Terbit: 5 July 2021
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Vaksin Sinovac adalah salah satu vaksin yang saat ini digunakan di Indonesia untuk membantu mencegah penyebaran virus Corona (COVID-19). Vaksin yang juga dikenal dengan nama CoronaVac ini telah mendapatkan izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI. Selain aman diberikan pada usia 18-59 tahun dan lansia, vaksin Sinovac Indonesia juga disetujui diberikan pada anak usia 12-17 tahun.

Vaksin Sinovac: Manfaat, Dosis, Keamanan, Efek Samping, dll

Apakah Vaksin Sinovac Aman?

Mengacu panduan dari World Health Organization (WHO) dalam pemberian persetujuan EUA (Emergency Use Authorization) untuk CoronaVac, yaitu memiliki minimal data hasil pemantauan keamanan dan khasiat/efikasi selama 3 bulan pada uji klinik fase 3 dengan efikasi vaksin minimal 50%, maka vaksin ini memenuhi persyaratan untuk penggunaan darurat.

Selain itu, pengambilan keputusan didasarkan pada rekomendasi yang diterima oleh Badan POM berupa hasil pembahasan yang dirumuskan dalam rapat pleno dari Anggota Komite Nasional (Komnas) Penilai Obat, Tim Ahli dalam bidang Imunologi, Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), dan Ahli Epidemiologi.

Pengambilan keputusan ini dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi yang komprehensif terhadap data dukung dan bukti ilmiah yang menunjang aspek keamanan, khasiat dan mutu dari vaksin.

Apakah vaksin Sinovac aman? Berdasarkan uji coba fase 3 besar di Brasil menunjukkan bahwa dua dosis, yang diberikan dengan selang waktu 14 hari, memiliki kemanjuran 51% terhadap infeksi virus Corona yang bergejala, 100% terhadap COVID-19 yang parah, dan 100% terhadap pasien rawat inap mulai 14 hari setelah menerima dosis kedua.

Perlu diketahui, vaksin Sinovac menggunakan virus yang tidak aktif untuk menciptakan kekebalan. Namun, alih-alih adenovirus, vaksin ini menggunakan partikel virus SARS-CoV-2 yang tidak aktif yang menyebabkan COVID-19. Partikel virus digabungkan dengan materi lain untuk memasukkan potongan-potongan kecil virus yang tidak berbahaya ke dalam tubuh. Hal ini membuat sistem kekebalan dapat menggunakan informasi ini untuk merancang pertahanan, membuatnya lebih siap untuk melawan virus hidup.

Saat vaksin dibuat dari virus yang tidak aktif, ini berarti bagian dari virus yang menyebabkan penyakit dihancurkan, tetapi informasi genetik dasarnya tetap ada. Ketika disuntikkan sebagai vaksin, virus yang tidak aktif akan melatih sistem kekebalan tubuh untuk melawan penyakit yang ditimbulkannya, tetapi tidak membuat Anda sakit.

 

Efek Samping Vaksin Sinovac

Efek samping dari banyak vaksin yang saat ini tersedia untuk COVID-19 hampir serupa, yaitu rasa sakit dan nyeri di area tempat suntikan.  Dalam banyak kasus, reaksinya ringan dan sembuh dalam 2 hari. Efek samping vaksinasi disebut sebagai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). KIPI ada yang ringan dan ada yang berat, serta dapat berlangsung sampai maksimal 30 hari sejak vaksinasi dilakukan. 

Sementara saat uji coba fase 1, seseorang yang mendapatkan vaksin ini mengembangkan reaksi alergi pada kulit dengan bekas luka, akan tetapi saat diobati dengan antihistamin dan steroid, kondisi membaik dalam 3 hari.

Sedangkan reaksi sistemik yang memengaruhi lebih dari sekadar rasa sakit dan nyeri di tempat suntikan, antara lain:

  • Kelelahan.
  • Diare.
  • Kelemahan otot.

Meski begitu, gejala-gejala di atas dilaporkan memiliki efek samping yang ringan dan hanya berlangsung selama 2 hari. Selain itu, sebuah studi juga melaporkan bahwa seseorang yang mendapatkan CoronaVac mengalami demam yang lebih rendah dibandingkan dengan vaksin berbasis mRNA lainnya.

Bolehkah Ibu Hamil Mendapatkan Vaksin Sinovac?

Data yang tersedia saat ini tentang CoronaVac untuk wanita hamil tidak cukup untuk menilai kemanjuran vaksin atau kemungkinan risiko terkait vaksin pada kehamilan. Namun, vaksin ini merupakan vaksin inaktif dengan adjuvant yang umum digunakan pada banyak vaksin lain dengan profil keamanan yang terdokumentasi dengan baik, seperti vaksin Hepatitis B dan Tetanus, termasuk pada wanita hamil.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi keamanan dan imunogenisitas CoronaVac pada wanita hamil. Untuk sementara, WHO merekomendasikan penggunaan vaksin ini pada wanita hamil ketika manfaatnya lebih besar daripada risikonya.

 

Siapa yang Dianjurkan Mendapatkan Vaksin Sinovac?

Vaksinasi direkomendasikan untuk orang dengan penyakit penyerta yang telah diidentifikasi meningkatkan risiko COVID-19 yang parah, termasuk obesitas, penyakit kardiovaskular, dan penyakit pernapasan.

Vaksin juga dapat diberikan pada orang yang pernah menderita COVID-19 di masa lalu. Data yang tersedia menunjukkan bahwa reinfeksi simptomatik tidak mungkin terjadi pada orang-orang ini hingga 6 bulan setelah infeksi alami.

WHO merekomendasikan penggunaan vaksin Sinovac pada wanita menyusui seperti pada orang dewasa lainnya. Selain itu, WHO tidak merekomendasikan penghentian menyusui setelah vaksinasi.

Seseorang yang memiliki penyakit human immunodeficiency virus (HIV) atau gangguan dengan sistem kekebalan tubuh lainnya merupakan kelompok yang direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin. Orang yang memiliki keadaan ini memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit COVID-19 yang parah.

Siapa yang Tidak Dianjurkan Mendapatkan Vaksin Sinovac?

Individu dengan riwayat anafilaksis terhadap komponen vaksin apa pun tidak boleh mendapatkan vaksin. Selain itu, seseorang yang dikonfirmasi oleh hasil tes PCR menunjukkan hasil positif COVID-19, juga tidak dianjurkan divaksin sampai kondisinya pulih dan kriteria untuk mengakhiri isolasi telah dipenuhi.

Bahkan jika suhu tubuh di atas 38,5 ° Celcius, Anda juga harus menunda vaksinasi sampai demam menghilang.

Dosis Vaksin Sinovac

WHO Strategic Advisory Group of Experts on Immunization (SAGE) merekomendasikan penggunaan vaksin CoronaVac sebagai 2 dosis (0,5 ml) yang diberikan secara intramuskular (suntikan ke dalam otot). WHO merekomendasikan interval 2-4 minggu antara dosis pertama dan kedua. Direkomendasikan bahwa semua individu yang divaksinasi menerima dua dosis.

Apakah Vaksin Sinovac Mampu Mencegah Varian Virus yang Baru?

Dalam sebuah studi observasional, perkiraan efektivitas CoronaVac pada petugas kesehatan di Manaus, Brasil, di mana P.1 menyumbang 75% dari sampel SARS-CoV-2 adalah 49,6% terhadap infeksi simtomatik. Efektivitas juga telah ditunjukkan dalam studi observasional di Sao Paulo dengan adanya sirkulasi P1 (83% sampel).

Penilaian dalam pengaturan di mana P.2 Variant of Concern secara luas beredar memperkirakan efektivitas vaksin 49,6% setelah setidaknya satu dosis dan menunjukkan 50,7% dua minggu setelah dosis kedua.

 

Apakah Vaksin Sinovac Mencegah Infeksi dan Penularan?

Saat ini belum ada data substantif terkait dampak vaksin CoronaVac terhadap penularan SARS-CoV-2. Sementara itu, WHO mengingatkan perlunya terus mempraktikkan gaya hidup sehat sebagai pendekatan komprehensif untuk mencegah infeksi dan penularan.

Beberapa langkah yang bisa Anda lakukan seperti mengenakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menutup mulut ketika batuk/bersin, menghindari keramaian, dan memastikan ventilasi  yang memadai.

paket obat isolasi mandiri doktersehat

 

  1. Anonim. 2021. The Sinovac COVID-19 vaccine: What you need to know. https://www.who.int/news-room/feature-stories/detail/the-sinovac-covid-19-vaccine-what-you-need-to-know. (Diakses pada 5 Juli 2021).
  2. Anonim. 2021. Penerbitan Persetujuan Penggunaan Dalam Kondisi Darurat Atau Emergency Use Authorization (EUA) Pertama Untuk Vaksin COVID-19. https://www.pom.go.id/new/view/more/pers/584/Penerbitan-Persetujuan-Penggunaan-Dalam-Kondisi-Darurat-Atau-Emergency-Use-Authorization–EUA–Pertama-Untuk-Vaksin-COVID-19.html. (Diakses pada 5 Juli 2021).
  3. Jeong, Minseo. 2021. Sinovac COVID-19 vaccine: What are the side effects?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/sinovac-covid-19-vaccine-what-are-the-side-effects#Common-side-effects. (Diakses pada 5 Juli 2021).
  4. Zimlich, Rachael. 2021. Comparing the AstraZeneca (British) and Sinovac (Chinese) COVID-19 Vaccines. https://www.healthline.com/health/astrazeneca-vs-sinovac#effectiveness. (Diakses pada 5 Juli 2021).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi