Terbit: 27 April 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Memiliki hasrat untuk berhubungan seksual merupakan hal yang wajar dan termasuk dalam kebutuhan biologis manusia. Namun, jika keinginan berhubungan seksual muncul secara terus menerus, kondisi ini termasuk tidak normal dan dikenal dengan nymphomania.

Mengenal Nymphomania, Perilaku Hiperseksual yang Membahayakan

Apa Itu Nymphomania

Nymphomania merupakan isitlah yang muncul pada abad ke-19. Istilah ini digunakan untuk mendeskripsikan perilaku hiperseksual pada wanita. Pada masa itu, masyarakat menganggap perempuan yang memiliki hasrat untuk berhubungan seksual merupakan anak nakal. 

Seiring berjalannya waktu, penelitian telah mengubah banyak hal tentang perilaku hiperseksual pada wanita dan istilah nymphomania. 

Sekarang, istilah nymphomania digunakan untuk mendeskripsikan hypersexuality disorder, compulsive sexual behavior, atau adiksi terhadap aktivitas seksual. Kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja, baik pria maupun wanita. 

Gejala Nymphomania

Secara umum, nymphomania ditandai dengan fantasi seksual, keinginan berhubungan seksual, serta perilaku seksual yang berlebihan, termasuk perilaku impulsif untuk berhubungan seksual. Frekuensi keinginan yang muncul bisa beragam tergantung pada tingkat keparahannya.

Beberapa gejala yang dialami oleh penderita nymphomania, antara lain;

  • Obsesi untuk melakukan hubungan seksual
  • Perilaku berulang yang tidak terkendali (kompulsif)
  • Merasa sulit untuk konsentrasi
  • Kecemasan
  • Depresi
  • Merasa bersalah
  • Perasaan malu atau merasa kurang pada diri sendiri
  • Memikirkan fantasi seksual sebagai cara untuk melarikan diri dari situasi yang membuat stres
  • Memiliki banyak pasangan seksual
  • Tetap melakukan aktivitas seksual sekalipun berbahaya atau membahayakan orang lain.

Karakteristik ini bisa saja membahayakan dan mengancam jiwa. Selain itu, perilaku ini juga memengaruhi kualitas hidup penderitanya secara signifikan. Pada kasus yang parah, seseorang yang mengalami nymphomania bisa memiliki keinginan untuk bunuh diri. 

Baca JugaGairah Seksual Wanita Meningkat Saat Hamil, Normalkah?

Penyebab Nymphomania

Hingga saat ini, belum diketahui penyebab pasti dari nymphomania. Setiap individu yang mengalami kondisi ini memiliki cerita yang unik. 

Namun, penelitian sudah menemukan beberapa faktor yang mungkin berkontribusi pada perilaku nymphomania, antara lain:

  • Trauma, termasuk kekerasan seksual
  • Kejadian dalam hidup yang memberikan tekanan 
  • Senyawa kimia dalam otak (neurotransmitter) tidak seimbang
  • Penyakit parkinson
  • Lingkungan

Tidak hanya itu, nymphomania juga dapat disebabkan oleh cedera, penyakit, atau gangguan otak. Kondisi ini dapat menyebabkan perubahan fokus pada otak, sehingga fokus dalam perilaku dan kepribadian juga ikut berubah seusai kerusakan saraf yang dialami.

Cara Menangani Nymphomania

Faktanya, nymphomania dan perilaku seksual lain termasuk dalam penyakit nyata dan serius. Perilaku ini dapat meningkatkan risiko paparan penyakit menular seksual pada penderitanya. 

Hingga saat ini, belum ada obat yang mampu menyembuhkan nymphomania. Namun, psikiater dan psikolog bisa memberikan beberapa jenis perawatan terhadap penderita nymphomania. Perawatan ini dilakukan agar tidak mengganggu berbagai aspek kehidupan individu. 

Jenis perawatan yang dapat dilakukan, antara lain:

1. Perawatan Mandiri

Nymphomania merupakan kondisi yang perlu ditangani oleh tenaga ahli. Langkah perawatan yang diberikan umumnya tergantung pada tingkat keparahan kondisi setiap individu. 

Tidak hanya melalui sesi konseling dengan psikiater atau psikolog, penanganan nymphomania juga perlu peran aktif dari pasien. 

Beberapa aktivitas umumnya disarankan oleh tenaga ahli terhadap orang yang menderita nymphomania, antara lain:

  • Meningkatkan aktivitas sosial
  • Tidur cukup dan banyak istirahat
  • Mendekatkan hubungan dengan teman dan keluarga untuk mendapatkan dukungan
  • Berpartisipasi aktif dalam kelompok pendukung
  • Menjalani pola hidup sehat dengan rajin olahraga, pola makan gizi seimbang, serta cukup istirahat. 

2. Perawatan Medis

Pada kondisi yang lebih parah, penderita nymphomania bisa mendapatkan perawatan psikoterapi serta pengobatan sekaligus.

Beberapa obat yang dapat diberikan mencakup obat anticemas, antidepresan, serta antipsikotik. 

Pasien juga akan menerima terapi perilaku kognitif. Terapi ini bertujuan untuk membantu penderita nymphomania untuk mengatasi pemicunya. Selain itu, terapi keluarga atau sosial serta konseling juga dilakukan untuk membantu kondisi nymphomania menjadi lebih baik.

Nymphomania merupakan isitlah yang digunakan untuk perilaku hiperseksual, baik pada pria maupun wanita. Kondisi ini perlu ditangani oleh tenaga profesional karena bisa mengganggu aktivitas sehari-hari serta meningkatkan risiko infeksi penyakit menular seksual. 

Jika Anda mengalami gejala yang disebutkan, jangan ragu untuk melakukan konsultasi dengan psikolog atau psikiater.

Hartselle, Stephanie. 2023. What Is a Nymphomaniac? https://www.verywellhealth.com/nymphomania-5209598. (Diakses pada 16 Agustus 2023). 


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi