Terbit: 8 August 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Anda sedang merencanakan anak kedua? Hal ini memang tidak mudah untuk diputuskan. Anda juga mungkin bingung menentukan jarak kelahiran yang tepat karena dapat memengaruhi dinamika keluarga. Simak ulasan tentang jarak kehamilan pada artikel berikut ini!

Berapa Lama Bisa Hamil Lagi Setelah Melahirkan? Ini Dia Jawabannya

Kapan Wanita Bisa Hamil Setelah Melahirkan?

Ketika akan merencanakan kehamilan selanjutnya setelah melahirkan, Anda perlu mengetahui waktu rahim kembali mengalami ovulasi. 

Pada umumnya, rahim perlu waktu untuk membersihkan diri dan menyiapkan ruang bagi janin. Oleh sebab itu, wanita yang sudah melahirkan tidak langsung mengalami ovulasi. 

Rahim membutuhkan waktu selama 6 minggu setelah melahirkan untuk mengalami ovulasi kembali. Namun, kondisi tubuh setiap wanita berbeda. Kondisi ini membuat waktu ovulasi setelah melahirkan sulit untuk diketahui.

Menstruasi pertama setelah persalinan menjadi tanda ibu sudah mengalami ovulasi. Hal ini juga menjadi tanda bahwa Anda sudah bisa hamil lagi setelah melahirkan.

Namun, Anda tidak lantas mengalami kehamilan jika melakukan hubungan intim setelah menstruasi pertama. Pasalnya, kehamilan berkaitan dengan kesuburan. Ada wanita yang bisa hamil segera setelah melahirkan, tetapi ada juga yang perlu waktu berbulan-bulan untuk hamil lagi setelah melahirkan.

Jika ingin merencanakan kehamilan setelah persalinan, Anda dapat melakukan konsultasi dengan dokter kandungan. 

Baca Juga7 Jenis Metode Melahirkan yang Perlu Ibu Hamil Ketahui

Menyusui Dapat Menunda Kehamilan

Memberikan ASI eksklusif memang bisa menjadi salah satu metode untuk mencegah kehamilan selanjutnya dalam waktu dekat. Saat menyusui, tubuh wanita akan memproduksi hormon yang mampu menunda kehamilan. 

Ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya dapat mengalami menstruasi pertama yang lebih cepat. Hal ini dapat meningkatkan peluang kehamilan segera setelah melahirkan. 

Namun, selama menyusui juga dapat terjadi kelelahan, stres, dan sakit. Semua faktor ini dapat menurunkan peluang kehamilan saat menyusui. 

JIka Anda tidak ingin memiliki anak selanjutnya dalam jarak waktu yang terlalu dekat dengan persalinan, maka Anda tidak bisa hanya mengandalkan kontrasepsi alami, berupa menyusui. 

Anda disarankan untuk tetap menggunakan alat kontrasepsi lain ketika berhubungan seksual terutama 9 minggu setelah melahirkan. Pada waktu ini, kehamilan tetap bisa terjadi jika tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun.

Jeda Waktu yang Tepat untuk Kembali Hamil Setelah Melahirkan

Bagi kebanyakan wanita, jeda waktu terbaik sebelum kehamilan berikutnya adalah 18 hingga 24 bulan setelah persalinan sebelumnya. Jarak waktu ini diperlukan untuk memulihkan tubuh ibu, mempersiapkan rahim untuk janin, dan mempersiapkan mental ibu agar terhindar dari post traumatic stress disorder (PTSD). Selain itu, jeda waktu ini juga dapat menurunkan risiko masalah pada kehamilan.

Jika jeda waktu kurang dari 6 bulan, maka akan terjadi kenaikan risiko masalah selama kehamilan, berupa:

  • Kelahiran prematur. Bayi lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu. Kelahiran pada usia ini dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan pada bayi.
  • Bayi lahir dengan berat badan rendah. Bayi tercatat memiliki berat badan kurang dari 2,5 kg saat pertama kali ditimbang pada 1 jam pertama kelahiran.
  • Bayi menderita cacat bawaan. Terjadi kelainan pada organ tubuh bayi ketika dilahirkan. Kondisi ini dapat memengaruhi bentuk fisik, perilaku, dan intelektual bayi di masa depan. 
  • Plasenta lepas dari dinding rahim. Disebut juga solusio plasenta, di mana terjadi pelepasan plasenta dari rahim. Kondisi ini bisa menyebabkan pendarahan dan kematian pada ibu dan janin. 
  • Pecah ketuban dini. Pecah ketuban dini menyebabkan proses persalinan perlu dilakukan dalam kurun waktu 24 jam. 

Di sisi lain, jarak kehamilan juga tidak disarankan terlalu panjang. Jarak kehamilan lebih dari 5 tahun atau kehamilan di atas usia 35 tahun juga dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan berupa preeklampsia.

Jika melihat dari sisi anak, jarak kelahiran yang terlalu lama dapat memengaruhi kondisi psikologis. Kondisi ini akan menyebabkan hubungan kakak adik yang tidak terlalu dekat. Selain itu, sang kakak memiliki potensi merasa cemburu atau benci kepada adik yang baru lahir karena merebut perhatian orang tua.

Namun, jika jarak kelahiran terlalu dekat, sang kakak menjadi kurang perhatian serta hubungan kakak adik menjadi lebih sering bertengkar.

Baca Juga15 Mitos Seputar Melahirkan yang Harus Diketahu oleh Ibu Hamil

Adakah Bahaya Jika Langsung Hamil Setelah Melahirkan?

Jeda waktu kehamilan berikutnya setelah persalinan ditetapkan bukan tanpa alasan yang jelas. Rentang waktu ini sudah ditetapkan berdasarkan fakta medis di mana kehamilan yang terlalu cepat setelah persalinan dapat meningkatkan risiko kesehatan. 

Beberapa bahaya yang dapat terjadi jika terlalu cepat hamil setelah persalinan, di antaranya adalah:

  • Kematian ibu. Kematian ibu setelah melahirkan umumnya disebabkan oleh komplikasi selama kehamilan yang tidak ditangani dengan tepat.
  • Bayi lahir mati. Janin mati dalam kandungan setelah usia kehamilan 20 minggu. 
  • Bayi lahir dengan berat badan rendah. Bayi yang lahir dengan berat badan terlalu rendah dapat meningkatkan risiko komplikasi karena tubuhnya yang kurang kuat. 
  • Keguguran. Janin mati dalam kandungan sebelum usia kehamilan 20 minggu. Kondisi umumnya terjadi pada trimester awal kehamilan.
  • Kelahiran prematur. Bayi yang lahir terlalu awal memiliki risiko masalah kesehatan, seperti asma dan masalah makan, yang lebih tinggi. 
  • Anemia pada ibu hamil. Kurang darah selama hamil dapat mengganggu asupan oksigen pada janin sehingga memengaruhi kesehatan ibu dan janin dalam kandungan. 
  • Masalah psikologis ibu. Kelahiran bayi akan mengubah kebiasaan dan ritme hidup ibu, sehingga tidak jarang menyebabkan stres. Jika jarak kelahiran terlalu dekat, ibu akan merasakan stres berlebihan karena harus menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mengurus anak.

Oleh sebab itu, penting untuk merencanakan kehamilan selanjutnya sesuai anjuran jeda waktu kehamilan yang ditetapkan oleh para ahli. 

Kehamilan setelah persalinan sebelumnya perlu direncanakan dengan matang. Tidak hanya memerhatikan kesiapan fisik, tetapi orang tua juga harus siap dengan perubahan dinamika dalam keluarga. Pastikan beri jeda 18 hingga 24 bulan untuk memastikan tubuh ibu siap untuk kehamilan selanjutnya. 

  1. Anonim. How Long Should You Wait Before Getting Pregnant Again? https://www.marchofdimes.org/find-support/topics/planning-baby/how-long-should-you-wait-getting-pregnant-again. (Diakses pada 9 Mei 2023).
  2. Grassullo, Stephanie. 2018. Here’s How Long You Should Really Wait Between Pregnancies, According to Research. https://www.thebump.com/news/how-long-wait-pregnancies. (Diakses pada 9 Mei 2023).
  3. Mayo Clinic Staff. 2022. Family Planning: Get The Facts About Pregnancy Spacing. https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/getting-pregnant/in-depth/family-planning/art-20044072. (Diakses pada 9 Mei 2023). 
  4. Motte, Paula. Are You Ready For Another One? https://www.babycenter.com/family/siblings/are-you-ready-for-another-one_7055. (Diakses pada 9 Mei 2023).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi