Terbit: 8 April 2022
Ditulis oleh: Wulan Anugrah | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Anda termasuk orang yang percaya akan cinta pada pandangan pertama? Ternyata, meskipun tampak tidak nyata dan hanya ada di drama-drama Korea, ada orang yang merasakannya, lho. Apakah fenomena ini memang benar adanya? Temukan jawabannya melalui ulasan berikut.

Cinta pada Pandangan Pertama, Benarkah Adanya?

Mengapa Seseorang Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama?

Merasa terhubung dengan seseorang, padahal baru pertama kali bertemu? Hal ini kerap kali dikaitkan dengan istilah love at first sight alias cinta pada pandangan pertama.

Namun, apakah benar Anda bisa langsung mencintai seseorang yang baru saja Anda temui? Ternyata ada teori yang bisa menjelaskannya.

Berikut ini beberapa alasan mengapa seseorang merasa jatuh cinta meskipun baru pertama kali bertemu:

1. Tertarik secara fisik

Seseorang yang tertarik kepada orang lain secara fisik pada awal pertemuan bisa merasakan love at first sight! Hal ini mengacu pada sebuah penelitian yang termuat dalam Journal of Neuroscience.

Para peneliti menemukan, seseorang bisa langsung memutuskan apakah orang lain menarik atau tidak dalam waktu singkat. Hal inilah yang pada akhirnya memicu ketertarikan.

Berdasarkan penelitian tersebut, fenomena cinta pada pandangan pertama tidak bisa terjadi tanpa adanya ketertarikan awal tersebut.

2. Ada reaksi kimia pada otak

Ketertarikan kepada orang lain tidak bisa terlepas dari reaksi kimia yang terjadi pada otak Anda. Saat merasa jatuh cinta, otak akan melepas hormon dopamin dan serotonin.

Dopamin adalah hormon yang mengatur motivasi dan keinginan seseorang. Banyak yang mengenal hormon ini sebagai hormon kebahagiaan.

Sementara itu, hormon serotonin juga terkenal sebagai hormon kebahagiaan. Seperti dopamin, serotonin dapat memengaruhi suasana hati dan emosi seseorang.

Karena reaksi kimia itu, Anda mungkin merasakan keterikatan secara instan kepada seseorang. Nah, selama otak Anda merasa bahwa mereka juga merasakan hal yang sama, senyawa itu akan tetap aktif.

Baca JugaPerbedaan Cinta dan Obsesi: 18 Tanda yang Harus Dicermati

3. Efek ‘halo’

Melansir Simply Psychology, efek halo terjadi ketika kesan Anda terhadap seseorang, perusahaan, atau produk secara keseluruhan hanya dilihat melalui satu karakteristik atau sifatnya.

Mengetahui efek ini memengaruhi persepsi Anda terhadap seseorang, Anda pun akan merasa seakan sedang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan si Dia.

4. Terbuka terhadap segala kemungkinan

Anda bisa merasa sedang jatuh cinta pada pandangan pertama ketika memang sedang membuka hati.

Menurut seorang antropolog perilaku, Helen Fisher, Ph.D., ketika Anda terbuka untuk cinta dan bersedia untuk terlibat dalam hubungan cinta, maka ruang untuk ‘cinta pada pandangan pertama’ akan tercipta dengan sendirinya.

5. Menyalahartikan hasrat sebagai cinta

Saat merasa tertarik kepada seseorang pada pandangan pertama, bisa saja Anda salah mengira antara cinta atau hanya hasrat belaka.

Ketertarikan yang intens tanpa mengetahui orang tersebut dengan baik bisa saja hanya berlandaskan nafsu semata. Melansir Men’s Health, hasrat ini biasanya muncul pada awal hubungan atau dalam fase kasmaran.

Lantas, apakah hasrat bisa berkembang menjadi cinta? Meski sulit untuk mengetahui kapan hal ini akan terjadi, tetap saja ada kemungkinannya.

Cinta pada Pandangan Pertama Menurut Psikologi

Anda bisa saja merasa jatuh cinta pada seseorang pada pandangan pertama. Namun, bagaimana tinjauan psikologi terkait fenomena ini?

Menurut penelitian di University of Groningen, cinta pada pandangan pertama sebenarnya bisa menjadi ilusi positif. Ini artinya, Anda dan si Dia bisa saja berpikir kalian sedang jatuh cinta karena perasaan satu sama lain beberapa bulan atau tahun kemudian.

Selain itu, studi ini juga mengungkapkan bahwa kebanyakan orang yang mengalami cinta pada pandangan pertama berakhir dalam hubungan jangka panjang dengan orang tersebut.

Oleh karena itu, para peneliti percaya bahwa cinta pada pandangan pertama adalah bias memori dan bukan merupakan jenis cinta yang unik.

Baca Juga5 Jenis Bahasa Cinta, Apa Love Language Kamu dan Pasangan?

Di sisi lain, Psychology Today memaparkan jika love at first sight bukanlah benar-benar ‘cinta’. Pasalnya, beberapa aspek yang merefleksikan cinta, yakni keintiman, gairah, dan komitmen, tidak tampak kuat.

Sementara menurut laporan, orang yang sedang berpacaran merasakan keintiman, komitmen, dan gairah yang jauh lebih besar terhadap pasangan mereka, ketimbang dengan mereka yang berpikir sedang mengalami cinta pada pandangan pertama.

Jadi, cinta pada pandangan pertama hanyalah daya tarik atau ketertarikan yang kuat terhadap orang lain. Hal ini akan membuat seseorang sangat terbuka terhadap kemungkinan suatu hubungan.

Perlu Anda ketahui, meski tidak selalu berakhir pada hubungan jangka panjang, nyatanya cinta pada pandangan pertama juga berpotensi pada hubungan yang berkelanjutan.

 

  1. Adebowale, Temi. 2019. What’s the Difference Between Love and Infatuation? https://www.menshealth.com/sex-women/a27914966/difference-between-love-and-infatuation/. (Diakses pada 8 April 2022).
  2. Anonim. Is Love at First Sight Real? https://www.psychologytoday.com/us/blog/meet-catch-and-keep/201801/is-love-first-sight-real/. (Diakses pada 8 April 2022).
  3. Eske, Jamie. 2019. Dopamine and Serotonin: Brain Chemicals Explained. https://www.medicalnewstoday.com/articles/326090#. (Diakses pada 8 April 2022).
  4. Gonsalves, Kelly. 2021. Is Love At First Sight Real? Why It Happens & 9 Signs You’re Experiencing It. https://www.mindbodygreen.com/articles/love-at-first-sight. (Diakses pada 8 April 2022).
  5. Perera, Ayesh. 2021. Why the Halo Effect Affects How We Perceive Others. https://www.simplypsychology.org/halo-effect.html. (Diakses pada 8 April 2022).
  6. Pomarico, Nicole. 2018. 4 Reasons Why People ‘Fall In Love’ At First Sight, According to Science. https://www.insider.com/is-love-at-first-sight-real-2018-6. (Diakses pada 8 April 2022).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi