Terbit: 10 September 2021 | Diperbarui: 4 February 2022
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Seksisme adalah prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atau kelompok berdasarkan jenis kelamin atau gendernya. Ini sering kali memengaruhi perempuan, dan ini adalah akar penyebab ketidakadilan gender. Simak penjelasan selengkapnya mulai dari definisi, jenis, dan contohnya.

Seksisme, Diskiminasi Gender yang Jarang Disadari

Apa Itu Seksisme?

Seksisme adalah prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atau kelompok berdasarkan jenis kelamin atau gender. Hal ini sering kali terjadi pada perempuan dan anak perempuan, dan ini menjadi akar penyebab ketidakadilan gender di seluruh dunia. Hal demikian karena di sebagian besar budaya, laki-laki memiliki kekuasaan lebih dan status daripada perempuan.

Tindakan sexism mencakup semua yang melingkupi satu jenis kelamin atau gender sebagai rendah diri. Seksisme dapat disampaikan melalui berbagai cara, termasuk perilaku, ucapan, tulisan, gambar-gambar, gerak tubuh, hukum dan kebijakan, serta praktik dan tradisi.

Jenis Seksisme

Prasangka berdasarkan jenis kelamin atau gender bisa memiliki jenis yang berbeda. Beberapa lebih jelas dan lebih mudah diketahui, sementara yang lain lebih halus. Jenis-jenis seksisme, berikut di antaranya:

1. Hostile Sexism

Jenis ini juga disebut seksisme bermusuhan, yang mengacu pada keyakinan dan perilaku yang secara terbuka memusuhi sekelompok orang berdasarkan jenis kelamin atau gender. Contohnya dari hostile sexism adalah misoginis, merupakan kebencian ekstrem terhadap wanita.

Orang dengan pandangan yang bermusuhan dan seksis mungkin memandang perempuan sebagai manipulatif, bohong, dan menggunakan rayuan untuk mengontrol pria.

Pandangan tersebut mungkin juga berlaku bagi siapa pun yang memiliki sifat feminin dan siapa saja yang mengekspresikan gendernya dengan cara yang diasosiasikan dengan feminitas.

Orang-orang dengan seksisme yang bermusuhan ingin mempertahankan dominasi laki-laki di atas perempuan dan orang-orang dengan jenis kelamin tersisihkan lainnya.

Mereka sering kali menentang kesetaraan gender dan mungkin juga menentang hak-hak LGBTQIA+, dengan alasan melihat hal ini sebagai ancaman terhadap laki-laki dan sistem yang menguntungkan mereka.

Contoh seksisme bermusuhan dalam masyarakat, meliputi:

  • Menggunakan bahasa atau hinaan seksis.
  • Berkomentar yang mengancam atau agresif berdasarkan jenis kelamin seseorang.
  • Melecehkan atau mengancam seseorang karena melanggar norma gender, secata online atau offline.
  • Memperlakukan orang sebagai bawahan berdasarkan jenis kelamin atau gender dan menghukumnya ketika melanggar.
  • Terlibat dalam serangan fisik atau seksual.
  • Meyakini bahwa beberapa korban kekerasan seksual memintanya karena perilaku atau pakaian mereka.

2. Benevolent Sexism

Benevolent sexism alias seksisme yang baik mencakup pandangan dan perilaku yang membingkai perempuan sebagai seorang yang polos, bersih, peduli dan mengayomi, rapuh dan membutuhkan perlindungan, dan cantik.

Sebuah penelitian di tahun 2020 menemukan bahwa orang-orang yang percaya pada dominasi manusia atas alam, dan yang melihat wanita lebih erat hubungannya dengan alam daripada pria lebih cenderung menunjukkan seksisme yang baik hati.

Beberapa contoh seksisme yang baik hati, berikut di antaranya:

  • Mengedepankan nilai seorang wanita pada perannya sebagai ibu, istri, atau pacar.
  • Memfokuskan perhatian dan pujian terhadap penampilan seseorang daripada karakter mereka yang lain.
  • Memercayai bahwa orang tidak boleh melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri, seperti mengelola uang atau mengendarai kendaraan, karena jenis kelaminnya.
  • Mendukung kebijakan yang mempersulit perempuan untuk bekerja, memiliki kemandirian, atau menyimpang dari peran gender tradisional.
  • Asumsi bahwa seseorang adalah perawat, asisten, atau sekretaris (bukan dokter, eksekutif, atau manajer) berdasarkan jenis kelaminnya.

3. Ambivalent Sexism

Jenis ini adalah kombinasi dari seksisme yang baik dan bermusuhan. Orang dengan ambivalent sexism mungkin berbeda antara memandang wanita sebagai seorang yang baik, bersih, dan polos dan memandang mereka sebagai manipulatif atau penipu, tergantung pada situasinya.

Beberapa peneliti menganggap bahwa hostile sexism dan benevolent sexism saling mendukung sebagai bagian dari suatu sistem.

Benevolent sexism memberikan perlindungan bagi perempuan sebagai gantinya mengambil peran yang lebih sekunder, sementara hostile sexism menargetkan mereka yang menyimpang dari ini.

Beberapa contoh seksisme ambivalen dalam masyarakat, di antaranya:

  • Menjunjung perilaku feminin tradisional dan mengutuk perilaku “tidak seperti wanita”, dalam laporan media sebagai contohnya.
  • Membedakan antara wanita baik dan wanita buruk berdasarkan cara mereka berpakaian.
  • Mempekerjakan seseorang karena menarik, kemudian memecatnya jika tidak menanggapi rayuan seksual.

4. Internalized Sexism

Internalized sexism mengacu pada keyakinan sexism yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri. Seseorang biasanya mengambil keyakinan ini tanpa sadar sebagai akibat dari paparan perilaku sexism atau pendapat orang lain.

Seksisme yang terinternalisasi bisa menyebabkan perasaan ketidakmampuan, ketidakberdayaan, keraguan dalam diri, dan malu. 

Penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat lebih rendah pada wanita yang bekerja di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika mungkin disebabkan internalized sexism. Hasilnya penelitian telah menunjukkan bahwa stereotip sexism memengaruhi kinerja akademik.

Beberapa contoh internalized sexism, meliputi:

  • Membuat humor yang mencela diri sendiri tentang jenis kelamin seseorang.
  • Merasa malu dengan aspek kewanitaan, misalnya mengalami menstruasi atau alat kelamin wanita.
  • Seseorang mengedepankan harga dirinya pada seberapa yang diinginkannya di mata pria.
  • Merasa sangat penting menyesuaikan diri dengan ideal gender, bahkan jika merugikan diri sendiri, misalnya melalui diet ketat.

5. Institutional Sexism

Institutional sexism merujuk pada seksisme yang melekat dalam suatu organisasi dan institusi. Ini termasuk pemerintah, sistem hukum, sistem kesehatan, sistem pendidikan, lembaga keuangan, media, tempat kerja lainnya.

Ketika kebijakan, prosedur, sikap, atau undang-undang membentuk atau memperkuat seksisme, ini adalah institutional sexism.

Institutional sexism sudah tersebar luas, dan ini bisa hostile (bermusuhan), benevolent (baik hati), atau ambivalent. Salah satu indikator yang paling kentara adalah kurangnya keragaman gender di antara para pemimpin politik dan eksekutif bisnis.

Kesenjangan ini lebih besar untuk wanita yang memiliki anak dan wanita berkulit hitam, latina, Pribumi, Asia, dan kepulauan pasifik.

6. Interpersonal Sexism

Seksisme antarpribadi terbentuk selama interaksi dengan orang lain. Jenis ini dapat terjadi di tempat kerja, suatu hubungan, dalam anggota keluarga, dan interaksi dengan orang asing.

Berikut ini contoh seksisme dalam masyarakat:

  • Meminta seseorang untuk lebih anggun.
  • Menilai seseorang karena tidak cocok dengan stereotip feminitas, seperti dengan peduli atau tunduk.
  • Berkomentar yang tidak pantas tentang penampilan seseorang.
  • Terlibat dengan perhatian atau sentuhan seksual yang tidak diinginkan.
  • Membenarkan perilaku sexism dengan mengatakan anak laki-laki akan menjadi anak laki-laki.

 

  1. Leonard, Jayne. 2021. 6 types of sexism, examples, and their impact. https://www.medicalnewstoday.com/articles/types-of-sexism#what-is-sexism (Diskes pada 10 September 2021)
  2. Masequesmay, Gina. Tanpa Tahun. Sexism. https://www.britannica.com/topic/sexism. (Diskes pada 10 September 2021)
  3. Villines, Zawn. 2021. What is sexism?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/what-is-sexism (Diskes pada 10 September 2021)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi