Abses otak adalah penumpukan nanah dan sel-sel mati di opak yang disebabkan oleh infeksi atau cedera. Ketahui informasi selengkapnya mulai dari definisi, gejala, penyebab, pengobatan, dan lainnya di bawah ini!
Apa Itu Abses Otak?
Abses otak adalah pembengkakan yang berisi nanah dan sel-sel mati yang terbentuk di otak akibat infeksi. Infeksi biasanya disebabkan oleh bakteri, jamur, dan virus yang memasuki jaringan otak setelah infeksi atau cedera kepala yang parah.
Penyebab abses otak yang paling umum merupakan infeksi jantung dan paru-paru. Namun, abses juga bisa dimulai dari infeksi telinga atau sinus, atau bahkan gigi yang mengalami abses.
Abses dapat memberi tekanan yang berbahaya pada jaringan otak dan dapat menghambat aliran darah ke bagian otak. Jika mengalami masalah ini, seseorang harus memerlukan perawatan darurat medis.
Tanda dan Gejala Abses Otak
Tanda dan gejalanya sering kali berkembang cepat atau perlahan selama beberapa minggu, tetapi gejalanya bisa juga muncul secara tiba-tiba.
Berikut ini sejumlah gejala abses otak:
- Sakit kepala, yang sering kali parah di satu bagian kepala dan tidak mereda dengan obat penghilang rasa sakit.
- Perubahan kondisi mental seperti kebingungan atau mudah tersinggung.
- Gangguan fungsi saraf seperti kelemahan otot, bicara cadel, atau kelumpuhan di sebagian tubuh.
- Demam tinggi.
- Kejang.
- Bicara cadel.
- Merasa sakit.
- Leher kaku.
- Muntah.
- Perubahan penglihatan, termasuk penglihatan kabur, buram, dan ganda.
- Peka atau sensitif terhadap cahaya.
Kapan harus ke Dokter?
Gejala apa pun yang menunjukkan adanya gangguan pada otak dan sistem saraf harus diobati sebagai keadaan darurat medis. Jika gejala infeksi pada otak yang memburuk seperti suhu tinggi atau sakit, sebaiknya segera hubungi dokter.
Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala abses otak berikut, segera hubungi darurat medis:
- Bicara cadel.
- Kelemahan otot atau kelumpuhan.
- Kejang pada orang yang tidak memiliki riwayat kejang sebelumnya.
Baca Juga: 17 Gejala Kanker Otak yang Perlu Anda Kenali & Waspadai!
Penyebab Abses Otak
Abses otak adalah penyakit yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri dan jamur di beberapa bagian otak, dan juga dapat disebabkan oleh parasit.
Ketika bakteri, jamur, atau parasit menginfeksi bagian otak, maka terjadilah peradangan dan pembengkakan. Abses terdiri dari sel otak yang terinfeksi, sel darah putih aktif dan mati, serta organisme penyebab masalah.
Saat penumpukan sel, dinding atau membran berkembang di sekitar abses. Kondisi ini dapat membantu menghambat infeksi dan mencegahnya menyebar ke jaringan sehat.
Jika abses membengkak, ini menambah tekanan pada jaringan otak di sekitarnya. Tengkoraknya tidak fleksibel dan tidak bisa mengembang.
Tekanan dari abses dapat menyumbat pembuluh darah, menghambat oksigen ke otak, dan ini mengakibatkan kerusakan jaringan otak yang halus.
Faktor Risiko Abses Otak
Hampir semua orang dapat mengalami abses, tetapi orang tertentu memiliki risiko lebih tinggi daripada yang lainnya. Beberapa penyakit, gangguan kesehatan, dan kondisi yang meningkatkan risiko, termasuk:
- Gangguan sistem kekebalan tubuh akibat HIV atau AIDS.
- Kanker dan penyakit kronis lainnya.
- Penyakit jantung bawaan.
- Meningitis.
- Infeksi sinus kronis atau telinga tengah.
- Cedera kepala mayor atau patah tulang tengkorak.
- Obat imunosupresan seperti yang digunakan untuk kemoterapi.
Baca Juga: 15 Kebiasaan yang Dapat Merusak Otak (Jarang Disadari!)
Diagnosis Abses Otak
Guna mendiagnosis penyakit abses otak, dokter akan memeriksa tanda dan gejala serta menanyakan riwayat medis dan kondisi kesehatan baru-baru ini.
Dokter perlu mengetahui apakah pasien baru saja mengalami infeksi atau memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Gejala abses otak bisa serupa dengan penyakit dan kondisi lainnya, untuk itu mungkin perlu waktu memastikan diagnosis. Diagnosis akan lebih mudah jika dokter menentukan dengan tepat kapan gejala dimulai dan bagaimana perkembangan kondisinya.
Beberapa tes yang dapat membantu mendiagnosis penyakit abses otak, di antaranya:
- Tes darah. Tes untuk memeriksa kadar sel darah putih yang tinggi, yang bisa mengindikasikan adanya infeksi.
- Computed tomography scan (CT scan). Tes yang menggunakan serangkaian sinar-X untuk menghasilkan gambar detail dari bagian dalam tubuh, sehingga memudahkan untuk mendeteksi infeksi.
- Magnetic resonance imaging (MRI). Tes ini menggunakan medan magnet yang kuat dan gelombang radio untuk menghasilkan gambar secara detail dari bagian dalam tubuh.
- Aspirasi yang dipandu CT. Ini adalah sejenis biopsi jarum, yang dilakukan dengan pengambilan sampel nanah untuk dianalisis.
Pengobatan Abses Otak
Jika dokter menduga adanya abses, biasanya dokter akan langsung meresepkan antibiotik berspektrum luas karena abses bisa mengancam nyawa.
Jika tes mengungkapkan bahwa infeksi disebabkan oleh virus, bukan bakteri, dokter akan mengubah pengobatan yang sesuai. Efektivitas pengobatannya bergantung pada kondisi berikut:
- Ukuran abses.
- Seberapa banyak abses yang ada.
- Penyebab abses.
- Kondisi umum kesehatan.
Jika abses berukuran lebih kecil dari 2,5 sentimeter, pasien mungkin hanya akan diberi antibiotik intravena, antijamur, atau obat antivirus. Namun, dokter mungkin akan mengeringkan abses yang lebih kecil untuk menentukan antibiotik mana yang terbaik.
Jika abses lebih besar dari 2,5 sentimeter, dokter harus menyedot, mengeringkannya, atau memotongnya. Sedangkan jika ada beberapa abses, memotongnya mungkin terlalu berisiko, sehingga dokter bedah akan menyarankan aspirasi.
Pasien tersebut juga memerlukan perawatan untuk infeksi primer apa pun, misalnya di paru-paru, perut, atau hidung.
Pengobatan yang menjadi pilihan adalah operasi dan penggunaan obat-obatan.
1. Operasi
Pasien yang mungkin memerlukan operasi jika mengalami kondisi berikut:
- Tekanan di otak terus meningkat.
- Abses tidak merespons pengobatan.
- Adanya gas di abses.
- Memiliki risiko abses bisa pecah.
Operasi yang disebut sebagai kraniotomi adalah prosedur di mana dokter bedah membuat lubang di tengkorak.
Langkah-langkah operasi ini adalah sebagai berikut:
- Dokter bedah akan mencukur sedikit rambut di kulit kepala.
- Mengangkat sepotong kecil tulang untuk membuat akses ke otak.
- Mengangkat abses atau mengeluarkan nanah, mungkin dengan bantuan CT scan.
- Mengganti tulang dan menjahit kulit.
2. Obat-obatan
Penggunaan kortikosteroid dosis tinggi dalam jangka pendek bisa membantu jika ada peningkatan tekanan intrakranial dan risiko komplikasi, seperti meningitis. Namun, dokter tidak akan meresepkan obat kortikosteroid sebagai tindakan rutin.
Dokter mungkin akan meresepkan antikonvulsan untuk mencegah kejang, dan orang yang pernah mengalami abses mungkin perlu minum antikonvulsan sampai 5 tahun.
Baca Juga: Herniasi Otak: Penyebab, Gejala, Pengobatan, Pencegahan, dll
Komplikasi Abses Otak
Sesegera mungkin mengobati penyakit abses otak sangat penting. Jika tanpa pengobatan, komplikasi yang sangat serius dapat terjadi, termasuk kematian.
Bahkan dengan pengobatan, beberapa pasien mungkin dapat memiliki masalah neurologis jangka panjang, seperti kelemahan atau kesulitan bergerak.
Pencegahan Abses Otak
Abses otak adalah kondisi medis yang serius, untuk itu pencegahan sangat penting. Siapa pun dapat menurunkan risiko dengan memantau kondisi apa pun yang dapat menyebabkan abses. Segera hubungi dokter jika memiliki tanda pertama abses.
Jika memiliki jenis kelainan jantung, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum menjalani prosedur perawatan gigi atau urologi. Dokter dapat meresepkan antibiotik untuk menggunakan sebelum prosedur ini. Ini akan mengurangi risiko infeksi yang bisa menyebar ke otak.
- Anonim. 2019. Brain abscess. https://www.nhs.uk/conditions/brain-abscess/. (Diakses pada 12 Oktober 2020)
- Anonim. Tanpa Tahun. Cerebral Abscess. https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/cerebral-abscess. (Diakses pada 12 Oktober 2020)
- Brazier, Yvette. 2018. Brain abscess: All you need to know. https://www.medicalnewstoday.com/articles/185619#treatment. (Diakses pada 12 Oktober 2020)
- Wint, Carmella. 2018. Brain Abscess. https://www.healthline.com/health/brain-abscess. (Diakses pada 12 Oktober 2020)