroid dapat muncul bergerombol ataupun hanya satu. Ukurannya juga bervariasi, mulai dari ukuran kecil, sedang, hingga besar.

Gejala fibroid bermacam-macam, mulai dari sangat samar—bahkan tidak terasa—hingga cukup parah. Wanita yang merasakan gejalanya kemungkinan dapat mengalami beberapa hal berikut:

  • Rahim membesar.
  • Tekanan pada kandung kemih atau rektum.
  • Frekuensi buang air kecil meningkat.
  • Konstipasi atau sembelit.
  • Nyeri pada daerah dubur.
  • Sakit punggung atau perut bagian bawah.
  • Perdarahan di antara waktu menstruasi.
  • Nyeri yang cukup parah ketika menstruasi. Kondisi ini bisa berlangsung lama, dan terkadang dibarengi dengan keluarnya bekuan darah.
  • Nyeri saat berhubungan seksual.

2. Adenomiosis

Penyebab rahim membesar berikutnya adalah adenomiosis. Sama dengan fibroid rahim, kondisi ini cukup umum ditemukan pada kasus rahim yang membesar. Adenomiosis bersifat non-kanker dan menyerupai gejala fibroid rahim.

Adenomiosis atau adenomyosis sendiri adalah kondisi penebalan pada dinding rahim akibat jaringan endometrium (jaringan yang melapisi rahim) bergerak ke dinding luarnya yang berotot.

Jaringan yang berpindah tersebut akan bekerja secara normal, yakni menebal, pecah, dan berdarah, selama periode menstruasi.

Penyebab adenomiosis belum diketahui secara pasti. Namun, wanita di atas 30 tahun yang sudah mempunyai anak lebih berisiko. Selain itu, kondisi ini sering kali terjadi pada wanita yang pernah menjalani operasi rahim, seperti caesar.

Selain pembesaran pada rahim, sejumlah gejala adenomiosis lainnya, antara lain:

  • Kram parah atau nyeri panggul yang cukup tajam selama menstruasi (dismenore).
  • Sakit saat berhubungan seksual.
  • Nyeri panggul kronis.
  • Perdarahan yang parah dan berkepanjangan.

3. Kista ovarium

Kista ovarium adalah kantung berisi cairan yang terdapat pada ovarium atau permukaannya. Umumnya, kondisi ini tidak berbahaya dan dapat menghilang tanpa perawatan khusus. Namun demikian, pada beberapa kasus, kista ovarium bisa saja pecah dan mengakibatkan komplikasi yang serius.

Kebanyakan kista tidak mengakibatkan gejala tertentu, kecuali jika ukurannya besar. Tak hanya rahim membesar, gejala yang dapat muncul, antara lain:

  • Nyeri panggul atau nyeri tajam di bagian bawah, tepatnya di sisi kista berada.
  • Rasa penuh atau berat di perut.
  • Perut kembung.

4. Kanker endometrium

Pembesaran pada rahim kemungkinan dapat terjadi karena adanya kanker endometrium. Kanker endometrium muncul ketika sel-sel di endometrium (lapisan dalam rahim) mulai tumbuh di luar kendali.

Selain rahim tampak membesar, sejumlah gejala lain akibat kanker endometrium, antara lain:

  • Perdarahan vagina setelah menopause.
  • Perdarahan di antara periode menstruasi.
  • Sakit panggul.

Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan pada vagina yang tidak normal sehingga dapat mudah terdeteksi. Apabila kondisi ini sudah disadari, maka pengangkatan rahim melalui pembedahan dapat dilakukan untuk mengatasinya.

Pada kebanyakan kasus, pembesaran rahim tidak membutuhkan pengobatan tertentu. Namun, jika penyebabnya cukup serius, penanganan yang tepat harus segera diperoleh. Cara mengatasi rahim membesar akan bergantung dari penyebabnya.

Jika rasa nyeri selama menstruasi Anda rasakan, obat pereda nyeri mungkin akan membantu. Selain itu, alat kontrasepsi atau pil KB dengan progesteron dapat meringankan gejala perdarahan pada menstruasi yang parah.

Sementara itu, pada pasien kanker, dokter mungkin akan menyarankan histerektomi (operasi pengangkatan rahim) atau pengangkatan pada bagian organ lain yang sudah dijalari kanker.

Selain itu, pasien juga sebaiknya menjalani perawatan kemoterapi dan terapi radiasi.

Konsultasikan kepada dokter apabila menemukan gejala-gejala pembesaran rahim. Dengan begitu, Anda dapat mengetahui penyebab dan cara untuk mengatasinya.

 

  1. Anonim. 2020. Slideshow: A Visual Guide to Uterine Fibroids. https://www.webmd.com/women/uterine-fibroids/ss/slideshow-fibroid-overview. (Diakses pada 23 Mei 2022).
  2. Anonim. Adenomyosis. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/adenomyosis/symptoms-causes/syc-20369138. (Diakses pada 23 Mei 2022).
  3. Anonim. Ovarian Cysts. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/ovarian-cysts/symptoms-causes/syc-20353405. (Diakses pada 23 Mei 2022).
  4. Anonim. What Is Endometrial Cancer? https://www.cancer.org/cancer/endometrial-cancer/about/what-is-endometrial-cancer.html. (Diakses pada 23 Mei 2022).
  5. Barhum, Lana. 2023. Causes and Symptoms of an Enlarged Uterus. https://www.verywellhealth.com/enlarged-uterus-signs-symptoms-complications-4174349 (Diakses pada 9 Agustus 2023)
  6. Dunkin, Anne. 2021. Enlarged Uterus. https://www.webmd.com/women/guide/prolapsed-uterus. (Diakses pada 23 Mei 2022).
  7. Anonim. Endometrial Cancer. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/endometrial-cancer/symptoms-causes/syc-20352461. (Diakses pada 23 Mei 2022)

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi