Terbit: 28 June 2023
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Bedak talc atau juga dikenal sebagai bedak bayi disebut-sebut dapat meningkatkan risiko kanker ovarium jika sering digunakan pada area kewanitaan. Benarkah bedak tabur bisa sebabkan kanker ovarium? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Benarkah Bedak Bayi Bisa Menyebabkan Kanker Ovarium?

Kaitan Bedak Bayi dan Kanker Ovarium

Beberapa produk seperti bedak bayi, produk pembersih organ kewanitaan, hingga vaginal douche umumnya tidak dianjurkan digunakan untuk vagina.

Bedak bayi misalnya, jika digunakan pada vagina dikhawatirkan partikelnya bisa masuk ke dalam lubang vagina dan mungkin dapat mencapai organ reproduksi seperti leher rahim hingga ovarium. Jika hal ini terjadi, dikhawatirkan vagina akan mengalami peradangan.

Sebuah penelitian yang dilakukan di tahun 1971 menemukan kaitan antara kanker ovarium dengan penggunaan bedak bayi pada area genital wanita. Studi tersebut mengungkapkan bahwa bedak bayi memiliki kandungan mineral magnesium, silica, dan asbes, beberapa zat yang diduga memicu terjadinya kanker ovarium.

Namun, beberapa bahan kimia tersebut—khususnya asbes—sudah dilarang penggunaannya dalam bedak bayi.

Asbes diklasifikasikan sebagai karsinogen yang apabila sering terhirup dapat menyebabkan kanker, seperti mesothelioma (kanker pada jaringan yang melapisi jantung, paru-paru, perut,  dan organ lainnya) dan kanker paru-paru, laring, dan ovarium.

Meski penggunaannya dilarang dan produsen menyatakan bahwa bedaknya bebas asbes, beberapa penelitian menemukan masih terdapat sedikit asbes dalam bedak.

Pada akhirnya, hingga saat ini belum ada penelitian yang benar-benar bisa memastikan apakah bedak bayi memang bisa menyebabkan kanker ovarium atau tidak. Namun, karena adanya kemungkinan dapat mengganggu kesehatan dan kadar pH area genital, sebaiknya hindari penggunaannya.

Baca Juga: Kanker Ovarium: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Gejala Kanker Ovarium

Ovarium adalah bagian dari sistem reproduksi wanita yang menghasilkan sel telur dan hormon pada wanita. Meski jarang terjadi, kelenjar yang memiliki bentuk oval ini dapat terkena kanker.

Wanita dengan kanker ovarium mungkin hanya mengalami gejala ringan atau tidak sama sekali sampai penyakit ini berkembang menjadi stadium lanjut.

Berikut ini gejala yang mungkin terjadi, antara lain:

  • Nyeri atau tekanan di daerah panggul.
  • Nyeri di perut bagian bawah.
  • Nyeri punggung yang semakin parah.
  • Pendarahan vagina atau keputihan yang tidak normal.
  • Perut kembung.
  • Kenaikan atau penurunan berat badan.
  • Menstruasi tidak normal.
  • Mual atau muntah.
  • Kebutuhan yang lebih sering untuk buang air kecil atau sembelit.
  • Kehilangan nafsu makan, merasa cepat kenyang, atau kesulitan makan.

Baca Juga: Apakah Penderita Kista Ovarium Bisa Hamil?

Perlu diketahui, hingga saat ini beberapa studi belum menemukan kaitan yang kuat antara penggunaan bedak bayi dan kanker lainnya.

Satu penelitian telah menunjukkan sedikit peningkatan risiko kanker rahim pada wanita menopause yang menggunakan bedak bayi. Selain itu, ada juga penelitian yang mengaitkan hubungan antara bedak dan kanker perut.

Meski begitu, semua studi tersebut tidak didukung oleh bukti yang kuat sehingga membutuhkan lebih banyak penelitian lanjutan.

Jika Anda khawatir tentang penggunaan bedak bayi yang mungkin menyebabkan masalah kesehatan, sebaiknya konsultasikan dengan dokter atau hindari penggunaan bedak bayi. 

 

  1. Anonim. 2022. Talcum Powder and Cancer. https://www.cancer.org/healthy/cancer-causes/chemicals/talcum-powder-and-cancer.html (Diakses pada Maret 2023)
  2. Frysh, Paul. 2021. Can Talcum Powder Cause Cancer?. https://www.webmd.com/cancer/talcum-powder-cancer (Diakses pada Maret 2023)
  3. Garg, Ruchi. 2022. Does talcum powder cause cancer?. https://www.cancercenter.com/risk-factors/talcum-powder. (Diakses pada Maret 2023)
  4. Miller, Emily. Talcum Powder & Ovarian Cancer. https://www.drugwatch.com/talcum-powder/ovarian-cancer/ (Diakses pada Maret 2023)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi