Seks oral atau sering juga disebut oral seks adalah salah satu variasi dalam bercinta yang umum dilakukan. Namun, beberapa orang ada yang enggan untuk melakukannya karena khawatir terkena kanker tenggorokan. Apakah hal tersebut benar adanya? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.
Benarkah Seks Oral Bisa Memicu Kanker Tenggorokan?
Meskipun membangkitkan gairah seks, perangsangan alat kelamin dengan mulut, bibir, atau lidah ini dianggap meningkatkan risiko terkena penyakit kelamin (gonorea, sipilis, klamidia, dan HPV) hingga kanker tenggorokan.
Lantas, apakah aktivitas seksual ini sesuatu yang berbahaya? Perlu diketahui, salah satu faktor yang bisa meningkatkan seseorang terkena kanker tenggorokan adalah infeksi human papilloma virus (HPV). Oral sex adalah aktivitias yang bisa meningkatkan risiko terpapar virus HPV.
Kendati peningkatan risiko kanker mulut lebih sering dikaitkan dengan merokok, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa bahwa HPV terkait langsung dengan beberapa jenis kanker tenggorokan.
Salah satu faktor yang bisa meningkatkan risiko kanker tenggorokan terkait HPV adalah memiliki banyak pasangan seks oral.
Namun, wanita memiliki risiko lebih rendah terkena kanker tenggorokan terkait HPV; karena tubuhnya mengembangkan respons imunologis untuk melawan kanker serviks. Sedangkan pada pria tidak memiliki kekebalan tubuh yang sama dengan wanita.
Seks oral yang dilakukan dengan pasangan yang memiliki kutil kelamin bisa menyebabkan penularan HPV secara cepat dan peluang terkena kanker tenggorokan menjadi tinggi.
Baca Juga: Kanker: Gejala, Penyebab, Pengobatan, dan Pencegahan
Cara Mencegah Kanker Tenggorokan Akibat HPV
Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terkena kanker tenggorokan terkait HPV, di antaranya:
- Batasi jumlah pasangan seksual. Peningkatan risiko kanker tenggorokan terkait dengan jumlah pasangan seksual yang lebih banyak untuk pasangan seks oral. Pastikan pula menggunakan kondom atau dental dam secara konsisten sebagai perlindungan.
- Vaksin HPV. Mendapatkan vaksin HPV tiga putaran mampu melawan infeksi HPV dan kemungkinan besar akan menurunkan risiko kanker terkait HPV.
- Skrining secara rutin. Mendapatkan skrining rutin bisa membantu mendeteksi tumor lebih awal. Dokter akan memeriksa leher pasien, memeriksa tenggorokan, dan memeriksa mulut.
- Tidak merokok dan membatasi konsumsi minuman beralkohol. Berhenti dari dua kebiasaan ini berguna untuk mengurangi risiko terkena kanker.
- Rutin mengunjungi dokter gigi. Dokter gigi biasanya menjadi praktisi pertama yang menyadari adanya kelainan di lidah dan amandel.
Gejala Kanker Tenggorokan yang Perlu Anda Ketahui
Ciri-ciri kanker tenggorokan terkait HPV sering kali diabaikan oleh penderitanya karena sulit dikenali dan dikategorikan. Berikut ini beberapa gejala yang bisa Anda kenali, meliputi:
- Pembengkakan di leher.
- Sakit telinga.
- Sakit saat menelan, seperti ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokan.
- Mendengkur.
- Kesulitan makan.
- Perubahan suara, seperti suara serak.
- Sakit tenggorokan.
- Pembesaran kelenjar getah bening.
- Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
Apabila salah satu gejala ini berlangsung lebih dari dua minggu, sebaiknya segera kunjungi dokter atau spesialis telinga, hidung dan tenggorokan (THT) untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
- Anonim. 2022. Human papillomavirus (HPV). https://www.nhs.uk/conditions/human-papilloma-virus-hpv/. (Diakses pada 23 Februari 2023)
- Anonim. 2019. Throat Cancer’s Link to Oral Sex: What You Should Know. https://health.clevelandclinic.org/throat-cancers-link-oral-sex-know/. (Diakses pada 23 Februari 2023)
- Anonim. 2021. STD Risk and Oral Sex – CDC Fact Sheet. https://www.cdc.gov/std/healthcomm/stdfact-stdriskandoralsex.htm. (Diakses pada 23 Februari 2023)
- Adam Felman. 2022. Does oral sex cause throat cancer?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/261453. (Diakses pada 23 Februari 2023)