Kehamilan menjadi salah satu hal yang diinginkan hampir sebagian besar pasangan. Namun, bagaimana dengan wanita yang mengidap endometriosis? Apakah wanita yang menderita penyakit endometriosis bisa hamil? Jika iya, bagaimana caranya? Yuk, simak pembahasan mengenai endometriosis dan cara agar pengidap endometriosis bisa hamil di artikel ini!
Apa itu Endometriosis?
Endometriosis merupakan kondisi ketika endometrium (jaringan yang melapisi dinding rahim) bisa tumbuh di luar dinding rahim. Kondisi endometrium bisa tumbuh di lapisan dalam perut (peritoneum), indung telur (ovarium), vagina, usus atau saluran kemih.
Sebelum memasuki fase menstruasi, endometrium umumnya akan mengalami penebalan untuk menjadi tempat menempelnya sel-sel telur yang sudah dibuahi. Apabila sel telur ini tidak dibuahi, maka endometrium akan meluruh, lalu keluar dari tubuh sebagai darah menstruasi.
Sedangkan pada wanita yang menderita penyakit endometriosis, jaringan dinding rahim ini tumbuh di luar rahim dan akan meluruh saat Anda haid. Yang membedakan, jaringan yang meluruh ini tidak bisa keluar lewat vagina seperti jaringan normal yang terdapat di rahim sehingga sisa-sisa dari endometrium itu akan tetap mengendap di sekitar organ reproduksi.
Apabila hal itu terus terjadi, maka bisa menyebabkan terjadi peradangan, jaringan parut, kista, dan menimbulkan gangguan. Sampai saat ini, penyebab pasti dari masalah reproduksi satu ini masih belum diketahui secara pasti.
Baca Juga: Apakah Laki-laki Transgender Bisa Hamil? Ini Faktanya!
Cara Agar Penderita Endometriosis Bisa Hamil
Walau endometriosis terjadi pada sistem reproduksi, namun bukan berarti Anda tidak bisa hamil. Agar penderita endometriosis bisa hamil, berikut ini beberapa cara yang bisa Anda lakukan:
1. Fertilisasi In-Vitro
Melakukan fertilisasi in-vitro atau bayi tabung dapat menjadi salah satu cara yang bisa dilakukan penderita endometriosis agar bisa hamil. Cara satu ini dilakukan dengan mempertemukan antara sel telur dengan sperma di luar tubuh. Setelah itu, sel telur dibiarkan untuk berkembang sehingga menjadi embrio. Kemudian, embrio yang sudah terbentuk akan ditanamkan kembali pada rahim sambil terus dipantau perkembangannya.
Berdasarkan studi yang terbit di Medical Journal of Indonesia mengungkapkan bahwa pasien endometriosis yang menjalani bayi tabung memiliki peluang sebesar 50% untuk bisa hamil ketika tiga embrio ditanamkan ke dalam rahim.
2. Operasi
Cara berikutnya yang bisa dilakukan penderita endometrium untuk bisa hamil adalah melakukan operasi pengangkatan lesi endometrium. Operasi ini bisa membantu mengatasi rasa nyeri sekaligus meningkatkan peluang Anda untuk hamil.
Apabila Anda ingin melakukan operasi, salah satu yang bisa dilakukan adalah laparoskopi. Operasi ini akan dilakukan dokter dengan menciptakan sayatan kecil di bagian pusat. Setelah itu, memasukkan alat berbentuk tabung tipis yang dinamakan laparoskop. Alat ini bisa membantu mengangkat lesi.
Jika Anda ingin melakukan operasi lesi endometrium, sebaiknya tidak melakukan secara berulang. Hal tersebut bisa mengakibatkan pembentukan jaringan baru di organ reproduksi. Apabila terjadi, maka bisa menimbulkan masalah baru. Oleh karena itu, sebelum Anda operasi sebaiknya lakukan konsultasi dengan dokter.
Baca Juga: 5 Macam Program Hamil yang Efektif untuk Punya Anak
Risiko Kehamilan dengan Endometriosis
Walau penderita endometriosis memiliki kemungkinan untuk hamil, namun kehamilannya bisa berisiko. Berikut ini risiko kehamilan pada penderita endometriosis:
1. Keguguran
Pengidap endometriosis bisa memiliki risiko keguguran hingga 20% dibandingkan dengan wanita yang tidak menderita penyakit ini. Apabila Anda mengalami beberapa gejala seperti kram, perdarahan, dan nyeri punggung ketika usia kandungan kurang dari 12 bulan, ada baiknya segera hubungi dokter kandungan Anda.
2. Kelahiran secara Prematur
Selain keguguran, risiko penderita endometriosis berikutnya adalah melahirkan bayi secara prematur. Wanita yang mengidap endometriosis memiliki peluang sekitar 1,5 kali lebih besar untuk bisa melahirkan bayi kurang dari 37 minggu.
Jika muncul gejala seperti tekanan dari tulang panggul, keluar flek, dan kontraksi sebaiknya segera temui dokter dan fasilitas kesehatan terdekat.
3. Plasenta Previa
Kondisi plasenta previa terjadi ketika air-ari atau plasenta tidak berada di atas, tapi berada di bagian bawah rahami. Apabila hal ini terjadi maka bisa meningkatkan risiko ari-ari pecah ketika melahirkan sehingga mengakibatkan perdarahan yang bisa membahayakan bayi atau ibunya.
Nah, itulah pembahasan mengenai endometriosis dan kehamilan. Walau penderita endometriosis memiliki peluang dan risiko kehamilan yang besar, namun Anda masih punya harapan untuk mendapatkan buah hati selama tetap menjaga kesehatan ketika hamil.
Misalnya menerapkan gaya hidup sehat, konsumsi makanan bergizi seimbang, dan mendapatkan waktu istirahat yang cukup, serta rutin konsultasi dengan dokter kandungan selama masa kehamilan.
- Anonim. Endometriosis. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/endometriosis/symptoms-causes/syc-20354656. (Diakses pada 19 April 2023).
- Mohamed, Abdul. 2021. Endometriosis. https://www.healthline.com/health/endometriosis. (Diakses pada 19 April 2023).
- Nall, Rachel. 2023. Getting Pregnant With Endometriosis: Is It Possible?. https://www.healthline.com/health/pregnancy/getting-pregnant-with-endometriosis#see-your-doctor5. (Diakses pada 19 April 2023).
- Colino, Stacey. 2020. Endometriosis and Pregnancy: 7 Essential Facts. https://www.everydayhealth.com/womens-health/making-pregnancy-possible-with-endometriosis.aspx. (Diakses pada 19 April 2023).