Terbit: 11 March 2018 | Diperbarui: 30 August 2023
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Anda mungkin sudah sering mendengar istilah preeklampsia; tekanan darah tinggi yang bisa terjadi saat kehamilan yang disertai dengan ditemukannya protein pada urin. Ternyata, preeklampsia juga bisa terus terjadi bahkan setelah persalinan atau dikenal dengan postpartum preeklampsia. 

Kenali Gejala dan Bahaya Postpartum Preeklampsia

Apa Itu Postpartum Preeklampsia?

Postpartum preeklampsia merupakan kondisi langka yang muncul ketika wanita mengalami tekanan darah tinggi dan ada protein berlebihan pada urin setelah melahirkan. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah preeklampsia pasca persalinan.

Kondisi ini umumnya berlangsung dalam kurun waktu 48 jam setelah persalinan, tetapi tidak menutup kemungkinan bisa terjadi hingga 6 minggu setelah melahirkan. Apabila tidak mendapatkan penanganan yang tepat, preeklampsia pasca persalinan bisa menyebabkan stroke, kejang, atau komplikasi lainnya. 

Preeklampsia pasca persalinan berbeda dengan preeklampsia yang dialami ibu hamil saat hamil. Postpartum preeklampsia hanya terjadi setelah bayi lahir. Bahkan seorang wanita yang tidak pernah mengalami preeklampsia saat hamil, tetap bisa mengalami postpartum preeklampsia. 

Gejala Preeklampsia Pascapersalinan

Preeklampsia pascapersalinan sulit untuk dideteksi mandiri. Pasalnya, banyak wanita yang mengalami kondisi ini tetapi tidak menunjukkan gejala apapun selama kehamilan. Tidak hanya itu, Anda juga bisa saja tidak menyadari adanya masalah pada kesehatan selama fokus pada pemulihan setelah persalinan. 

Sebenarnya, gejala postpartum preeklampsia sama dengan gejala pada preeklampsia yang dialami saat hamil. Beberapa gejala yang dapat dirasakan, antara lain:

  • Tekanan darah tinggi (140/90 mm Hg atau lebih)
  • Sakit kepala hebat
  • Ada protein berlebih dalam urine (proteinuria)
  • Sakit pada perut bagian atas, umumnya di bawah tulang rusuk bagian kanan
  • Masalah pada penglihatan, kehilangan penglihatan sementara, pandangan kabur, atau sensitif terhadap cahaya. 
  • Mual dan muntah
  • Sesak napas
  • Penurunan jumlah urine.

Apabila Anda baru saja melahirkan dan mengalami satu atau beberapa gejala ini, segera lakukan pemeriksaan ke dokter. 

Baca JugaPersalinan ERACS, Operasi Sesar yang Tidak Sakit

Penyebab dan Faktor Risiko Preeklampsia Pascapersalinan

Hingga saat ini, belum diketahui penyebab pasti postpartum preeklampsia dan preeklampsia saat hamil. Pada kasus yang jarang, preeklampsia bisa saja tidak terdeteksi selama kehamilan. Kondisi ini kemudian terus berlangsung bahkan setelah persalinan. 

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko wanita mengalami preeklampsia pascapersalinan, antara lain:

  • Obesitas. Mengalami kelebihan berat badan sebelum maupun selama hamil.
  • Hamil anak kembar. Mengandung janin lebih dari satu.
  • Tekanan darah tinggi selama kehamilan. Ibu hamil yang mengalami tekanan darah tinggi setelah 20 minggu kehamilan.
  • Hipertensi sebelum hamil. Memiliki tekanan darah lebih tinggi dari angka normal, yaitu 120/80 mm Hg. 
  • Diabetes. Penderita diabetes tipe 1, tipe 2, atau diabetes gestasional.
  • Usia. Hamil di bawah usia 20 tahun atau lebih dari 40 tahun.

Cara Mengatasi Preeklampsia Pascapersalinan

Apabila Anda merasakan gejala preekalampsia pascapersalinan dalam kurun waktu beberapa jam setelah persalinan, biasanya dokter akan meminta pasien untuk tinggal lebih lama di rumah sakit dan menjalani beberapa pemeriksaan. 

Pemeriksaan kesehatan yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis postpartum preeklampsia, antara lain pemeriksaan darah dan pemeriksaan urine. Tes darah bertujuan untuk mengetahui fungsi hati, ginjal, serta jumlah trombosit, sementara itu tes urine dilakukan untuk melihat kandungan ada atau tidaknya kandungan protein dalam urine. 

Jika hasilnya menunjukkan Anda mengalami postpartum preeklampsia, dokter akan memberikan beberapa obat untuk mengatasi kondisi ini. Beberapa jenis obat yang umumnya diberikan, antara lain:

  • Antihipertensi. Berguna untuk menurunkan tekanan darah.
  • Pengencer darah (antikoagulan). Berguna untuk menurunkan risiko pembekuan darah. 
  • Mencegah kejang, seperti magnesium sulfat. Obat ini dapat mencegah kejang pada pasien portpartum preeklampsia yang mengalami gejala yang parah. 

Jenis obat-obatan yang diberikan ini umumnya aman dikonsumsi walaupun Anda menyusui bayi. 

Komplikasi Preeklampsia Pascapersalinan

Apabila tidak segera mendapatkan penanganan, preeklampsia setelah melahirkan dapat menyebabkan masalah kesehatan serius. Beberapa komplikasi kesehatan yang bisa muncul, antara lain:

  • Edema paru. Kondisi paru yang mengancam nyawa akibat penumpukan cairan dalam paru-paru.
  • Stroke. Terjadi saat suplai darah ke otak berkurang atau terhenti akibat penyumbatan pembuluh darah otak. Kondisi ini termasuk darurat medis dan perlu penanganan secepatnya.
  • Sindrom HELLP. HELLP merupakan singkatan dari Hemolysis, Elevated Liver Enzymes, dan Low Platelet Count. Kondisi ini ditandai dengan kerusakan sel darah merah dan hati, serta darah sulit membeku. Pasien yang mengalami ini memiliki peningkatan risiko kematian. 
  • Eklampsia pascapersalinan. Kondisi ini merupakan preeklampsia pascapersalinan dalam tingkat yang lebih parah, biasanya disertai dengan kejang. Pasien yang tidak diobati dapat mengalami kerusakan organ otak, hati serta ginjal, koma, bahkan kematian
  • Kerusakan otak, hati, dan ginjal permanen. Tekanan darah tinggi dapat memicu kerusakan bagian organ tersebut dan pada tingkat yang parah kerusakan akan terjadi secara permanen. 

Baca Juga8 Tips Memilih Rumah Sakit Terbaik untuk Persalinan agar Kelahiran Lancar

Mencegah Preeklampsia Pascapersalinan

Hingga saat ini belum diketahui langkah efektif untuk mencegah preeklampsia pascapersalinan. Namun, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko Anda mengalami postpartum preeklampsia, antara lain:

  • Menjaga berat badan tetap dalam rentang normal selama kehamilan
  • Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin
  • Memerhatikan asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh, pastikan semua nutrisi terpenuhi selama kehamilan. 

Setelah bayi Anda lahir, Anda pasti lebih fokus untuk memenuhi kebutuhannya. Sebenarnya, Anda juga perlu memerhatikan perasaan dan kondisi tubuh. Apabila merasakan gejala preeklampsia pascapersalinan, jangan tunda untuk melakukan pemeriksaan ke dokter. Semakin cepat ditangani, semakin rendah juga risiko komplikasinya. 

  1. Cleveland Clinic. 2022. Postpartum Preeclampsia. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17733-postpartum-preeclampsia. (Diakses pada 7 Juli 2023). 
  2. March of Dimes. 2022. Preeclampsia Can Also Happen After You’ve Given Birth. https://www.marchofdimes.org/find-support/blog/preeclampsia-can-also-happen-after-youve-given-birth. (Diakses pada 7 Juli 2023). 
  3. Mayo Clinic Staff. 2021. Postpartum Preeclampsia. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/postpartum-preeclampsia/symptoms-causes/syc-20376646. (Diakses pada 7 Juli 2023).
  4. WebMD Editorial Contributors. 2023. What Is Postpartum Preeclampsia? https://www.webmd.com/baby/what-is-postpartum-preeclampsia. (Diakses pada 7 Juli 2023). 


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi