Terbit: 13 March 2019 | Diperbarui: 8 May 2023
Ditulis oleh: Mutia Isni Rahayu | Ditinjau oleh: Tim Dokter

KB IUD atau spiral adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang paling diminati. Selain praktis dan jangka panjang, IUD paling efektif untuk mencegah kehamilan. Namun, IUD juga memiliki efek samping. Kenali efek sampingnya berikut ini.

7 Efek Samping KB IUD dan Cara Mengatasinya

Apa Itu IUD?

Sebelum mengetahui efek samping KB spiral atau IUD, sebaiknya pahami lebih dulu apa itu KB IUD atau spiral. IUD (Intrauterine Device) atau spiral adalah perangkat berbentuk huruf T yang dipasang di dalam rahim sebagai alat kontrasepsi.

Secara umum, terdapat dua jenis IUD, yaitu IUD tembaga dan IUD hormonal. IUD tembaga dibungkus dengan sedikit tembaga dan dapat mencegah kehamilan hingga 12 tahun. Sedangkan IUD hormonal menggunakan hormon progestin untuk mencegah kehamilan. Waktu penggunaan IUD hormonal berbeda-beda sekitar 3-7 tahun.

Cara kerja kedua jenis IUD ini kurang lebih sama, yaitu dengan cara mengubah pergerakan sperma agar tidak dapat menuju sel telur, sehingga pembuahan tidak terjadi. Keunggulan IUD selain dapat bertahan selama bertahun-tahun adalah IUD tidak permanen.

Jika ingin merencanakan kehamilan, Anda dapat melepas IUD, efek IUD akan hilang ketika IUD dilepaskan.

Efek Samping KB IUD

KB IUD dapat dianggap sebagai KB yang cukup efektif dan efisien. Meskipun begitu, terdapat juga beberapa efek samping KB spiral atau IUD yang perlu Anda waspadai.

Berikut ini adalah efek samping KB IUD, di antaranya:

1. Rasa Sakit Ketika Pemasangan IUD

Efek samping KB spiral yang pertama adalah rasa sakit yang ditimbulkan ketiak IUD dipasangkan pada rahim. Beberapa jenis IUD juga dapat menyebabkan sakit kepala dan pendarahan. Selain rasa sakit ketika pemasangan, efek samping seperti kram dan sakit punggung juga dapat terjadi selama beberapa hari setelah pemasangan IUD.

Efek samping KB IUD yang satu ini tentunya adalah yang paling ringan dan akan hilang dalam waktu hitungan hari saja. Jika sakit berlanjut, segera konsultasikan kondisi tersebut pada dokter Anda.

2. Siklus Menstruasi Tidak Teratur

Efek samping KB IUD yang kedua adalah dapat menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur. Sebagian wanita merasakan siklus menstruasi yang lebih pendek dan sebagian lain justru merasakan siklus yang lebih panjang. Beberapa wanita bahkan tidak mengalami menstruasi sama sekali ketika menggunakan IUD.

Selain siklus menstruasi yang berubah, pendarahan atau keputihan tidak wajar juga dapat terjadi pada masa kurang lebih tiga bulan awal setelah IUD dipasang.

3. Gejala PMS yang Lebih Berat

Gejala PMS meliputi nyeri perut, sakit kepala, mual, nyeri payudara, hingga kulit berminyak dapat menjadi lebih berat ketika seseorang menggunakan IUD. Efek samping IUD seperti ini adalah hal wajar karena adanya perubahan hormon dan umumnya hanya terjadi pada bulan-bulan awal. Jika gejala sangat mengganggu, beri tahu dokter untuk mendapatkan penanganan.

4. Perforasi Uterus

Selanjutnya adalah efek samping KB IUD yang sebenarnya jarang, namun bisa saja terjadi. Perforasi uterus adalah kondisi di mana IUD menusuk dinding uterus. Kondisi ini dapat menyebabkan pendarahan hebat dan infeksi.

Posisi IUD harus segera diperbaiki, karena IUD dapat berpindah ke bagian lain area panggil dan dapat merusak organ lainnya. Pada sebagian kasus, pembedahan mungkin dibutuhkan untuk melepas IUD.

5. Penyakit Radang Panggul

Penyakit radang panggul juga bisa menjadi efek samping IUD, namun kasus ini juga relatif jarang terjadi. Penyakit radang panggul dapat terjadi apabila terdapat bakteri yang masuk ke dalam rahim ketika prosedur pemasangan IUD. Risiko penyakit ini juga dapat meningkat jika seseorang melakukan hubungan seksual berisiko selama masa 3 minggu setelah pemasangan IUD.

6. Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik adalah  kehamilan di luar rahim, umumnya terjadi di tuba fallopi juga menjadi efek samping dari KB IUD. Kehamilan ektopik dapat terjadi saat seseorang hamil saat masih menggunakan IUD.

Kondisi ini juga termasuk jarang terjadi, namun merupakan kondisi darurat medis yang harus segera diatasi agar tidak menyebabkan komplikasi.

7. Kista Ovarium

Beberapa jenis IUD juga menimbulkan efek samping berupa risiko terbentuknya kista ovarium. Kista ovarium dapat menyebabkan rasa nyeri dan tidak nyaman pada perut. Namun kista ovarium akibat pemasangan IUD biasanya dapat hilang dengan sendirinya dalam waktu 2-3 bulan. JIka rasa sakit dan tidak nyaman bertahan lama, segera konsultasikan dengan dokter.

Jenis KB IUD

IUD terbagi menjadi dua jenis, berikut di antaranya:

1. IUD Hormonal

Ada empat jenis IUD hormonal, yang masing-masingnya berbeda dalam durasi keefektifannya, jumlah total hormon per perangkat, dan ukuran IUD.

Namun, semuanya mengandung hormon yang sama–progestin yang disebut levonorgestrel. Levonorgestrel bekerja untuk mencegah kehamilan dengan cara berikut:

  • Menebalkan lendir serviks untuk mencegah sperma masuk ke dalam rahim.
  • Mencegah ovulasi saat sel telur dilepaskan.
  • Menipiskan lapisan rahim untuk mencegah implantasi.

2. IUD Non-Hormonal

IUD non-hormonal tidak mengandung levonorgestrel dan terbuat dari tembaga, yang diperkirakan dapat mencegah kehamilan dengan mengganggu pergerakan sperma dan mencegah implantasi. IUD yang terbuat tembaga atau disebut paragard adalah pilihan IUD non-hormonal.

Paragard bertahan hingga 12 tahun dan 99,9% efektif mencegah kehamilan. Karena tidak mengandung hormon, paragard tidak menghentikan haid.

Baca Juga: 14 Alat Kontrasepsi: Kelebihan dan Kekurangan (Lengkap)

Mengatasi Efek Samping KB IUD atau Spiral

Efek samping KB IUD atau spiral umumnya adalah efek samping sementara yang akan hilang dalam waktu beberapa bulan setelah pemasangan IUD. Jika Anda mengalami efek samping seperti demam, rasa sakit ketika berhubungan seks, pendarahan yang berat dan berlangsung cukup lama, keputihan tidak biasa, atau merasakan gejala kehamilan, segera konsultasikan ke dokter.

Sedangkan untuk mengatasi beberapa efek samping KB IUD yang umum dirasakan selama beberapa bulan pertama, berikut adalah beberapa hal yang dapat Anda lakukan:

  • Konsumsi obat penghilang rasa sakit seperti ibuprofen atau paracetamol (acetaminophen)  untuk mengatasi rasa sakit.
  • Kompres bagian panggul atau perut dengan benda hangat untuk mengatasi nyeri dan rasa tidak nyaman.
  • Menggunakan pakaian yang nyaman dan tidak ketat ketika pemasangan IUD dan juga hari-hari setelahnya.
  • Gunakan pembalut untuk menyerap pendarahan atau keputihan yang terjadi akibat pemasangan IUD.

Efek samping KB IUD mungkin akan membuat tidak nyaman pada awalnya, namun hal ini tentu setara dengan manfaat IUD yang dapat Anda rasakan hingga beberapa tahun ke depan. IUD sebenarnya merupakan prosedur yang relatif aman jika dijalani dengan prosedur yang benar.

Jika Anda mengalami efek samping tidak wajar atau mendapati alat IUD terlepas, hampir terlepas, atau Anda tidak dapat merasakan benang IUD Anda, segera konsultasikan ke dokter untuk memastikan kondisi IUD Anda.

 

  1. Anonim. Tanpa Tahun. IUD. https://www.plannedparenthood.org/learn/birth-control/iud (diakses pada 8 Mei 2023)
  2. Nall, Rachel. 2018. What are the side effects of an IUD? – https://www.medicalnewstoday.com/articles/322655.php (Diakses 8 Mei 2023)
  3. Stacey, Dawn. 2022. IUD Risks and Complications. https://www.verywellhealth.com/iud-risks-and-complications-906766 (Diakses pada 8 Mei 2023)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi