Terbit: 9 March 2020
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Distimia adalah kondisi yang kadang-kadang disebut sebagai depresi kronis ringan. Saat Anda mengalami distimia, gejala depresi bisa bertahan lama hingga dua tahun atau lebih. Sementara itu, menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, distimia disebut sebagai persistent depressive disorders (PDD).

Distimia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Apa Itu Distimia?

Distimia adalah adalah bentuk depresi kronis jangka panjang. Seperti jenis depresi lainnya, distimia adalah kondisi yang juga bisa menyebabkan perasaan sedih dan putus asa secara terus menerus.

Distimia adalah gangguan kejiwaan yang bisa memengaruhi suasana hati, perilaku, serta fungsi fisik, termasuk nafsu makan dan kualitas tidur. Akibatnya, orang dengan gejala distimia ini sering kehilangan minat dalam melakukan kegiatan yang pernah mereka nikmati dan mengalami kesulitan menyelesaikan tugas sehari-hari.

Meski gejala-gejala ini bisa terlihat pada semua bentuk depresi, namun pada distimia, gejalanya tidak terlalu parah namun lebih bertahan lama. Distimia adalah gangguan kejiwaan yang serius dan bukan termasuk depresi “minor”. Selain itu, distimia juga bukan suatu kondisi perantara antara depresi berat dengan depresi dalam pengertian umum.

Dalam beberapa kasus, distimia lebih melumpuhkan daripada depresi berat. Namun, distimia sangat mirip dengan depresi berat sehingga penyelidikan lebih lanjut perlu dilakukan untuk membedakan distimia dari depresi berat.

Lebih dari setengah penderita distimia akhirnya mengalami episode depresi berat, dan sekitar setengah dari pasien yang dirawat karena depresi berat menderita depresi ganda. Banyak pasien yang sembuh sebagian dari depresi berat juga memiliki gejala yang lebih ringan yang bertahan selama bertahun-tahun. Jenis depresi kronis ini sulit dibedakan dengan distimia.

Penyebab Distimia

Hingga kini penyebab distimia tidak diketahui dengan pasti. Seperti halnya depresi berat, kondisi ini mungkin melibatkan lebih dari satu penyebab, di antaranya:

1. Perbedaan Biologis

Orang dengan distimia mungkin mengalami perubahan fisik pada otaknya. Signifikansi dari perubahan ini masih belum pasti, akan tetapi kondisi ini bisa membantu untuk menentukan penyebab dari masalah kesehatan mental ini.

2. Zat Kimia Otak

Neurotransmitter adalah bahan kimia di otak yang muncul secara alami dan kemungkinan berperan dalam depresi. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa, perubahan fungsi dan efek neurotransmitter serta bagaimana mereka berinteraksi dengan neurocircuits–terlibat dalam menjaga stabilitas suasana hati. Kondisi ini dapat memainkan peran penting dalam perawatan depresi.

3. Keturunan

Penyakit mental ini tampaknya lebih umum terjadi pada seseorang yang memiliki saudara dengan riwayat masalah mental ini sebelumnya. Para peneliti menemukan bahwa gen mungkin terlibat dalam menyebabkan kondisi ini.

4. Traumatis

Seperti halnya depresi berat, peristiwa traumatis seperti kehilangan orang yang dicintai, masalah keuangan atau tingkat stres yang tinggi dapat memicu seseorang untuk mengalami hal ini.

5. Kondisi Kepribadian

Kondis ini adalah kondisi yang juga bisa disebabkan karena seseorang memiliki kepribadian yang pesimistis, selalu bergantung pada orang lain, atau menganggap rendah harga diri .

Gejala Distimia

Gejala distimia biasanya datang dan pergi selama bertahun-tahun, dan intensitasnya dapat berubah seiring waktu. Akan tetapi, gejala biasanya tidak hilang selama lebih dari dua bulan. Selain itu, episode depresi mayor dapat terjadi sebelum atau selama masalah kesehatan ini mendera.

Berikut ini adalah beberapa gejala distimia, antara lain:

  • Kehilangan minat dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
  • Kesedihan, kekosongan atau perasaan sedih.
  • Keputusasaan.
  • Kelelahan dan kekurangan energi.
  • Harga diri rendah atau merasa tidak mampu menyelesaikan masalah.
  • Kesulitan berkonsentrasi dan kesulitan membuat keputusan.
  • Cepat marah atau marah yang berlebihan.
  • Produktivitas menurun.
  • Menghindari kegiatan sosial.
  • Perasaan bersalah dan khawatir tentang masa lalu.
  • Nafsu makan yang buruk atau makan berlebihan.
  • Mengalami masalah tidur.

Pada anak-anak, gejala yang muncul dapat meliputi suasana hati yang tertekan dan lekas marah.

Diagnosis Distimia

Langkah diagnosis pertama yang bisa dilakukan dokter adalah dengan melakukan pemeriksaan fisik. Setelah itu, dokter bisa menyarankan untuk melakukan tes darah atau tes laboratorium untuk menyingkirkan kemungkinan kondisi medis yang menyebabkan gejala distimia.

Akan tetapi tidak ada tes darah, rontgen atau tes laboratorium yang digunakan untuk mendiagnosis gangguan mental ini. Jika tidak ada penjelasan fisik untuk gejala, dokter mungkin mulai curiga bahwa Anda memiliki gangguan mental.

Dokter akan menanyakan beberapa pertanyaan kepada Anda untuk menilai kondisi mental dan emosional. Sangat penting untuk jujur dengan dokter tentang gejala yang dialami. Respons Anda akan membantu dokter menentukan apakah Anda menderita distimia atau jenis penyakit mental lainnya.

Banyak dokter menggunakan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) untuk menilai seseorang apakah memiliki gejala penyakit ini. Gejala-gejala yang tercantum dalam DSM-5, antara lain:

  • Suasana depresi hampir setiap hari.
  • Memiliki selera makan yang buruk atau makan berlebihan.
  • Kesulitan untuk tertidur.
  • Kelelahan.
  • Tingkat percaya diri yang rendah.
  • Sulit membuat keputusan.

Selain itu, seseorang harus mengalami suasana hati yang tertekan hampir setiap hari selama dua tahun atau lebih untuk didiagnosis menderita gangguan psikologis yang satu ini. Sedangkan pada anak-anak dan remaja, mereka arus mengalami perasaan tertekan atau lekas marah hampir setiap hari setidaknya selama satu tahun.

Jika diagnosis dokter mengatakan Anda menderita distimia, besar kemungkinan Anda akan dirujuk ke profesional kesehatan mental untuk dievaluasi dan mendapatkan perawatan lanjutan.

Pengobatan Distimia

Penanganan untuk distimia adalah terdiri dari pengobatan medis dan psikoterapi. Pengobatan diyakini sebagai langkah yang lebih efektif daripada psikoterapi. Namun, kombinasi pengobatan dan psikoterapi sering kali merupakan pengobatan terbaik yang bisa dilakukan.

1. Obat-obatan

Penyakit ini dapat diobati dengan berbagai jenis antidepresan, termasuk:

  • Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), seperti fluoxetine (Prozac) dan sertraline (Zoloft).
  • Tricyclic antidepressants (TCA), seperti amitriptyline (Elavil) dan amoxapine (Asendin).
  • Serotonin and norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs), seperti desvenlafaxine (Pristiq) dan duloxetine (Cymbalta).

Metode ini membutuhkan kesabaran, karena banyak obat memerlukan waktu beberapa minggu untuk melihat efek positifnya.

Jangan pernah berhenti minum obat tanpa berbicara dengan dokter terlebih dahulu. Menghentikan pengobatan secara tiba-tiba atau melewatkan beberapa dosis dapat  memperburuk gejala depresi.

2. Psikoterapi

Psikoterapi adalah istilah umum untuk mengobati depresi dengan membicarakan kondisi Anda dengan profesional kesehatan mental. Psikoterapi juga dikenal sebagai terapi wicara atau konseling psikologis. Oleh karena itu, Anda dan terapis dapat mendiskusikan jenis terapi yang tepat untuk digunakan.

Psikoterapi dapat membantu Anda untuk:

  • Membantu menyeimbangkan kondisi mental dengan kesulitan yang sedang dialami.
  • Mengidentifikasi masalah yang berkontribusi terhadap depresi.
  • Mengidentifikasi perilaku negatif dan menggantikannya dengan perilaku positif.
  • Membantu mengembangkan interaksi positif dengan orang lain.
  • Meringankan gejala depresi seperti keputusasaan.
  • Membantu menetapkan tujuan hidup lebih realistis.

3. Mengubah Gaya Hidup

Distimia adalah suatu kondisi yang tidak bisa diobati sendiri, akan tetapi membutuhkan tenaga profesional untuk membantu mengatasinya. Namun, terdapat beberapa langkah perawatan mandiri yang bisa dilakukan untuk mengurangi gejala, di antaranya:

  • Jangan melewatkan sesi dengan psikiater, bahkan jika Anda merasa baik-baik saja.
  • Dorong keluarga untuk belajar tentang apa itu distimia. Cara ini diperlukan untuk membantu keluarga memahami dan mendukung Anda.
  • Hubungi dokter atau terapis Anda jika Anda melihat adanya perubahan gejala distimia. Pertimbangkan untuk melibatkan anggota keluarga atau teman untuk mengawasi gejala distimia.
  • Konsumsi makanan bergizi, aktif secara fisik dan memperbanyak waktu tidur. Pertimbangkan joging, berenang, berkebun, atau aktivitas lain yang disukai. Selain itu, tidur nyenyak sangat penting untuk kesehatan fisik dan mental. Jika Anda kesulitan tidur, bicarakan dengan dokter tentang apa yang dapat Anda lakukan.
  • Hindari alkohol dan narkoba untuk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan depresi. Bicarakan dengan dokter atau terapis jika Anda perlu bantuan dalam mengatasi kecanduan alkohol atau narkoba.

 

  1. Persistent depressive disorder (dysthymia). https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/persistent-depressive-disorder/symptoms-causes/syc-20350929. (Diakses pada 9 Oktober 2019).
  2. Dysthymia. https://www.health.harvard.edu/newsletter_article/dysthymia. (Diakses pada 9 Oktober 2019).
  3. Dysthymia (Mild, Chronic Depression). https://www.webmd.com/depression/guide/chronic-depression-dysthymia#1. (Diakses pada 9 Oktober 2019).
  4. Gabbey, Amber Erickson. 2016. Persistent Depressive Disorder (Dysthymia). https://www.healthline.com/health/dysthymia. (Diakses pada 9 Oktober 2019).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi