Terbit: 4 December 2019 | Diperbarui: 5 December 2019
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Saat Anda terkena flu, hidung akan mudah mampet atau memproduksi lendir dengan jumlah yang banyak. Dampak lanjutannya, hidung mampet akan membuat Anda kesulitan untuk bernapas—yang mana membuat Anda terpaksa harus bernapas dengan mulut. Saat kondisi seperti ini, salah satu pengobatan yang sering digunakan adalah vicks inhaler atau inhaler hidung.

Aturan Menggunakan Inhaler Flu yang Baik untuk Kesehatan

Bahaya Inhaler bagi Kesehatan

Sebelum menjelaskan mengenai bahaya inhaler flu, perlu Anda ketahui bahwa inhaler adalah sebuah alat kesehatan yang digunakan untuk mengantarkan obat ke dalam tubuh melalui paru-paru. Saat Anda terkena flu, maka virus akan menyerang sistem pernapasan yang terdiri hidung, tenggorokan dan paru-paru.

Sejumlah langkah dilakukan untuk membuat hidung lega, salah satu langkah yang umum dilakukan adalah menggunakan inhaler untuk melegakan hidung dengan cepat. Sayangnya, penggunaan inhaler flu ini bisa memberikan efek pedas atau panas bagi hidung, di mana hal ini bisa berdampak kurang baik bagi kesehatan tubuh.

Sebuah fakta yang dirilis oleh British Medical Journal menunjukkan bahwa, inhaler yang banyak mengandung tiotropium bromid berisiko membuat kematian yang cukup tinggi, khususnya bagi mereka yang memiliki penyakit bronkitis.

baca juga: Pria Lebih Cepat Sembuh dari Flu Daripada Wanita

Tingkat risiko kematian ini bisa terbilang cukup tinggi karena mencapai angka 52%. Bahkan, sebuah penelitian yang melibatkan 6.500 partisipan ini menunjukkan fakta mengejutkan di mana penggunaan inhaler flu dengan bahan tiotropium akan membuat setidaknya satu kematian pada setiap tahunnya.

Kandungan tiotropium bromida dengan konsentrasi yang tinggi ternyata sangat buruk bagi saluran pernapasan, meskipun pada awalnya penggunaan bahan ini bisa melegakan pernapasan yang mampet.

Sementara bagi para penderita penyakit kardiovaskular, inhaler flu yang memiliki kandungan tiotropium akan memberikan dampak buruk dalam meningkatkan gangguan irama jantung atau aritmia.

Meskipun banyak digunakan untuk mengobati beberapa penyakit kronis pada paru-paru atau semacam gejala sesak napas, bahan ini ternyata bisa sangat berbahaya bagi saluran pernapasan.

Sejumlah pakar kesehatan pun menyarankan agar Anda tidak terlalu bergantung pada inhaler flu tatkala hidung mampet dan sebaiknya menggunakan bahan lain yang lebih alami sehingga bahaya inhaler pun bisa diminimalisir.

Perlu diketahui, vicks inhaler mengandung menthol, camphor, dan minyak pinus yang sudah banyak digunakan untuk melegakan hidung tersumbat. Banyak orang tidak mengalami efek samping apa pun setelah menggunakan produk ini. Anda mungkin dapat merasa tidak nyaman pada hidung jika Anda sering menggunakannya dalam satu waktu tertentu.

Sementara jika Anda ragu menggunakan produk ini, cara aman yang bisa dilakukan adalah dengan menghirup uap air yang panas untuk melegakan saluran pernapasan. Cara ini tidak memiliki risiko bagi saluran pernapasan dan kesehatan secara keseluruhan.

Beberapa cara lain yang bisa Anda lakukan tanpa menggunakan vicks inhaler, di antaranya:

  • Mandi dengan air hangat.
  • Mengonsumsi makanan atau minuman hangat.
  • Jaga kondisi ruangan tetap bersih dan bebas dari debu sehingga tidak memicu pilek lebih berat.
  • Gunakan semprot hidung yang mengandung garam saline yang dijual di apotek.
  • Jaga posisi kepala lebih tinggi saat tidur sehingga lebih nyaman saat bernapas.
  • Mengusap punggung dan dada dengan minyak untuk menghangatkan badan.
  • Menggunakan larutan garam untuk membersihkan saluran hidung.

Risiko Penggunaan Inhaler

Penggunaan inhaler flu yang mengandung mentol dan camper terlalu sering sebaiknya dihindari pada anak karena dapat menimbulkan iritasi atau reaksi alergi jika berlebihan.

Inhaler flu tidak boleh digunakan jika Anda alergi terhadap salah satu komposisinya. Mohon informasikan kepada dokter atau apoteker jika sebelumnya pernah mengalami alergi.

Jika Anda merasa telah mengalami reaksi alergi, berhentilah menggunakan inhaler flu dan segera beritahu dokter atau apoteker. Hingga saat ini belum ada laporan mengenai efek samping penggunaan inhaler flu.

baca juga: Tips Mudah Agar Tak Mudah Terserang Flu

Selain itu, Anda juga dapat mengonsumsi obat-obatan yang dijual bebas di pasaran apabila dibutuhkan, misalnya paracetamol atau ibuprofen. Kedua obat ini dapat menurunkan demam dan mengurangi pegal-pegal. Anda tidak diperbolehkan mengonsumsi antibiotik karena obat ini hanya berfungsi untuk membunuh bakteri, bukan membunuh virus sebagai penyebab flu.

Terdapat beberapa kelompok orang yang rentan mengalami komplikasi akibat flu, di antaranya adalah wanita hamil, lansia, orang yang kekebalan tubuhnya rendah, serta penderita penyakit serius (gagal jantung). Oleh karena itu, dokter biasanya akan memberikan obat antivirus terhadap mereka yang berisiko.

Penggunaan Inhaler saat Hamil

Sebuah penelitian mengungkapkan, penggunaan obat-obatan dalam bentuk inhaler aman diberikan selama masa kehamilan dan tidak menyebabkan kecacatan pada janin. Hal ini disebabkan karena kadar obat di dalam inhaler tidak besar dan langsung bekerja ke paru-paru

Namun pakar kesehatan menyarankan, saat memasuki kehamilan trimester pertama, sebaiknya memang tidak menggunakan obat-obatan terutama yang diminum. Hal dikarenakan trimester ini adalah masa pembentukan organ si Kecil sehingga sangat rentan akan terjadinya kelainan kongenital atau kecacatan pada janin.

Apabila seorang wanita memiliki asma dan sedang hamil, maka sangatlah penting mendiskusikan kondisi ini dengan dokter dalam hal perencanaan pengobatan sampai mencegah serangan asma. Serangan asma sendiri dipengaruhi oleh berbagai hal, dari sistem kekebalan tubuh ibu, tingkat hormonal, serta paparan antigen janin.

Perlu diketahui, banyak wanita hamil yang mengalami serangan asma pada tiga bulan terakhir dari masa kehamilan. Sebelum hal ini terjadi, pastikan ibu sudah mendiskusikan hal ini dengan dokter agar asma dapat terkontrol dengan baik.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi