Terbit: 21 March 2018 | Diperbarui: 23 February 2023
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Seks oral adalah salah satu gaya hubungan seksual yang dianggap berisiko sebabkan kanker tenggorokan selain tertular penyakit kelamin. Namun, benarkah seks oral bisa memicu kanker tenggorokan? Selengkapnya simak ulasannya di bawah ini!

Seks Oral Menyebabkan Kanker Tenggorokan, Benarkah?

Benarkah Seks Oral Bisa Memicu Kanker Tenggorokan?

Seks oral adalah gaya hubungan seksual yang menggunakan mulut untuk merangsang alat kelamin atau area genital pasangan seks. Ada beberapa jenis seks oral, antara lain penis (fellatio), vagina (cunnilingus), dan anus (anilingus).

Meskipun membangkitkan gairah seksual bagi pasangan, gaya seksual ini dianggap dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kelamin (gonorea, sipilis, klamidia, dan HPV) dan bahkan kanker tenggorokan.

Terkait kanker tenggorokan (kanker orofaringeal), penyakit ini dapat disebabkan oleh virus menular seksual, yakni human papilloma virus (HPV) dan kanker ini bisa menyebar dari orang ke orang melalui seks oral.

Kendati peningkatan risiko kanker mulut dikaitkan dengan merokok, ahli bedah kepala dan leher Brandon Prendes, mengatakan bahwa penelitian telah menunjukkan bahwa HPV terkait langsung dengan beberapa jenis kanker tenggorokan. Faktanya, kanker ini sedang meningkat dan bahkan mungkin melampaui kasus kanker serviks.

Menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), ada 18.000 kasus baru kanker tenggorokan setiap tahunnya yang berpotensi karena HPV.

Faktor risiko utama tertular HPV oral dan kanker tenggorokan terkait HPV adalah memiliki banyak pasangan seks oral. Memiliki pasangan seks yang lebih banyak dapat meningkatkan risiko bagi pria dan wanita.

Namun, wanita mengalami lebih sedikit kanker tenggorokan terkait HPV, karena mereka mungkin mengembangkan respons imunologis untuk melawan kanker serviks. Sedangkan pada pria tidak memiliki kekebalan tubuh yang sama dengan wanita.

Seks oral yang dilakukan dengan pasangan yang memiliki kutil kelamin bisa menyebabkan penularan HPV secara cepat dan peluang terkena kanker tenggorokan menjadi tinggi.

Sering merokok juga dapat meningkatkan risiko mengembangnya kanker tenggorokan dan menurunkan respons pengobatan pada pasien kanker tenggorokan terkait HPV. Seseorang memiliki risiko tertinggi jika merokok setidaknya satu bungkus dalam sehari selama 10 tahun.

Baca Juga: Kanker: Gejala, Penyebab, Pengobatan, dan Pencegahan

Cara Mencegah Kanker Tenggorokan Akibat HPV

Ada beberapa cara untuk membantu pencegahan dengan mengurangi risiko kanker tenggorokan terkait HPV, berikut di antaranya:

  • Batasi jumlah pasangan seksual. Peningkatan risiko kanker tenggorokan terkait dengan jumlah pasangan seksual yang lebih banyak untuk pasangan seks oral. Pastikan pula menggunakan kondom atau dental dam secara konsisten sebagai perlindungan.
  • Mendapatkan vaksinasi. Bagi pria dan wanita antara usia 9 dan 45 tahun, vaksin HPV tiga putaran mampu melawan infeksi HPV dan kemungkinan besar akan menurunkan risiko kanker terkait HPV.
  • Skrining secara rutin. Mendapatkan skrining rutin bisa membantu mendeteksi tumor lebih awal. Dokter akan memeriksa leher pasien, memeriksa tenggorokan, dan memeriksa mulut.
  • Batasi merokok dan alkohol. Berhenti dari kebiasaan merokok dan mengurangi konsumsi alkohol untuk mengurangi risiko terkena kanker.
  • Rutin mengunjungi dokter gigi. Melakukan pemeriksaan gigi secara teratur karena dokter gigi biasanya menjadi praktisi pertama yang menyadari adanya kelainan di lidah dan amandel pasien.

Baca Juga: Infeksi HPV: Tanda, Penularan, dan Cara Mengatasi

Gejala Kanker Tenggorokan yang Perlu Anda Ketahui

Ciri-ciri kanker tenggorokan terkait HPV sering kali diabaikan oleh penderitanya, karena sulit dikenali dan dikategorikan. Berikut ini gejala kanker tenggorokan yang bisa Anda kenali, meliputi:

  • Pembengkakan di leher.
  • Sakit telinga.
  • Sakit saat menelan, seperti ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokan.
  • Mendengkur.
  • Kesulitan makan.
  • Perubahan suara, seperti suara serak.
  • Sakit tenggorokan.
  • Pembesaran kelenjar getah bening.
  • Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.

Apabila salah satu gejala ini berlangsung lebih dari dua minggu, sebaiknya segera kunjungi dokter atau spesialis telinga, hidung dan tenggorokan (THT).

 

  1. Anonim. 2022. Human papillomavirus (HPV). https://www.nhs.uk/conditions/human-papilloma-virus-hpv/ (Diakses pada 23 Februari 2023)
  2. Anonim. 2019. Throat Cancer’s Link to Oral Sex: What You Should Know. https://health.clevelandclinic.org/throat-cancers-link-oral-sex-know/ (Diakses pada 23 Februari 2023)
  3. Anonim. 2021. STD Risk and Oral Sex – CDC Fact Sheet. https://www.cdc.gov/std/healthcomm/stdfact-stdriskandoralsex.htm#:~:text=from%20oral%20sex.-,What%20is%20Oral%20Sex%3F,practiced%20by%20sexually%20active%20adults. (Diakses pada 23 Februari 2023)
  4. Adam Felman. 2022. Does oral sex cause throat cancer?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/261453 (Diakses pada 23 Februari 2023)


DokterSehat | © 2023 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi