Terbit: 26 February 2018 | Diperbarui: 29 December 2023
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Makan daging kambing dipercaya tingkatkan gairah seks pria untuk berhubungan seksual. Namun, benarkah anggapan demikian? Lebih lanjut siamak dalam ulasan di bawah ini!

Benarkah Makan Daging Kambing Tingkatkan Gairah Seksual Pria

Benarkah Daging Kambing Tingkatkan Gairah Seks Pria?

Banyak orang menganggap – terutama pria – bahwa daging kambing dipercaya sejak dahulu sebagai makanan afrodisiak. Daging kambing dianggap dapat memicu peningkatan tekanan darah sehingga bisa membuat tubuh semakin “panas”.

Efek menggebu-gebu tersebut diyakini berasal dari senyawa L-arginine pada daging kambing. L-arginine adalah asam amino yang berfungsi melebarkan pembuluh darah.

Pembuluh darah yang melebar mampu melancarkan aliran darah secara tidak langsung meningkatkan libido pria. Peningkatan aliran darah segar dari jantung ke testis memang dapat membantu memicu produksi hormon testosteron.

Selain itu, konsumsi zat besi yang terkandung dalam daging merah juga dipercaya bisa membantu meningkatkan produksi testosteron.

Namun, ada beberapa hal yang perlu diluruskan terlebih dahulu terkait daging kambing. Satu kali makan daging kambing tak lantas dapat membuat tekanan darah meningkat. Peningkatan tekanan darah setelah mengonsumsi daging kambing bahkan lebih kecil dibandingkan daging sapi atau ayam.

Hal tersebut dikarenakan kandungan lemak total (termasuk lemak jenuh) dan kolesterol dalam daging kambing jauh lebih rendah dibandingkan kedua makanan tersebut.

Kandungan lemak total dan kolesterol pada daging kambing masih lebih sedikit dibandingkan daging domba. Kandungan zat besi dalam seporsi daging kambing tidak serta merta mampu meningkatkan gairah seksual pria segera setelah mengonsumsinya.

Singkatnya, belum banyak penelitian ilmiah yang membuktikan bahwa makan daging kambing dapat meningkatkan libido pria dalam berhubungan seksual.

Baca Juga: 10 Makanan yang Efektif untuk Meningkatkan Libido

Kandungan Daging Kambing yang Bermanfaat

Daging kambing mengandung senyawa asam amino bernama L-arginin. Protein ini bekerja dengan melebarkan pembuluh darah pada tubuh. Pria yang mengonsumsi ini akan memiliki peredaran yang lancar ke berbagai organ tubuh termasuk area penis dan testis. Peredaran darah ini menyebabkan pria jadi mudah ereksi karena kadar testosteronnya tinggi.

Daging kambing juga mengandung protein yang bermanfaat untuk pembentukan otot khususnya untuk pria yang sedang menjalani program pembesaran otot. Lebih lanjut, daging kambing juga mengandung lemak dan kolesterol yang bermanfaat. Bukan yang menyebabkan naiknya tekanan darah.

Cara Konsumsi Daging Kambing

Selama ini kita selalu menganggap daging kambing sebagai salah satu penyebab naiknya kolesterol pada tubuh. Sebenarnya kandungan kolesterol pada kambing cukup kecil, bahkan di bawah daging ayam atau telur. Yang menyebabkan seseorang langsung kumat kolesterolnya adalah cara memasak dari daging kambing itu sendiri.

Daging kambing yang dimasak menjadi gulal penuh lemak tentu lebih berbahaya ketimbang dimasak menjadi sup yang tidak bersantan.

Lebih lanjut, penggunaan lemak jenuh saat memasak membuat daging kambing jadi tidak sehat dan kalau terus dikonsumsi bisa mengganggu kesehatan.

Kalau Anda ingin mengonsumsi daging kambing, tidak perlu takut. Konsumsi dalam jumlah yang cukup, jangan berlebihan. Lebih lanjut, apakah daging kambing meningkatkan gairah seksual pada pria, jawabannya ya meski tidak langsung membuat libido meningkat dan performa seksualitas pria menjadi lebih baik.

Baca Juga: 10 Penyebab Gairah Seks Menurun pada Pria

Efek Buruk Terlalu Banyak Makan Daging Kambing

Meski dipercaya dapat membantu meningkatkan libido pria, Anda tetap tidak disarankan makan daging kambing dalam porsi yang terlalu banyak.

Daging kambing memang bukan penyebab langsung hipertensi dan kolesterol tinggi. Dampak buruk ini sebenarnya berasal dari cara memasak yang salah.

Olahan daging kambing biasanya digoreng sebelum diolah lebih lanjut, atau dipanggang dan dibakar sebagai sate dan kambing guling.

Memasak dengan cara digoreng, dibakar, atau dipanggang akan meningkatkan kalori makanan dibandingkan versi mentahnya. Ditambah lagi, mengolah daging dengan cara tersebut sering kali membutuhkan banyak minyak goreng, mentega, atau margarin yang akan berubah menjadi lemak dan diserap cukup banyak oleh daging.

Suhu panas saat menggoreng atau memanggang membuat kandungan air pada makanan menguap, dan digantikan posisinya dengan lemak dari minyak.

Lemak yang terserap ke dalam daging kemudian menyebabkan makanan yang tadinya rendah kalori menjadi tinggi kalori. Bahkan, peningkatan kalori dari ketiga cara memasak ini bisa berkali-kali lipat lebih tinggi dibandingkan kalori awal.

Asupan kalori yang tinggi dalam tubuh akan diubah menjadi lemak yang seiring waktu menumpuk di pembuluh darah sehingga meningkatkan tekanan darah.

Selain itu, penggunaan penyedap rasa saat memasak juga secara tidak langsung menyebabkan tekanan darah tinggi setelah makan daging kambing. Apalagi jika dimasukkan berkali-kali untuk menyesuaikan rasanya.

Makan daging kambing boleh saja, namun konsumsi secukupnya saja dan dimasak dengan cara yang sehat. Pastikan Anda juga menyeimbangkan nutrisi saat mengonsumsi daging kambing.

Jangan hanya makan daging dan nasi misalnya. Perbanyak makan buah dan sayur yang kaya serat, vitamin, dan mineral untuk menyeimbangkan efek kolesterol dan meningkatkan tensinya.

 

  1. Anonim. Tanpa Tahun. Is it true that eating goat meat can increase male sexual arousal?. https://med-mash.ru/sex-romance/is-it-true-that-eating-goat-meat-can-increase-male-sexual-arousal-9021 (Diakses pada 28 Desember 2023)
  2. Anonim. 2020. Can Goat Really Boost Libido? This is an expert word. https://newsbeezer.com/indonesiaeng/can-goat-really-boost-libido-this-is-an-expert-word/ (Diakses pada 28 Desember 2023)
  3. Hallal, Fatima. 2022. Is Goat Meat Healthy? All You Need to Know. https://www.healthline.com/nutrition/goat-meat-benefits (Diakses pada 28 Desember 2023)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi