Toxic family adalah kondisi dengan anggota keluarga yang menjatuhkan atau menyakiti satu sama lain. Hal ini memberikan dampak buruk bahkan sampai dewasa. Selengkapnya kenali ciri-ciri, dampak, hingga cara menghadapi keluarga toksik berikut ini!
Apa itu Toxic Family?
Toxic family atau juga dikenal dysfunctional family, adalah kondisi di mana setiap anggota keluarga saling menyakiti secara fisik, mental, dan psikologis. Anggota dalam keluarga toksik tidak mendapatkan cukup dukungan atau justru menjadi orang yang menghambat perkembangan dirinya sendiri dan saudaranya.
Individu yang ada dalam keluarga toksik jarang menyadari kesalahan yang ia lakukan, tetapi mudah menemukan kesalahan orang lain. Keluarga toksik dapat memberi pengaruh atau dampak negatif bagi seluruh anggota keluarga.
Ciri-ciri Toxic Family
Meskipun mungkin sulit untuk menyimpulkan jika Anda memiliki keluarga yang toksik, tetapi berikut ini beberapa ciri yang bisa Anda kenali:
1. Bergosip tentang saudaranya sendiri
Keluarga toksik dapat menghabiskan waktu untuk bergosip tentang Anda dan saudara yang lain. Gosip ini sering kali bersifat jahat, yang bertujuan untuk menjatuhkan. Bersikap buruk terhadap anggota keluarga kepada anggota keluarga lainnya adalah biang dari kebanyakan keluarga toksik.
2. Menghambat Anda untuk berubah
Toxic family adalah keluarga yang bersifat membatasi. Jika menjalani keseharian yang sangat terbatas, sangat kecil kemungkinannya untuk berubah atau memiliki kemampuan di usia tua yang sama dengan ketika berusia 18 tahun.
Dengan demikian, keluarga toksik bukanlah lingkungan yang memberikan kebaikan dan penerimaan. Jika ingin tampil beda dan berpikir terbuka dari yang diharapkan oleh anggota keluarga, mungkin akan mendapatkan ejekan dan bahkan direndahkan.
3. Saling mencari kelemahan
Baik sebagai orang tua maupun anak, Anda akan mengenali anggota lain di dalam keluarga dengan cukup baik untuk mengetahui bagaimana mereka bergerak, termasuk mencari kelemahan.
Anggota keluarga yang toksik akan menggunakan apa yang mereka ketahui tentang kelemahan saudaranya untuk membuat Anda merasa buruk tentang diri sendiri. Hal ini berpotensi mempermalukan Anda di depan orang lain.
Baca Juga: Toxic Relationship, Sadari Ciri-Ciri dan Cara Mengatasinya!
4. Perilaku kasar yang diterima atau ditutupi
Pelecehan dalam satu keluarga berkisar dari pelecehan emosional hingga pelecehan fisik dan seksual. Dalam keluarga toksik, perilaku kasar adalah hal yang biasa, dan Anda mungkin dibuat merasa pantas dilecehkan.
Misalnya, mungkin Anda diminta untuk bungkam tentang pelecehan tersebut untuk menjaga nama baik keluarga. Pelaku ini dilindungi dalam keluarga dan dibiarkan bebas dari perilaku yang mereka perbuat.
5. Banyak perselisihan
Keluarga toksik menjadi demikian karena suatu alasan, dan biasanya alasan ini karena orang tua. Jika orang tua memperlakukan semua anak-anaknya setara dan memberikan cinta dan kasih sayang, kecil kemungkinannya akan ada rasa iri atau cemburu pada saudara kandung.
Namun, ketika anak-anak harus saling bersaing untuk mendapatkan perhatian orang tua dan satu anak dibuat merasa lebih baik atau lebih buruk dari yang lainnya, ini cenderung menimbulkan pertikaian dan persaingan.
6. Lingkungan mudah berubah dan tidak bisa diprediksi
Keluarga toksik memiliki anggota yang lemah dan saling memanfaatkan. Misalnya, Anda menjadi orang favorit dalam keluarga dalam satu minggu dan minggu berikutnya mungkin mereka mereka telah mengatakan hal-hal buruk di belakang Anda.
Dasar yang lemah ini membuat toxic family menjadi lingkungan yang mudah berubah dan tidak stabil. Anda mungkin tidak bisa tenang begitu tahu bahwa anggota keluarga mendukung Anda ketika mereka kemungkinan besar akan menusuk dari belakang.
Lingkungan ini mungkin membuat Anda merasa lelah, kesal, dan bingung saat berada di sekitar mereka.
Baca Juga: Merasa Memiliki Toxic Parents? Ini 8 Cara Mengatasinya
Dampak Buruk Toxic Family
Anak yang tumbuh dalam keluarga toksik atau disfungsional sebagian besar mendapatkan efek negatif. Anak mungkin cenderung memiliki ketidakpercayaan, kecemasan, hinaan, dan emosi negatif lainnya ketika beranjak dewasa.
Dampak pola perilaku tertentu dapat dikenali pada anak dari toxic family, berikut di antaranya:
- Memiliki citra diri yang buruk, dan memiliki rasa percaya diri dan harga diri yang rendah.
- kesulitan untuk membentuk hubungan dewasa yang sehat, dan pemalu atau memiliki gangguan kepribadian.
- Prestasi akademik buruk, karena berusaha untuk berkonsentrasi dan fokus.
- Sering dan mudah marah, dan lebih suka menyendiri.
- Menunjukkan perilaku menyakiti diri sendiri atau merusak diri sendiri.
- Kemungkinan menderita masalah kesehatan mental seperti depresi, memiliki pikiran untuk bunuh diri, kecemasan, paranoia, dan lainnya.
- Kehilangan kepolosan seperti anak kecil, karena harus mengambil tanggung jawab besar pada usia dini.
- Kurang disiplin karena minim panutan untuk diteladani saat tumbuh dewasa, dan menjadi tidak bertanggung jawab atau merusak.
- Rentan terhadap kecanduan alkohol, obat-obatan, atau merokok.
Cara Menghadapi Toxic Family
Jika memiliki latar belakang keluarga yang toksik atau jika situasi keluarga saat ini memiliki unsur-unsur toksik, ada langkah-langkah dapat membantu cara mengontrol dan mengatasi setiap situasi dalam keluarga.
Berikut ini cara menghadapi keluarga yang toksik:
- Menetapkan batasan yang jelas. Agar tidak mengulangi kesalahan yang sama, tetapkan batasan yang tegas dan jelas dengan meminta anggota keluarga untuk mengubah perilakunya.
- Jaga jarak. Salah satu cara untuk menjaga jarak secara emosional adalah dengan membatasi diri berbagi informasi pribadi pada saudara Anda. Begitu juga untuk tidak merespons atau menjawab pertanyaan pribadi dari anggota keluarga.
- Berbicara dengan seseorang. Berbagi perasaan dengan seseorang akan sangat membantu ketika berada di dalam keluarga toksik. Selain teman, bisa berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental atau psikolog.
- Menjadi kreatif. Situasi yang saling bertentangan bisa membuka jalan untuk kreativitas dan ekspresi. Untuk mengatasi efek negatif keluarga toksik, ekspresikan diri secara sehat kepada keluarga dan orang-orang terdekat. Berbagi pemikiran dan diskusikan bagaimana membangun kembali hubungan.
- Membangun hubungan dengan keluarga. Keluarga toksik secara emosional tidak stabil. Untuk membangun kembali hubungan yang rusak, mulailah dengan mengambil langkah kecil, seperti belajar memaafkan dan mendukung keluarga.
- Membangun kepercayaan. Meskipun tidak mudah untuk tumbuh di dalam keluarga toksik yang sulit mendapat kepercayaan. Jika memiliki orang tua atau saudara yang tidak percaya, ini kecenderungan yang akan melekat hingga dewasa. Dengan kesabaran, cabalah belajarlah membangun kepercayaan di antara orang-orang terdekat.
Itulah pembahasan tentang apa itu toxic family atau kondisi keluarga yang bermasalah. Pahami cara mengatasi anggota keluarga atau orang tua yang toksik di sini.
- Arora, Mahak. 2018. Dysfunctional Family – Characteristics and Effects. https://parenting.firstcry.com/articles/dysfunctional-family-characteristics-and-tips-to-overcome-its-effects/. (Diakses pada 22 Oktober 2021)
- Jack, Claire. 2020. 7 Signs of a Family That’s Turned Toxic. https://www.psychologytoday.com/intl/blog/women-autism-spectrum-disorder/202006/7-signs-family-thats-turned-toxic. (Diakses pada 22 Oktober 2021)
- McQueen, Janie. 2021. How to Deal With Toxic Family Members. https://www.webmd.com/mental-health/features/handle-toxic-family. (Diakses pada 22 Oktober 2021)
- LM Psikologi UGM. 2020. Are You in A Toxic Family?. https://lm.psikologi.ugm.ac.id/2020/12/fun-fact-toxic-family/. (Diakses pada 22 Oktober 2021)
- Raypole, Crystal. 2019. When Family Becomes Toxic. https://www.healthline.com/health/toxic-family. (Diakses pada 22 Oktober 2021)