Terbit: 28 January 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Mendekati waktu persalinan adalah waktu yang tepat untuk mengambil cuti melahirkan dan menyelesaikan persiapan melahirkan. Apakah Anda sudah tahu kapan waktu yang tepat untuk cuti melahirkan? Simak jawabannya di sini!

Berapa Lama Waktu Cuti Melahirkan yang Ideal? Ini Jawabannya!

Waktu Cuti Melahirkan yang Biasanya Diberikan

Bekerja saat hamil memberikan banyak tantangan. Anda perlu beradaptasi dengan perubahan tubuh sambil memikirkan kesehatan janin dan diri sendiri serta menyelesaikan pekerjaan. 

Ketika usia kandungan sudah mendekati persalinan, ibu hamil akan diberikan waktu khusus untuk mempersiapkan persalinan serta memulihkan diri setelah persalinan. Waktu ini dikenal dengan cuti melahirkan. 

Di Indonesia, ketentuan cuti melahirkan diatur oleh pemerintah dan tertera pada UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 

Menurut undang-undang Ketenagakerjaan, ibu hamil yang bekerja berhak untuk menerima cuti melahirkan sebanyak 3 bulan tanpa kehilangan upah dan posisi pekerjaannya. Cuti melahirkan ini bisa diambil dalam waktu 1,5 bulan sebelum melahirkan dan 1,5 bulan setelah melahirkan. 

Namun, waktu pengambilan cuti ini tidaklah mutlak. Waktunya bisa disesuaikan dengan kesepakatan Anda dan kantor. Umumnya ibu hamil akan mengambil cuti melahirkan ketika usia kandungan menginjak 36-36 minggu atau mendekati hari perkiraan lahir (HPL). 

Pada beberapa kasus, dokter juga dapat menyarankan waktu untuk pengambilan cuti melahirkan jika ibu hamil memiliki kondisi atau gangguan kesehatan tertentu. Jika hal ini terjadi, Anda disarankan untuk mengikuti saran dokter. 

Baca Juga8 Tips Memilih Rumah Sakit Terbaik untuk Persalinan agar Kelahiran Lancar

Lama Cuti Melahirkan yang Ideal

Menurut World Health Organization (WHO) dan International Labour Organization (ILO), cuti melahirkan harus berlangsung selama setidaknya 18 minggu. 

Jika melihat dari sisi medis, durasi ini cukup untuk memulihkan diri setelah melahirkan, baik secara fisik maupun mental. 

Setelah persalinan, Anda perlu waktu untuk memulihkan fisik sebelum siap kembali bekerja. Jika dilihat dari sisi mental, setelah 18 minggu, Anda sudah melewati fase kritis untuk mengalami baby blues atau depresi pascamelahirkan

Namun, Anda juga perlu mempertimbangkan bahwa Si Kecil perlu mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupannya. Oleh sebab itu, akan lebih baik jika Anda bisa mengambil cuti melahirkan hingga 6 bulan. 

Saat bisa memberikan ASI secara langsung saat periode ASI eksklusif, maka ibu bisa menciptakan hubungan yang lebih erat dengan Si Kecil. 

Manfaat Mengambil Cuti Melahirkan untuk Ibu yang Bekerja

Beberapa manfaat cuti melahirkan yang perlu diketahui oleh para calon ibu, antara lain:

1. Memberikan Waktu untuk Istirahat

Kehamilan dan persalinan adalah waktu yang melelahkan bagi wanita. Tidak hanya menguras tenaga, tetapi mental pun bisa merasa lelah. 

Oleh sebab itu, cuti melahirkan dapat memberikan waktu istirahat sebelum melahirkan untuk mempersiapkan fisik dan mental. 

Setelah melahirkan, ibu harus memulihkan diri sambil mengurus bayi yang baru lahir. Kondisi ini juga dapat menyebabkan kelelahan mental dan fisik. Jika langsung bekerja, maka ibu yang baru melahirkan tidak punya waktu istirahat dan mengurus dirinya sendiri.

2. Terhindar dari Stres Berlebihan

Pekerjaan yang menumpuk akan memberikan tekanan pada ibu hamil sehingga lebih mudah stres. Kondisi stres saat hamil dapat memengaruhi kehamilan.

Selain itu, tumpukan pekerjaan di kantor dan kewajiban mengurus Si Kecil saat tiba di rumah bisa memberikan beban yang berlebihan bagi fisik dan mental sehingga ibu yang baru melahirkan rentan mengalami stres berat. 

Oleh sebab itu, mengambil cuti sebelum dan setelah melahirkan mampu menurunkan risiko stres berlebihan pada ibu hamil. 

3. Memberikan Waktu untuk Beradaptasi dengan Peran Baru

Kehadiran anak mau tidak mau akan mengubah peran wanita, baik menjadi ibu atau menjadi ibu anak dua. Para wanita tentu perlu waktu untuk beradaptasi dengan peran dan tanggun jawab barunya.

Waktu cuti melahirkan bisa memberikan waktu bagi Anda untuk fokus beradaptasi dan mempelajari peran baru. Hal ini juga dapat menurunkan risiko depresi pascamelahirkan. 

4. Mampu Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental Ibu

Pada trimester ketiga kehamilan, Anda pasti cenderung lebih mudah merasa lelah. Hal ini disebabkan oleh ukuran janin yang bertambah besar sehingga beratnya juga bertambah. Belum lagi, Anda akan semakin kesulitan untuk tidur pada malam hari. 

Kondisi ini akan menyebabkan Anda kelelahan baik fisik maupun mental. Mengambil cuti melahirkan membuat Anda bisa memiliki waktu lebih banyak untuk istirahat dan fokus pada persiapan persalinan tanpa diganggu oleh tanggung jawab pekerjaan.

Baca JugaJenis Pemeriksaan yang Perlu Dilakukan Setelah Melahirkan

Dampak Negatif Cuti Melahirkan yang Terlalu Singkat

Penelitian menyatakan bahwa durasi cuti melahirkan memiliki kaitan dengan risiko kematian pada bayi yang baru lahir. Dalam penelitian tersebut, disebutkan bahwa durasi cuti melahirkan yang lebih lama dapat menurunkan angka kematian bayi dan mampu mendukung kesehatan ibu dan anak.

Jika Anda cuti melahirkan dalam waktu yang sebentar, maka Anda tidak boleh mengabaikan kesehatan. 

Pasalnya, ketika bekerja, Anda akan lebih fokus dengan pekerjaan dan tidak jarang banyak mobilitas yang dilakukan di luar kantor. Kondisi ini dapat menyebabkan tubuh kelelahan, stamina menurun, dan mudah sakit. 

Jika kelelahan fisik terus dibiarkan, maka Anda mungkin akan mengalami komplikasi kehamilan, seperti preeklampsia, pendarahan, dan anemia. 

Apabila Anda harus kembali bekerja segera setelah melahirkan, maka Anda juga perlu memastikan waktu istirahat cukup. Pasalnya, produksi ASI dipengaruhi oleh kondisi kesehatan fisik dan mental ibu. 

Istirahat yang cukup serta kemampuan mengelola stres yang baik dapat membuat sesi menyusui menjadi lebih lancar dan proses pemulihan tubuh setelah melahirkan menjadi lebih baik.

Selain itu, kembali bekerja segera setelah melahirkan dapat meningkatkan risiko ibu untuk mengalami depresi pascamelahirkan. Kondisi ini disebabkan oleh kelelahan mental akibat belum bisa beradaptasi dengan peran baru sebagai ibu. 

Anda perlu membagi tugas dengan suami untuk mengurus Si Kecil, konsumsi makanan sehat, olahraga ringan, serta menghabiskan waktu dengan si kecil. 

Cuti melahirkan menjadi hal yang penting bagi ibu yang bekerja. Oleh sebab itu, Anda perlu merencanakan waktu cuti dan melakukan diskusi dengan atasan di kantor. 

Melakukan perencanaan yang matang dapat membuat waktu cuti menjadi lebih efektif dan Anda bisa pulih sebelum kembali bekerja setelah melahirkan. 

  1. Booth, Jessica. 2023. How Maternity Leave Affects Your Health. https://www.forbes.com/health/family/how-maternity-leave-affects-health/. (Diakses pada 25 Mei 2023).
  2. Gordon, Sherri. 2020. What to Do When Your Maternity Leave Is Too Short. https://www.verywellfamily.com/what-to-do-when-maternity-leave-is-too-short-4783537. (Diakses pada 25 Mei 2023).
  3. Longman, Haley. 2022. Maternity Leave: Here’s What You Need To Know. https://www.babycenter.com/pregnancy/your-life/maternity-leave-the-basics_449. (Diakses pada 25 Mei 2023). 
  4. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2023. Perppu Cipta Kerja Disahkan, Peraturan Cuti Haid dan Melahirkan Pekerja Wanita Tidak Memiliki Payung Hukum. https://www.umy.ac.id/perppu-cipta-kerja-disahkan-peraturan-cuti-haid-dan-melahirkan-pekerja-wanita-tidak-memiliki-payung-hukum. (Diakses pada 25 Mei 2023).
  5. WHO. Maternity Protection: Compliance With International Labour Standards. https://www.who.int/data/nutrition/nlis/info/maternity-protection-compliance-with-international-labour-standards. (Diakses pada 25 Mei 2023).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi