Terbit: 8 February 2022 | Diperbarui: 9 June 2022
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Cooing adalah ocehan pertama bayi yang menjadi tahap awal dalam berkomunikasi. Tahap ini adalah perkembangan yang paling dinanti oleh setiap orang tua. Untuk itu, yuk, ketahui lebih lengkap tentang ocehan pertama bayi di bawah ini.

Cooing, Tahap Awal Perkembangan Kemampuan Bahasa Bayi

Apa itu Cooing?

Cooing adalah ocehan atau suara pertama yang dikeluarkan oleh bayi, yang menjadi tahap awal bayi mulai berbicara. Ocehan bayi biasanya berupa suara vokal, seperti ahh, tapi terkadang terdengar seperti suara berkumur.

Cooing adalah cara bayi menemukan suaranya dan memulai perkembangan bahasanya sebagai ekspresinya. Suara ocehan bayi adalah kombinasi suara tawa dan vokal dan biasanya memberi tahu orang tua bahwa bayi bahagia dan puas. Cooing biasanya melibatkan otot-otot mulut yang berbeda.

Dari usia nol hingga tiga bulan, bayi berkomunikasi melalui tangisan yang mengisyaratkan lapar atau tidak nyaman. Bayi mendesah dan mendesah dan mulai membuat suara yang membutuhkan kotak suara mereka untuk bergetar, seperti gurgle.

Kapan Bayi Mulai Cooing?

Biasanya, bayi mulai mengoceh atau mengeluarkan suara seperti berkumur ketika berusia dua bulan. Pada usia ini, bayi juga mulai merespons suara, tersenyum, dan meniru ekspresi wajah orang lain.

Seperti yang terjadi pada semua awal perkembangan suara, beberapa bayi mungkin membutuhkan lebih banyak waktu untuk mulai mengeluarkan suara, karena semua bayi berkembang dengan kecepatan yang berbeda. Namun, jika bayi tidak mengoceh setelah tiga bulan, konsultasikan dengan dokter anak.

Cooing Membantu Perkembangan Kemampuan Bayi

Ada perbedaan cooing dan babbling. Babbling adalah tahap lanjutan setelah cooing yang ditandai dengan bayi menggunakan suku kata berulang, misalnya “ma-ma.”

Ocehan pertama bayi dapat membantu beberapa hal, terutama bahasa untuk mengekspresikan perasaannya. Ocehan bayi juga dapat membantu orang tua menangkap bahasa bayi.

Berikut adalah beberapa cara ocehan membantu kemampuan bayi:

1. Pengembangan keterampilan

Jika bayi mulai bersuara, itu berarti bayi sedang mengembangkan keterampilan komunikasinya.

Ocehan adalah upaya bayi untuk menyuarakan kebutuhannya, seperti lapar atau mengantuk. Seiring berjalannya waktu, bayi akan mulai memahami suara yang lebih kompleks.

2. Memahami kebutuhan bayi

Cooing adalah cara bayi berekspresi untuk mengomunikasikan rasa sakit, kebahagiaan, rasa lapar, dan lainnya. Cara komunikasi akan memberi orang tua pengalaman langsung tentang reaksi bayi dan membantu membaca isyarat bayi dengan lebih baik.

3. Latihan mulut

Ocehan bayi melibatkan berbagai bagian mulut. Bayi mulai melatih berbicara melalui bibir, langit-langit mulut, dan lidah serta rahangnya dengan suara ocehan dan berkumur yang konstan.

4. Ikatan anak dengan orang tua

Suara ocehan membantu menimbulkan ikatan khusus antara bayi dan orang tua. Ketika Anda membuat suara dan gerakan tertentu, bayi akan mulai mengenali dan mencoba menirunya.

5. Perkembangan bahasa

Bahasa pertama yang diungkapkan anak, selain menangis, adalah mengoceh. Ocehan dapat membantu melatih vokal bayi dan mempersiapkan si kecil untuk belajar bahasa.

Baca Juga: Manfaat Bahasa Isyarat bagi Perkembangan Anak dan Cara Mempelajarinya

Cara Membantu Bayi untuk Mulai Cooing?

Tidak ada cara yang tepat untuk berbicara dengan bayi, tetapi apa yang orang tua bicarakan mungkin dapat membantu keterampilan bayu dalam berbicara. Pada dasarnya, bayi senang diajak bicara dan mendengarkan suara, serta menirukan suara.

Ini menjadi cara bayi belajar berbicara dan menggunakan keterampilan untuk pengembangan pra-bahasa seperti ekspresi wajah, meniru, gerak tubuh, dan kontak mata.

Berikut ini cara mendorong bayi untuk memulai cooing:

1. Berkomunikasi dengan bayi

Komunikasi sangat penting untuk perkembangan bahasa pada bayi. Bicaralah dengan bayi karena akan membantu untuk menanggapi suara orang tua.

Orang tua dapat menunjukkan mainan dan menjelaskannya pada bayi. Penggunaan kata-kata yang mudah dan berulang-ulang dalam percakapan sehari-hari dapat membantu anak mengartikan kata-kata dengan benda-benda.

2. Berbicara sesering mungkin

Bayi akan memahami kata-kata jauh sebelum ia mulai berbicara. Bunda, bicaralah dengan bayi dalam bahasa yang Anda gunakan sehari-hari, misalnya ketika sedang melakukan aktivitas di hadapan bayi.

Bayi suka meniru, jika Bunda menunjukkan kegembiraan, si kecil akan merespons dengan cara yang sama. Berbicaralah baik ketika memberinya makan atau mengajaknya jalan-jalan. Cobalah untuk menyentuh hidung, bibir, dan mata Bunda dan bantu bayi untuk menirukan.

3. Mengulangi suara bayi

Suara apa pun yang dikeluarkan bayi, cobalah untuk mengulanginya. Selalu bereaksi dengan antusias terhadap suara bayi. Nikmati percakapan dua arah ini, karena akan membuat bayi tahu bahwa Bunda ada untuk memenuhi kebutuhannya.

4. Bernyanyi untuk bayi

Biasanya anak mudah tertidur dengan lagu pengantar tidur yang dinyanyikan oleh orang tua. Jadi, lakukan hal yang sama pada bayi Anda agar melatihnya untuk cooing. Lihat reaksi bayi ketika Bunda bernyanyi untuknya si kecil.

Bayi mungkin mulai mengantuk dan secara bertahap tertidur lelap. Menariknya, memutar musik juga akan mendorong bayi untuk tidur.

5. Pertahankan kontak mata

Pastikan untuk selalu mempertahankan kontak mata dengan bayi untuk menarik perhatiannya. Bayi mulai memerhatikan objek dan wajah serta mengenali orang dari kejauhan sekitar usia dua bulan.

Kontak mata adalah bentuk komunikasi non-verbal yang bisa membantu bayi membangun fokus. mempertahankan kontak mata juga dapat membantu bayi membedakan antara Anda dan orang asing.

Baca Juga: Perkembangan Bayi 9 Bulan, Sudah Bisa Apa Saja Ya?

Kapan Harus Khawatir terhadap Suara Bayi?

Setiap bayi belajar berkomunikasi dengan kecepatan yang berbeda, jadi dalam hal mengeluarkan suara, ada berbagai hal yang dianggap normal.

Namun, jika bayi tidak meraung atau mengeluarkan suara di usia 4 bulan, sebaiknya membawa si kecil ke dokter anak. Tanda-tanda lain dari bayi yang harus diwaspadai orang tua, termasuk:

  • Tidak menanggapi suara keras.
  • Tidak melihat hal-hal saat mereka bergerak.
  • Tidak tersenyum pada orang lain.
  • Tidak meniru suara atau ekspresi wajah.
  • Tidak terlibat dalam percakapan dengan ocehan atau suara lain.

Jika anak mengalami salah satu atau lebih gangguan di atas, konsultasikan dengan dokter anak untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

 

  1. Garoo, Rohit. 2022. When Does A Baby Start To Coo And How To Encourage It?. https://www.momjunction.com/articles/newborn-baby-cooing-when-they-start-tips-to-encourage_00704028/. (Diakses pada 8 Februari 2022)
  2. Howland, Genevieve. 2021. When Do Babies Start Cooing? (Plus, How to Encourage This Cute Milestone). https://www.mamanatural.com/when-do-babies-start-cooing/. (Diakses pada 8 Februari 2022)
  3. Kumar, Karthik. 2021. What Is Cooing for a Baby?. https://www.medicinenet.com/what_is_cooing_for_a_baby/article.htm (Diakses pada 8 Februari 2022)
  4. Weiss, Kerry. 2021. When Do Babies Start Cooing?. https://www.whattoexpect.com/first-year/vowel-sounds/. (Diakses pada 8 Februari 2022)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi